***
Pernikahan Kiki dan Rosa berjalan lancar, mesti harus dengan mati-matian Keira menahan rasa sakit dihatinya. Dia tidak pernah tahu jika Anyelir adalah saudara jauh dari Kiki. Dan begitu juga Kiki yang tidak tahu apa yang telah terjadi diantara mereka.
Denta berjalan pelan di bangku makanan, mengambil beberapa jajanan khas jogja dan segelas jus jeruk. Tidak ada angur atau wine. Lalu tiba-tiba disampingnya sudah berdiri Dimas yang sama-sama sedang mengambil makanan.
" Ngambil makanan buat istrinya mas?" Tegur Denta terlebih dahulu. Dimas hanya menganguk dan tersenyum tipis.
" Sama mas, ini saya juga lagi ngambil makanan buat calon istri" kata Denta tenang. Dimas menengang seketika. Calon istri? Denta mengambil beberapa kue klepon.
" Kamu kenal Keira sejak lama?" Tanya Dimas pelan. Nada suaranya sedikit bergetar.
" Iya mas, sejak dia sekolah menengah, bahkan sudah tahu sejak Sd. Cuma kenal dekatnya sejak sekolah menengah. Memang jodho gak akan kemana mas, kami dipertemukan lagi akhirnya" kata Denta. Pembawaanya terlihat santai dan tenang. Tapi tidak seorangpun tahu betapa bencinya dia kepada Dimas kecuali Rosa. Dan Rosa yang menatap mereka dari kejahuan hanya bisa menunduk pasrah. Kenapa Denta bisa menyembunyikan segala apa yang dia rasa dengan baik? Apakah dia memang tidak butuh seseorang untuk meluapkan segala bentuk emosionalnya?
" Oh, begitu ya,"
" Saya permisi dulu mas, udah nungguin. Dia gampang marah. Kalau marah kayak singga. Tapi gimanapun kenapa tetep cinta ya saya mas? Memang kalau lagi jatuh cinta itu segalanya jadi gak masuk akal iya mas, duluan iya mas,"
Keira tersenyum ketika Denta berlari menunu kearahnya. Dia tahu Dimas sedang memperhatikan mereka jadi ada baiknya bukan mengikuti sandiwara yang Denta buat.
Anyelir menatap kosong pada piring supnya. Semua baik-baik saja dahulu hingga akhirnya sebuah kebohongan menghancurkan segala rasa cinta dan kepercayaan. Andaikan Anyelir belum mengandung dia lebih memilih untuk mengalah dan pergi dari kehidupan Dimas dan Keira.
" Sayang ini, tadi katanya mau kue klepon. Kamu kan suka sekali kue kelepon. Aku ambilin buat kamu lho, biar anak kita merasakan makanan kesukaan ibunya" kata Dimas setelah dia sampai ditempat duduk istrinya.
Anyelir tersenyum, di balik senyumannya dia menahan lara. Klepon adalah kue kesukaan Keira. Sementara Anyelir menyukai apam. Apakah suaminya lupa atau kedudukan Keira memang lebih banyak dihati Dimas daripada kedudukannya?
" Makasih mas," katanya pelan.
Acara terus berjalan. Hingga akhirnya sebuah suara dari MC yang mengkantakan sebentar lagi adalah acara melempar bungga.
Para gadis sudah bersiap tapi tidak dengan Keira yang masih sibuk bertengkar kecil dengan Denta. Denta yang memaksanya untuk mengikuti acara melempar bungga dan Keira yang berfikir bahwa itu hanya mitos. Menerima bungga dari pengantin juga belum tentu akan membuatnya segera menikah.
" Buat teman-teman maaf jika mengecewakan tapi saya sudah berjanji kepada teman saya ketika saya menikah maka bungga ini akan menjadi miliknya. Keira Shafira.. ini untukmu dan semoga kau segera melangsungkan pernikahanmu. Juga buat Denta tolong jangan lama-lama cari duitnya, kasihan udah nungguin Keiranya!"
Semua tamu bertepuk tanggan ketika kemudian Rosa berjalan menuju kearah Keira dan Denta. Rosa menyerahkan buket bungga tulip merah itu yang diterima Keira dengan pelototan mata.
