Keira Shafira

1906 Kata
*** Keira Shafira... Dia termenung didepan jendela kamarnya. Memang dia berada disatu gedung dengan Yuri tapi mereka berbeda apartmen. Pikirannya kembali berkelana dikejadian beberapa bulan lalu, ketika dia berfikir bahwa lelaki yang selama ini adalah belahan jiwanya ternyata itu semua salah. Dimas tidak meninggal, dia hanya pergi jauh dari pandangannya. Dimas masih hidup dan dia baik-baik saja serta bahagia sudah pastinya. Hanya Rosa dan Yuri yang tahu bagaimana kejadiannya, dan memang hanya duaorang inilah yang Keira punya. Matanya kembali pedih ketika mengingat apa yang terjadi. Sore itu mendung, hujan rintik-rintak dan angin yang sedikit kencang. Keira berjalan cepat menuju kos tempat dimana Dimas tinggal. Tanpa perlu mengetuk pintu dia segera membuka rumah kecil itu. Dimas tidak ada tapi seseorang yang berada didapur membuat Keira penasaran. Dimas tinggal seorang diri jadi siapa dia? " Sayang, kau sudah pulang. Sebentar lagi makan malam siap mandilah dahulu" suara perempuan yang lembut, hati Keira seketika panas. Air mata jatuh begitu saja membasahi pipinya. " Oh iya, ayah memintaku menyusulmu. Aku memberimu kejutan. Bukalah dikamar!" Gadis itu tidak tahu bahwa bukan Dimas yang datang. Jadi Keira memutuskan untuk pergi kekamar, mengambil sebuah kotak yang terbungkus rapi dengan kertas kado batik. Lantas membukanya, serta merta dunia Keira hancur. Sebuah tespack merah jambu dan sebuah sepatu kecil membuat tubuhnya lemas. Dua garis merah. Gadis itu hamil! " Alhamdullilah dipernikahan kita yang ke 3 bulan, dipertemuan kita yang ke 4 tahun, dan diusiaku yang ke 25 akhirnya kita memiliki buah hati kita sendiri sayang, ini sayang teh.... kamu siapa?" Gadis itu menjatuhkan gelasnya. Wajahnya ayu pucat seketika ketika melihat Keira yang tersimpuh menangis melihat tespack dan sebuah photo pernikahaan. " Kamu siapa?" Tanyanya lagi. Keira mengusap wajahnya. Bagaimana dia menjawab pertanyaan perempuan berjilbab dan berparas ayu itu? Bagaimana menjelaskan bahwa hatinya hancur seketika? Bagaimana menjelaskan padanya bahwa lelaki yang bersamanya adalah kekasih Keira sejak mereka berusia 18 tahun? " Mbak istrinya Mas Dimas?" Tanya Keira gagap. Perempuan ayu itu menganguk lemah. Mereka sesama perempuan, sesama wanita yang berhati lemah dan mudah berprasangka buruk. Tapi kali ini apa yang mereka prasangkakan benar adanya. " Anyelir, mas pulang. Kan sudah mas bilang jangan datang kesini, biar mas yang pulang ke Jogja__" Dimas, suara itu, ah dia tidak tahu bahwa Keira berada didalam kamar. " Sayang, dia..." " Keira..." keheningan melanda mereka, wajah Dimas seketika pucat. Hingga akhirnya rasa marah dan kecewa membuat Keira memberanikan diri bertanya. " Dia, istri kamu mas? Lalu aku ini apa? Apakah aku ini selingkuhan kamu sementara aku mengenalmu hampir 7 tahun? Atau diakah selingkuhan kamu tapi kamu menikahinya? Aku ini apa mas? Jawab mas?" Lelaki iti hanya diam, entah bagaimana dia menjawab apa yang Keira tanyakan. Gadis itu, Anyelir pun tidak tahu harus melakukan apa, sunguh dia tidak tahu jika Dimas memiliki kekasih. Jikalah dia tahu tentu