Chapter 1
Mobil sedan putih berplat Seoul itu terparkir ke dalam garasi salah satu rumah di kompleks perumahan. Seorang lelaki yang berada di jok pengemudi melepas sabuk pengaman lalu menoleh ke kiri di mana duduknya bocah berusia 10 tahun yang sedaritadi hanya menatap keluar kaca mobil sambil melamun.
"Kim Yesung." Panggil si pengemudi seraya memegang pundak bocah itu membuat Kim Yesung menoleh. "Sudah sampai, ayo turun." Ia berucap sangat lembut diiringi senyuman hangat tak lepas dari wajah tampannya. "Hm." Bocah bersurai cokelat gelap itu mendorong pintu mobil lalu keluar, dipandanginya garasi rumah yang terlampau besar itu.
"Ayo..." Yesung hanya menurut saat sang lelaki menuntunnya menuju pintu utama rumah berlantai dua yang Yesung rasa ini adalah rumah Cho Kyuhyun.
Saat pintu dibuka, Yesung hanya bisa terdiam sambil memandangi seluruh isi rumah, barang-barang di sana nampak sangat mahal dan tangga besar berbentuk spiral di tengah ruangan begitu menarik untuk dipandang.
Langkah mereka kembali berlanjut namun tertahan saat suara dari anak kecil yang lain terdengar. "Appa." Panggil bocah itu membuat Cho Kyuhyun menoleh ke samping di mana sang anak tengah duduk di sofa sambil menonton televisi, anehnya Kyuhyun tak sadar sang anak sedaritadi ada di sana, ia malah fokus pada bocah yang sekarang melamun -lagi.
"Kim Yesung?" Nampaknya anak lelaki yang juga berusia 10 tahun itu terkejut melihat Ayahnya tidak pulang sendiri melainkan membawa serta sosok tak asing ke rumah mereka. "Untuk apa, Appa membawanya kesini?" Suara itu menggema di ruang tengah dan terdengar nada ketidak sukaan.
"Mulai sekarang Yesung tinggal dengan kita, Siwon-ah." Kyuhyun hanya berucap demikian lalu kembali melanjutkan langkah, tujuannya jelas ke lantai atas di mana terdapat kamar kosong di sana, tapi lagi-lagi suara Cho Siwon -anaknya- terpaksa membuat ia terhenti. "Tidak mungkin Appa membawa orang ini ke sini kalau tidak ada alasan!" Entah kenapa Siwon terlihat sangat tidak menyukai Yesung dan harus Yesung akui ia sedih dengan kenyataan itu.
Sebenarnya iapun tak ingin tinggal disini, di rumah ini, apalagi dengan seseorang yang hanya beberapa kali ia jumpai. Ah, mungkin Yesung sering bertemu Siwon di sekolah, hampir setiap hari malah. Mereka teman sekelas di sekolah dasar yang sama. Namun ia tak pernah berteman akrab dengan sosok tampan itu, bicara dengannyapun tak pernah. Beda dengan Kyuhyun yang hanya beberapa kali ia temui, saat lelaki itu bertamu ke rumahnya ketika usianya 7 tahun dan yang ke dua, tiga hari yang lalu.
Hanya itu, tak lebih. Jadi ia
sama sekali asing dengan sosok Kyuhyun.
"Anggap saja dia adikmu, Siwon-ah." Siwon masih menatap tak suka pada Yesung, ia butuh penjelasan mengapa sang Ayah membawa orang lain tanpa meminta persetujuannya terlebih dahulu.
Bagaimana bisa Siwon menganggap Yesung adik sementara Yesung yang merupakan teman sekelasnya itu amatlah pendiam, dan entah kenapa ia benci Yesung.
"Appa!" Seru Siwon namun kali ini Kyuhyun tidak meladeninya melainkan tetap naik ke atas. Siwon mendengus sebal dan kembali terfokus pada kartun di salah satu stasiun televisi.
Jam menunjuk angka 18.00 waktu setempat, langit perlahan mulai gelap dan burung-burung beterbangan menuju sarang masing-masing, suasana sore nan begitu tenang membuat Yesung betah berlama-lama memandang ke luar jendela. Dari lantai dua rumah ini ia bisa melihat kolam renang di halaman belakang, taman kecil dan air mancur yang di bawahnya merupakan kolam ikan.
Indah memang, hanya saja hatinya terus-terusan merasa tidak nyaman. Kyuhyun memang baik padanya, memperlakukan ia dengan hangat. Hanya saja, Siwon? Bahkan tanpa memandang mata Siwon dan hanya mendengar intonasi suaranya, dapat Yesung simpulkan lelaki itu sungguh membencinya entah karena apa.
Hm... Tapi jika dipikir baik-baik, anak mana yang tidak marah saat Ayahnya membawa orang asing dan tiba-tiba orang asing itu tinggal di rumahmu dalam waktu yang tak bisa ditentukan? Yesung sendiri tahu bagaimana perasaan Siwon. Namun ini bukanlah kehendaknya, melainkan Kyuhyun yang memaksa ia ikut dan menawarkan mengurus dirinya entah sampai kapan.