" SHOCK gue Ros! Thanks ya!" Kata Keira sebelum kemudian memeluk Rosa. Denta hanya diam mematung tapi dari kejauhan dia melihat Dimas yang pergi meninggalkan istrinya sendiri di pesta. Kemana Dimas?
***
" Keira, bisa kita bicara sebentar?" Keira tersentak kaget ketika sebuah tanggan mencekal lengannya. Denta sedang sibuk menyiapkan koper dan perlengkapan untuk mereka kembali ke Tokyo.
" Mas Dimas? Ada apa?" Tanya Keira pelan. Dia menarik lemah tangganya.
" Gak disini iya, di taman belakang hotel boleh?" Tanyanya. Keira menganguk. Tidak ada alasan untuk menolak. Barangkali saja dia bisa menemukan jawaban apa yang ingin dia tanyakan.
Keira mengikuti Dimas menuju ke taman belakang hotel. Keheningan menyelimuti keduanya. Angin berhembus pelan. Seperti inilah, semua tinggal menunggu masa, waktu dimana mereka yang dulu benar-benar dekat akan berlahan menjauh pergi. Bahkan dikasus terberatnya adalah mereka akan berpura-pura tidak saling mengenal, menjatuhkan, mencaci maki tanpa sadar bahwa dulu mereka saling melengkapi.
" Mas mau minta maaf. Karena hati mas yang udah terbagi. Mau minta maaf karena telah menyakitimu. Minta maaf karena telah menghancurkan segala mimpi-mimpimu. Mas b******k, jatuh didua hati dalam waktu yang sama. Tanpa mampu memilih salah satu dan engan untuk melepaskan salah satu juga. Mas tidak tahu siapa yang lebih mas cintai antara kamu dan Anyelir. Rasanya melihat kamu dengan Denta teman kamu itu mas gak rela. Keira mas boleh minta kamu jahui Denta?"
" Jadi mas kesini buat ngebilang hal itu? Gak perlu minta maaf mas, berapapun mas minta maaf juga gak akan bisa ngembaliin keadaan agar baik-baik saja. Jika mas tidak bisa memilih lantas kenapa mas memutuskan untuk menikahi mbak Anyelir? Gak usah melarang saya melakukan apa yang ingin saya lakukan, dalam aktifitas atau bahkan pertemanan. Saya yang menentukan jalannya hidup saya!" Kata Keira. Matanya sedikit berair.
Ya, jika Dimas mencintai keduanya lantas kenapa dia memutuskan untuk menikahi Anyelir ? Bukankah tidak adil untuk mereka?
" Aku menjagamu, karena aku tahu apa yang menjadi mimpi-mimpimu. Hingga aku bertemu Anyelir, aku melihatnya seakan-akan melihatmu. Aku melampiaskan segala bentuk nafsuku kepadanya karena aku tidak ingin melakukannya sebelum kita menikah dan kau mencapai impianmu. Hingga tanpa diduga Anyelir hamil. Dia sempat keguguran. Dan aku memutuskan bertangungjawab atas apa yang telah kulakukan padanya. Maafkan aku jika sebenarnya aku masih sangat mencintaimu, mungkin jika dibandingkan dengan Anyelir, aku masih sanggat mencintaimu Keira__"
" Jangan jadi lelaki b******k! Kau sekarang seorang ayah! Lebih baik lupakan saya karena sekarang saya juga akan melupakan anda!" Kata Keira. Melupakan Dimas? Apa Keira mampu?
" Aku tidak bisa Keira! Bahkan ketika kau pergi disetiap mimpiku ada dirimu, bahkan terkadang aku menjadi gila! Memandang Anyelir seolah-olah itu adalah kamu! Keira ku mohon, kembalilah kepa__"
" Sayang. Udah siap semuanya yuk. Pesawatnya sebentar lagi berangkat. Harus cepat-cepat. Eh mas Dimas, apa kabar. Saya permisi ambil pacar saya dulu iya, udah mau berangkat pulang" kata Denta. Dia segera memotong perkataan Dimas ketika dia melihat Dimas mulai memohon. Denta tahu bahwa Keira masih berusaha keras melupakanya.