dia tidak akan menerima cinta yang Dimas berikan. Tapi kini Anyelir pun sudah terlanjur jatuh cinta kepada Dimas, dan diperutnya terdapat bayi mungil buah hati mereka. Atas dasar itulah, Keira memutuskan untuk pergi, membawa setengah jiwanya berkelana jauh, berharap mendapatkan sebuah jalan yang mampu membuatnya lupa akan segala kejadian masa lalu. " Keira, udah yuk masuk. Hujan salju lo, kamu dari tadi disini jangan nagis lagi. b******n seperti Dimas gak bagus buat kamu tangisin. Maaf iya" pelukan Yuri kembali membawa Keira ke masa sekarang. Dia segera mengusap mata merahnya. " Ah, iya dingin, ayo masuk kak!" Tidak ada yang tahu bagaimana rasa sakit dari pengkhianatan, hanya mereka yang merasakan yang mampu membicarakan. *** " YURI, kau tingal dengan siapa?" Tanya Denta penasaran. Yuri mengerutkan keningnya. " Kenapa?" " kau ingat waktu aku mengantarmu pulang? Seorang gadis yang memelukmu, dia namanya Keira bukan?" " Dari mana kau tahu?" Pekik Yuri senang. Apakah dia salah satu teman Dimas? Seketika raut wajah Yuri berubah. " Percaya gak, dia Keira Shafira teman dari gue SMP sampai gue SMK, dan cinta pertama gue yang gak pernah gue dapetin!" Kata Denta biasa saja. Yang benar saja? Apa dia tidak tahu betapa sengsaranya Yuri sekarang? " Seriusan? Kau masih mencintainya?" " Ya, hanya saja pasti rasa cintaku ini dia pikirnya gurauwan," " Ya iya lah, kamu aja ngungkapinya kaya gak ada beban gitu! Biasanya kalau orang jatuh cinta atau cinta beneran dia bakal sulit buat ngebilang 'aku cinta kamu' karena beban, beban takut ditolak contohnya." Denta mangut-mangut. Siapa bilang dia gak ada beban? Ada beban juga tapi Dentanya saja yang terlalu pandai menyembunyikan mimik wajah. " Ntar malam temuiin dia sama aku iya Yur, mau reunian nih, siapa tahu juga dia masih ngasih aku kesempatan buat mencintainya lagi" " Gombal! Oke. Ntar pulang bareng!" Kata Yuri mencoba terlihat biasa saja. Denta mengedipkan matanya, lantas kembali keruang tempat dia berkerja. Yuri menghela nafasnya, dia menyukai Denta tapi Denta menyukai Keira. Apa iya dia harus mengalah dari Keira? Tapi membuat Denta menyukainya rasanya mustahil. Yuri tahu bahwa Denta memperlakukan setiap wanita dengan cara yang sama, pandangan mata, gerak tubuh, semuanya terlihat sama. Bahkan dia memperlakukan pacar dan teman wanitanya sama. Yuri memutar kedua bola matanya malas, jika Denta menyukai Keira maka sudah tentu dia tidak memiliki kesempatan. Tapi tak apa, bukankah Keira juga sosok yang sangat Yuri sayangi, dan jika mereka bersama rasanya Yuri bisa saja menerima. Jam kerja berjalan begitu cepat, Kiki sudah pulang karena hari ini adalah hari terakhir karena minggu depan dia akan cuti untuk menikah selama 2 minggu. Tentu saja Dentapun harus cuti karena bagaimanapun mereka sahabat. Yuri dan Denta berjalan masuk menuju parkiran, masuk ke mobil dan entah hanya perasaan Yuri atau memang Denta sedikit mengebut. Sebegitu ingin cepat sampai dihadapan Keirakah Denta ini? " Pelan-pelan saja, Keira gak akan pergi kemana-mana juga kok," kata Yuri asal. Denta menyengir lebar, dirinya sudah tidak sabar. Ayolah cepat sampai ke