Yesung tersentak ketika tangan besar itu mengusap kepala lalu turun ke pundaknya. Setelah itu jendela ditutup membuat ia mau tak mau harus menatap Kyuhyun. "Sudah malam." Seakan mengerti arti tatapan Yesung, Kyuhyun membalas demikian.
"Barang-barangmu sudah ku masukkan dalam lemari, sebaiknya kau istirahat dulu." Kyuhyun mengusap kepala Yesung lagi sebelum mendaratkan ciuman di dahi si bocah. "Terima kasih." Gumam Yesung dan Kyuhyun hanya tersenyum. "Tentang Siwon, sebaiknya jangan kau pikirkan." Kalimat Kyuhyun serasa menenangkan jiwa, suaranya begitu lembut begitupun dengan tatapan juga sentuhannya.
Harus Yesung akui ia merasa nyaman bersama lelaki 35 tahun itu. Senyaman saat ia bersama Ayahnya.
"Aku tinggal dulu." Kemudian Kyuhyun keluar kamar menyisakan Yesung seorang diri di dalam sana.
Kamar yang sekarang ia tempati bernuansa biru-putih, bed di tengah ruangan terlihat begitu nyaman hingga Yesung tergoda untuk membaringkan dirinya di sana.
Ia berbaring, menatap langit-langit kamar. "Untung saja masih ada manusia seperti Kyuhyun." Ia bergumam sambil menutup mata.
XXX
Pagi harinya ketika bias mentari menghangatkan bumi mulai nampak. Kim Yesung menggeliat pelan di atas ranjang merasa terganggu dengan cahaya matahari yang mengenai wajahnya.
Saat ia membuka mata, hanya silau yang didapat. "Pagi." Suara yang mulai familiar di telinganya menyapa. Yesung melihat sosok itu duduk di pinggiran ranjang. "Sarapan sudah siap. Mandilah dulu, lalu turun." Kyuhyun tersenyum membuat Yesung ikut tersenyum. "Hm."
"Cepat ya, kau sekolah kan hari ini?" Yesung mengangguk.
Sementara di bawah sana tepatnya di ruang makan, Cho Siwon tak henti-hentinya memasang wajah masam. Ternyata kekesalannya tidak juga sirna meski sudah dibawa tidur semalaman.
Saat Kyuhyun memasuki ruang makan, Siwon memberikan tatapan benci pada sosok yang merupakan Ayahnya itu. "Tidak bisa kah berikan Appamu ini senyuman?" Kyuhyun duduk di sebrang Siwon. "Aku butuh alasan!" Siwon berhenti memakan nasi goreng buatan Kyuhyun. "Kau kan pernah bilang mau punya adik." Kyuhyun meminum kopi, pandangannya tak lepas dari anak tampannya. "Aku maunya adik kandung. Lagian dia bukan adik, umur kami sama-sama 10!" Kyuhyun hanya tertawa.
"Aku tak masalah kalau Appa mau menikah lagi." Ucap Siwon tanpa menatap Kyuhyun, melainkan pandangannya terfokus pada pintu dapur yang terbuka memperlihatkan halaman belakang rumah. "Kau ingin Ibu atau Adik?" Goda Kyuhyun tanpa mempedulikan sang anak semakin menekuk wajah.
"Aku ingin adik, Appa! Tapi bukan anak itu! Dia hanya orang asing yang tidak ada hubungan darah denganku!" Siwon kembali menatap Ayahnya.
Di matanya, sang Ayah tidaklah berubah meski sudah kehilangan sosok istri yang dicinta.
Ibu Siwon meninggal satu tahun lalu saat melahirkan -calon- adiknya, namun karena pendarahan hebat sang Ibu tidak tertolong, bayi yang dilahirkan Ibunya pun terlampau lemah dan tak mampu bertahan hidup meski sudah satu bulan berada dalam inkubator.
"Anggap saja dia adikmu, Siwon-ah." Kyuhyun meletakkan gelas kosong ke atas meja, tak ada niatan menyentuh nasi goreng buatannya sendiri. "Perlu Appa tahu! Aku tidak akan pernah menganggap Kim Yesung adikku maupun anggota keluarga ini!" Siwon berseru dengan nada final. Ia berdiri dan meraih ranselnya di kursi meja makan.
"Aku berangkat sendiri saja." Kyuhyun tahu Siwon marah dan ia sama sekali tidak berniat membujuk anaknya.
Siwon keluar ruang makan dan sedikit terkejut melihat Yesung berdiri di samping pintu. "...maaf..." Bukan. Bukan Siwon yang meminta maaf melainkan Yesung. "Katakan pada Appamu, aku sendiri saja ke sekolah." Setelah mengatakan itu Yesung berlalu pergi.
To Be Continue