" Sampai jumpa Mas Dimas, tidak maksutku selamat tinggal!"
Keira berlari menghampiri Denta, berjalan sedikit lemah menuju sebuah tempat yang jauh dari tempat dia seharusnya. Sudah semestinya Keira melupakan Dimas. Dia memang mungkin tidak ditakdirkan untuknya.
Sementara itu, tidak seorangpun tahu jika dibalik pohon besar tempat mereka duduk membicaran hal berat, Anyelir menahan mati-matian segala sesak dan pedih hatinya. Batinnya remuk, jikalau mereka bisa melihat seperti apa hatinya sekarang, sudah tentu sama hancurnya dengan abu. Kata-kata Dimas membuatnya luruh ketanah dengan air mata deras. Jadi dari awal dia adalah bentuk pelarian nafsu dimas? Sebegitu cintanya Dimas dengan Keira sehingga dia menjaga kehormatan Keira. Dan betapa brengseknya Dimas mencari sebuah penganti untuk melepaskan segala rasa dari orang yang dicintainya. Kenapa dari sekian banyak wanita dia yang harus mengalami segala rasa sakit ini? Bahkan ketika benih mereka sudah tumbuh sehat di rahim Anyelir dan sekarang usia 8 bulan.
Jadi apa ini salah kaum hawa? Atau mereka kaum Adam yang sedang dirayu iblis agar menyakiti kaum Hawa. Kenapa berat sekali Tuhan?
Anyelir mengusap air matanya. Dengan tertatih dia berjalan menuju kembali ke kamar. Duduk tenang setelah membasuh wajahnya dan mengemasi barang-barangnya. Mereka juga harus segera pulang. Dan dia sekali lagi menyembunyikan rasa sakit serta kecewanya ketika Dimas pulang. Berjalan pelan mengecup kening Anyelir seakan tidak terjadi apa-apa. Atau mungkinkah dimata Dimas sekarang Anyelir berubah menjadi Keira?
Berpura-pura tegarlah, Anyelir. Dia tidak tahu bahwa rasa sakit akan menimpanya seperti ini. Tanpa tahu apa yang telah dia lakukan. Dia tidak tahu apakah dia berbuat salah sehingga Tuhan menghukumnya seperti ini. Tapi, Anyelir yakin semua pasti akan ada jalan keluarnya. Dan semua akan baik-baik saja.
Baik-baik saja? Seperti apa baik-baik saja bagi mereka bertiga?
Anyelir menghela nafasnya pelan, lantas segera mendekati Dimas yang sedang membasuh wajahnya. Memeluknya dari belakang dan merebahkan kepalanya di pundak lebar Dimas. Lelaki inilah yang saat ini menjadi sandaran dan pedomanya, lelaki inilah yang menjadi pemimpin hidup di dunia dan di akhirtnya. Untuk Perempuan yang taat agama, yang sudah ditanamkan pemahaman dari kecil tentang bagimana menghormati orangtua dan suami, dia terlalu taat bahkan untuk sekedar menyuarakan isi hati. Lantas, apakah sebuah rasa yang terus menerus dipendam adalah hal baik? Dia tidak tahu ledakan perasaan apa yang akan datang, dari sedih, kecewa atau bahkan bahagia dan penuhnya harapan.
" Ada apa?" Tanya Dimas.
" Apa Mas masih memikirkan perempuan itu? Haruskah kita berpisah? Aku tidak mau menjadi sebuah penghalang untukmu jika kenyataanya bukan diriku yang kau cintai mas, jadi bukankah lebih baik jika kita berterus terang?" Kata Anyelir pelan.
" Tidak, aku mencintaimu!" Kata Dimas. Dia berbalik dan mendekap tubuh Anyelir.
Kau mencintaiku? Lantas kenapa kau bertemu dengan Keira dan mengatakan hal-hal yang menyakitiku mas? Apa benar ini yang namanya cinta? Atau sifat serakahmu yang engan untuk mengalah dan memilih salah satu diantara kami?
***