tujuan. Ketika pintu apartmen terbuka, jantung Denta berdetak cepat. Keira... " Keira shafira, apa kabar?" Sapa Denta setelah beberapa saat menetralkan mimik wajah dan detak jantungnya. " Denta Mahedewa, kabar baik. Arghhhhh... Dentaaaa.... !" Keira berteriak kegirangan. Lantas segera memeluk tubuh Denta yang sudah lama tidak iya jumpai. " Kangeeen...!" Kata Keira manja. Yuri menelan ludahnya yang terasa pahit. Sedekat inikah hubungan mereka berdua? Sudah jelas bahwa dia tidak memiliki sebuah kesempatan. Denta yang terus terang mengatakan bahwa Keira cinta pertamanya dan Keira yang begitu terlihat dekat dengan Denta. " Kangen juga cinta ku" kata Denta seraya tersenyum lebar. " Alah lebay, ayo masuk. Kak Yuri mau mampir dulu atau langsung balik? Mampir dulu iya aku masak sup ayam, banyak. Kita makan sama-sama yuk?" " Emm, engak deh aku masih ada beberap kerjaan Kei, aku pamit dulu iya. Kalau denta macem-macem beritahu iya" kata Yuri tenang seraya mencoba bergurau. Untuk apa dia ikut makan jika nanti dia harus mati-matian menahan perih dihatinya. Dapat dipastikan sampai rumah nanti Yuri menangis sejadi-jadinya. Bukan salahnya juga jatuh cinta kepada lelaki buaya seperti Denta. Siapapun itu sulit untuk menolak apa yang sudah menjadi takdir tuhan. " Tenang, ntar malah dia yang minta diapa-apain" kata Denta semangat. Sebelah tanganya merangkul erat pundak Keira. Yang dirangkul terlihat biasa saja. " Sembarangan! Hati-hati iya kak Yuri meskipun rumah kakak hanya ditingkat atas pokoknye tetap hati-hati" "Siap sayang, udah kalian masuk. Jangan nginep ya kamu Denta, belum jadi suaminya" Yuri bergegas pergi dari tempat itu sementara Denta dan Keira segera masuk kedalam rumah. Keira sudah dari dulu tahu jika Denta berkerja di jepang, jadi dia tidak begitu terkejut. Yang membuatnya terkejut adalah Denta yang berkunjung kerumah barunya dan bersama Yuri. " Nah, sup ayam siap" kata Keira semangat. Ini pertama kalinya dia merasa semangat setelah kejadian beberapa bulan lalu. Denta sudah menceritakan bagaimana dia tahi tentang Keira dan bagaimana dia bisa kenal dengan Yuri. Sementara Keira bungkam saja ketika Denta bertanya ada apa dengan suaminya. " Aku sudah sangat lapar. Seriusan beritahu aku dulu ada apa dengan suamimu, Dimas?" Kata Denta masih penasaran. Dia tidak tahu jika Keira mati-matian menahan dongkol dan air matanya. " Yang bilang aku sudah menikah siapa sih?" Tanyanya sewot. Siapa juga yang menyebarkan gosip seperti itu? " Rosa!" " Seriusan?" " Iya, dia bilang suamimu mati karena kecelakaan. Terus bilang kalau sama janda aku mau gak? Kalau jandanya kamu aku mau aja kok Kei, gimana nikah yuk biarpun kamu janda gak papa kok bagiku" katanya bersemangat. Keira mendengus geli, lelaki didepannya tidak pernah berubah sama sekali. Masih Denta yang dia kenal dulu. " Denta, aku belum menikah! Aku masih perawan ting-ting! Suamiku? Aku gak punya suami karena aku belum menikah. Dimas? Dia sudah menikah dan jika aku tidak salah hitung harusnya anaknya lahir sekarang! Aku baik-baik saja oke jadi jangan bersimpati, untuk urusan mau nikah sama kamu, kamu atur aja tangal, jam