Badai beberapa hari yang lalu sudah berlalu, aktifitas manusia sekarang kembali seperti semula. Denta kembali sibuk dengan perkerjaanya, mengurus banyak hal, banyak proyek yang membuatnya lupa dengan segala pikiran pribadinya. Ah, manusia, mereka lebih memilih menyibukan diri daripada berhadapan dengan masalah dan segala sesuatu yang mengajal hatinya.
Berlembar-lembar kertas proposal, berfikir keras dengan apa yang harus dilakukan untuk kedepannya demi sebuah perusahaan yang bukan miliknya membuat Denta menguras segala tenaga dan isi kepalanya.
" Denta, kau tidak makan siang? Dimana Kiki? Jam makan siang sudah datang sebaiknya kau pergi makan siang," kata salah satu temanya. Dia gadis yang sangat cantik, rekan Denta sejak dia datang ke perusahaan ini.
" Tidak, aku membawa bekal"
" Aku juga membawa bekal, mau makan bareng? " Tawarnya. Denta menganguk lantas segera mengeluarkan kotak bekalnya.
" Aku dengar kau tingal bersama Kiki, bukankah kalian sesama lelaki? Siapa yang menyiapkan bekal untuk kalian?" Tanya Yuri. Denta tersenyum lantas memyiapkan bekalnya seraya berkata dengan sedikit semangat.
" Pacarku, dia sungguh baik dan manis, kau mau mencicipi masakannya?"
" Tidak, terimakasih. Kiki memberitahuku kalau kau dan dia sekarang sering membeli bekal di depan apartmen. Jadi aku tahu kau berbohong" kata Yuri seraya terkikik geli. Denta tertawa lebar.
" Ya, aku mendengar tadi ketika kalian berbicara jadi aku membohongimu"
Yuri, dia gadis yang cantik. Anak dari pemilik perusahaan tempat dimana Denta berkerja. Gadis yang cantik ramah dan sangat baik terhadap semua orang. Gadis yang periang, yang mana ketika kau melihatnya bersama dengan Denta kau akan tahu jika dia menyukai Denta. Tubuh Denta yang sangat sempurna, tinggi dan postur tubuh yang ideal, bibir tipis dan mata sedikit belok dengan hidung yang mancung. Sama sekali tidak terlihat seperti dia orang Asia. Ditambah Denta yang pintar dan ramah terhadap semua orang, membuat beberapa wanita terkadang menyalah artikan dari segala tindakan Denta, termasuk Yuri yang sudah terlanjur jatuh hati kepada Denta.
Meskipun semua orang tahu bahwa Denta sering berganti pacar tapi itu tidak membuat wanita jera untuk mendekatinya. Bahkan beberapa dari mereka bersyukur karena bisa berpacaran dengan Denta walaupun hanya beberapa minggu. Pemain hati wanita seperti Denta kelak mungkin akan mendapatkan karma, beberapa wanita berfikir seperti itu walaupun tidak seorangpun yang tahu bahwa dia telah mendapatkan karmanya. Dan tidak ada seorangpun yang tahu betapa dia sadar akan segala tindakannya sehingga ketika dia terluka dia tahu betapa sakitnya hati para wanita yang dulu dia mainkan.
" Den, ada telefon dari Rosa, katanya dia mau ketemuan nanti petang sepulang kerja!" Kata Kiki yang berjalan menghampiri mereka. Kiki mengungkapkan perkataanya dalam bahasa Indonesia membuat Yuri tidak mengetahui apa yang mereka katakan.
" Bukankah dia di Kanada? Bagaimana ceritanya dia bisa sampai ke Tokyo?" Tanya Denta seraya menguyah makanannya.
" Rosa bilang dia ada beberapa proyek dijepang. Eh, tapi kenapa sih dia gak pernah mau telefon lo, atau email ke lo malah ngehubungi gue? Mana aneh lagi di tahun udah cangih gini pakai surat segala? Jijik gue kalau ingat!"
" Ati-ati ntar jatuh cinta lo sama Rosa baru tahu rasa! Biarin terserah dia ajaau email, WA, mau kirim surat bahkan mau telepatipun juga gue gak perduli. Bilangin ke dia suruh ke apartmen aja"
" Emmm, bisa pakai bahasa jepang gak? Aku merasa kalian lagi ngomongin aku nih" kata Yuri menimpali seraya tertawa. Kiki dan Denta tertawa lantas segera mengubah bahasa mereka.
Jam kantor telah usai, Yuri sengaja duduk diam menunggu Denta keluar dari ruangannya. Hari ini dia tidak membawa mobil, sebenarnya Yuri lebih suka naik kendaraan umum. Tapi apa salahnya jika dia lebih berani mendekati Denta dengan memintanya mengantarkan Yuri sampai rumah.
Sosok yang ditunggu akhirnya keluar dari ruang kerjanya. Yuri segera menghampiri Denta.
" Ada apa?"
" Boleh menumpang pulang, aku lupa membawa card train ku, juga bus. Mobilku dibengkel sudah beberapa hari ini belum sempat kuambil jadi kalau tidak keberatan bisakah kau mengantarku pulang?" Tanya Yuri. Dia sudah memantapkan hatinya untuk lebih memberanikan diri mendekati Denta.
" Boleh, tapi tunggu bentar iya aku bilang ke Kiki, tadi dia bilang masih mau lembur."
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya mereka berjalan menuju tempat parkir dan pulang. Mereka mengobrol sepeeti biasanya, kadang bergurau untuk beberapa hal yang terlihat lucu. Mengomentari jalan yang ramai meskipun udara masih dingin, dan banyak hal lainnya. Hingga akhirnya Denta sampai disebuah gedung tempat Yuri tinggal. Yuri segera bergeges turun setelah mengucapkan terimakasih ke Denta, bahkan menawarinya untuk mampir dan minum segelas teh jika Denta berkenan. Hanya saja Denta teringat jika Rosa akan datang berkunjung jadi dia menolak tawaran Yuri.
Ketika Denta hendak pergi dan dia sudah menjalankan mobilnya pelan, dari ekor matanya dia melihat seorang gadis yang tidak asing berlari memeluk Yuri. Gadis yang tidak asing dimatanya, Keira! Ah, sayangnya mobil sudah melaju jauh dan Denta hanya mampu melihatnya dari kaca mobil. Mungkin besok dia bisa datang berkunjung kerumah Yuri untuk memastikan pandangan matanya tidak salah mengenali orang.
Sementara itu Yuri tengah memeluk Keira, gadis manis nan cantik yang lebih muda satu tahun darinya. Bagaimana Keira dan Yuri bisa saling mengenal? Panjang ceritanya. Yang Yuri tahu adalah Keira kekasih dari sepupunya. Sayangnya sepupunya kecelakaan mobil sehingga membuat mereka akhirnya berpisah.
" Kenapa kau keluar dari kamar? Bukankah sudah kukatakan untuk tetap berada dirumah? Udara sanggat dingin hari ini"
" Maafkan aku, besok aku mulai berkerja di perusahaan yang kulamar. Aku diterima. Jadi kurasa aku perlu menyemangati diriku sendiri dengan membeli kue dan bir. Ayo kita rayakan kak, kuenya terlihat enak" kata Keira bersemangat. Mereka bergegas menuju kedalam gedung tempat diaman apartmen mereka terletak. Udara malam semakin dingin. Bintang hari ini tidak terlihat karena lagit tertutup awan tebal yang menandakan nanti akan turun salju lagi. Perkiraan cuaca dijepangpun sudah mengingatkan melalui siaran telefisi.
***
Sementara Rosa sibuk menekan bel pintu apartmen Denta dan tidak seorangpun menjawab. Rosa bahkan memukul pintu apartmen Denta dengan bersungut-sungut kesal.
" Dia menyebalkan! Bagaimana bisa dia tidak tepat waktu seperti ini! Bukankah jepang adalah negara yang sangat menghargai waktu? Denta sialan!" Umpatnya yang tanpa dia tahu umpatan itu didengar oleh Denta.
" Kenapa tidak menelfon? Kau tahu nomer ponselku kan?" Kata Denta tiba-tiba. Rosa tersentak kaget dan dia segera memukul lengan Denta keras.
" Tidak sudi aku menelfonmu!"
" Kenapa sih? Sama kiki aja lo telfon, WA, sama gue lo kirim surat segala. Lo ingat gue itu orang jaman dulu apa?" Kata Denta seraya membuka pintu apartmenya.
" Gak papa. Oh iya gue kesini cuma mau ngasih undangan nikah aja. Lo sih gue ajak nikah gak mau! Jadi juga kan gue nurutin ayah gue. Sama lapar nih, dirumah lo ada apa? Masak ya Den!"
" Nikah? Sama siapa ayah lo ngejodohin Lo? Pak Prabu? Iya ntar gue buatin makanan"
" Sembaranga pak Prabu. Ogah gue nikah ma lelaki tua kayak gituan. Mending gue jadi perawan tua! Sama teman lo, Kiki!"
" Whatttt??????!!!" Denta tersentak kaget. Dia segera melempat kunci rumah dan tasnya sembarangan.
" Seriusan dengan Kiki? Eh kalian jangan bikin prank ya! Trus lo kesini mau nungguin calon suami lo balik gitu?" Tanya Denta.
" Iya, gak ada bercandaan. Tuh disurat undangan udah tercetak dengan jelas nama, gelar, alamat, kapan gue nikah, dan segala macemnya! Buruan masak gih lapar. Lagian lo gak tahu kan kalau gue udah pacaran lama sama Kiki, untung aja pas tahu mau dijodohin calonnya Kiki, coba kalau lain udah gue umbar tuh hubungan gue di sosmed dan segala macem!"
" Wow! Eh ngapain lo kesini?"
" Keira pergi kejepang. Dari adiknya gue tahu info itu. Dia juga di Tokyo kok. Kejar gih, lo masih suka sama dia kan?"
" Gue, gak tahu... sama hati gue sendiri. Dan gue rasa, gue udah tahu dimana dia tinggal!"