dan susunan acaranya__" kata Keira. Dia mencoba berkata seperti biasa saja, tidak ada yang menyakitkan dan semua baik-baik saja. Tapi kenyataanya tidak, hatinya kembali teriris perih, cairan bening memenuhi kelopak matanya walaupun air itu belum jatuh. Denta meletakkan sendoknya lalu duduk disebelah Keira. Dia tahu bahwa apa yang dia katakan adalah benar tapi dia juga tahu bahwa dia tidak baik-baik saja. Karena Denta tahu betapa mengharapnya Keira ketika dia pertama kali bertemu dengan Dimas. Denta tahu betapa berharga dan sayangnya Keira kepada Dimas. " Kau tahu Kei, tidak semua hal yang tidak baik-baik saja harus kau ucapkan dan kau paksakan untuk menjadi baik-baik saja. Menangislah, kasihan air matamu. Gak papa kalau keadaan buruk, semua pasti ada hikmahnya. Jadi sini nih, pundak aku masih mampu menerima senderan dan lemahan tangismu, masih kuat!" Kata Denta seraya menarik lembut kepala Keira dan bahu Keira. Keira luluh seketika, hanya Denta makhluk plaboy yang selalu bertanya apakah gadis yang dia pacari cocok untuknya dan hanya dia yang mampu membuat segala suasana hati Keira menjadi baik atau mungkin lebih dari buruk. Keira menangis, disela tangisnya dia memaki dan mengutuk Dimas. Denta hanya mangut-mangut seraya menyengir lebar. " Dia b*****t Den, dia selingkuh! Dia menikah dan aku gak tahu apa-apa. Andaikan wanita cantik lemah lembut itu tidak mengandung aku pasti bakal merebut kembali apa yang dia rebut!" Katanya disela isak tangisnya. Denta menaikan alisnya sebentar sebelum menyengir lebar. " kamu kok malah nyegir sih!" " Kei, kamu bodoh? Ya kalau dia yang merebut kalau Dimas yang b******n? Kei aku laki-laki nih ya, kadang kalau lihat yang bening terus PDKT, ditanya apa aku udah punya pasangan, ya aku jawab aku jomblo lah! Kei jangan percaya lelaki kecuali nabi kamu, ayah kamu, atau aku__" " Sembarangan kamu mah juga gak bisa dipercaya!" " KEI, aku ini bisa dipercaya banget, percaya deh. Lagian aku nih cinta mati sama kamu dari dulu tapi kamunya aja gak mau. Nah sekarang kamu baru tahu kan gimana rasa sakitnya kalau ditinggalin apa lagi diselingkuhin, sakit gak?" " Kamu dari dulu gitu! Aku kurangnya apa coba Den, aku cantik kan?" Tanyanya menuntut. Denta mangut-mangut, lalu mengacungkan jempolnya tanda bahwa dia setuju dengan apa yang dikatakan Keira. " Aku pintar, aku juga baik, perhatian, sayang, kurang apa coba?" " Ya gak kurang bagiku, Dimas aja yang kegatelan dan gak ngerasa cukup makanya dia lihat tuh cewek trus jadi suka, gitu mungkin?" Kata Denta. " Udah ah, gak usah bahas dia lagi. Bikin mood buruk aja!" " Kan udah ketemu aku, masa mood kamu belum pulih?" Tanya Denta. Keira tersenyum memang mood dia seketika membaik meskipun yang mereka barusan bicarakan menyakitkan. Mereka makan bersama, lantas setelah makan memutuskan untuk sekedar duduk dibalkon dan bercerita tentang masa lalu. Ini memyenangkan untuk keduanya. Membuat Denta mampu menuntaskan rasa rindunya. Dan dia bersyukur jika Keira bisa putus dengan Dimas. Ini membuka lagi peluang untuk mengejar apa yang seharusnya dia kejar. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN