bc

Mafia Love Shot

book_age18+
3.4K
IKUTI
26.5K
BACA
possessive
mate
boss
mafia
sweet
evil
city
secrets
like
intro-logo
Uraian

Hidup Kana berubah sejak malam di mana dia memotret kejadian mengerikan itu. Dia diculik dan dijadikan tahanan sekaligus istri dari seorang Mafia kejam.

Kana terpaksa melakukannya dan akan memikirkan cara untuk lepas dari pria bernama Zaro itu. Kana pun berniat membuat Laki-laki itu jatuh cinta padanya, dan ketika itu terjadi Kana akan meninggalkannya. Kana tau itu adalah cara yang licik.

Namun, siapa sangkah dirinyalah yang ternyata lebih dulu jatuh cinta pada pria itu. Tapi, niat awalnya tidak pernah berubah. Kana tetap ingin lepas dari dunia gelap milik Zaro. Karena Identitas Zaro yang seorang Mafia tak bisa di terima oleh Kana. Dan ketika Kana mempunyai celah untuk pergi, dirinya malah ditarik kembali oleh tangan seseorang.

Orang itu tak lain adalah Zaro, "Kamu tak bisa pergi dariku setelah berhasil membuatku ingin memilikimu seutuhnya, Kana."

Kana dan Zaro sama-sama saling mencintai. Tapi, hal menggembirakan itu justru menjadi bumerang bagi kisah cinta mereka karena semua kebohongan Zaro perlahan terbongkar.

Sumber cover~ pexels.com

Edit by ~ Teks Art

chap-preview
Pratinjau gratis
Pelarian
"Sampai bertemu bulan depan di acara wisuda nanti, Fateri." Gadis bermantel coklat tebal dan memakai hijab hitam itu melambai pada temannya. "Yo, sampai bertemu lagi. Salam sama Nenek kamu!" Teriak gadis berbandol kumbang dengan senyum manisnya. "Siap, Nona! Dadah ...." Dan mereka pun berpisah di petengahan kota. Gadis berhijab itu bernama Kana Marsalah. Mahasiswi tingkat akhir jurusan fotografi yang sebentar lagi akan wisuda. Kedua orang tuanya telah lama meninggal karena kecelakaan yang menyebabkan mereka meregang nyawa. Miris, saat itu umur Kana masih 4 tahun dan dia tidak merasakan kasih sayang dari orang yang paling penting di dunia ini. Namun, diapun mau tak mau harus mengikhlaskan segalanya. Karena yang bernyawa akan meninggal dan yang datang akan pergi. Hukum yang jelas dalam agamanya. Rencananya besok dia akan kembali ke indonesia dan berlibur sekitar sebulan di tanah kelahirannya, sebelum kembali lagi ke negara A. Kana termaksud gadis berotak encer sehingga mendapat beasiswa untuk berkuliah di negara bermusim salju itu, Keberuntungan. "Huh, dingin sekali." Matel yang di kenakan Kana semakin dia rekatkan ke tubuhnya. Kamera yang sedari tadi di tangannya, dia gantungkan di leher. Yah, Kana selalu membawa kamerenya. Memotret apapun yang dia rasa bagus, sekaligus menerapkan beberapa gaya potretan yang di dapatkan semasa perkuliahannya. "Akhh! S~sakittt! T~ tolong hentikan!" Tubuh Kana menegang mendengar suara pekikan kesakitan itu. Kana berhenti melangkah tepat di tengah gang kecil di kota dingin itu. "Suara siapa itu?" Kana nenolehkan kepala ke arah gang gelap yang hanya di terangi lampu remang berwarna orange itu. Cahayanya sangat minim dan kana tidak bisa melihat jelas ke dalam sana. Krekkk! krekkk! "Aaakkkkhhhh! My hand!" Tubuh Kana merinding seketika berlari ke arah dinding menempelkan tubuhnya di sana dengan napas terengah-engah. "Ya Allah, itu seperti bunyi patahan tulang. Apa yang terjadi pada orang itu?" Sambil mengingit bibirnya kuat Kana menyembulkan kepalanya di balik dinding berusaha melihat ke dalam gang. Betapa terkejutnya dia mendapati sekelompok orang ber jas hitam tengah menyiksa sosok pria paruh baya yang sudah telihat sangat lemah. Pakaian pria itu pun telah ternoda oleh darahnya. "Astagfirullah ... " Kana segera menyudahi tontonannya, manarik tubuhnya lagi menempel pada dinding. Keringat membanjiri tubuh Kana, padahal suhu di Negara A sangatlah dingin. BUKH! "Bagaimana kabarmu Tuan Kur?" Terdengar suara lain berbiacara. Nada suara itu mengandung kesinisan begitupun dengan sorot matanya sangat tajam. Sosok pria itu terlihat lebih dominan di antara pria ber jas hitam lainnya. Sudah di pastikan dialah ketua dari orang-orang itu. "Cih! Matipun aku tidak keberatan. Bunuh saja aku!" Pria bernama Tuan Kur berteriak sesekali terbatuk karena kondisinya sangat mengenaskan. "Kematian terlalu menyenangkan untukmu Pak Tua. Bagiamana kalau kita sedikit bermain?" Senyum smirk pria itu tersirat maksud mengerikan untuk Tuan Kur. "Apa yang mau kau lakukan! Tidak, bunuh saja aku, jangan menyiksaku, bunuh aku!" Tuan Kur berteriak histeris seakan ingin kematian segara menjemputnya. Dia memilih mati daripada di siksa oleh para Mafia kejam itu. "Kau tau apa yang ku inginkan, Roand." Kata ketua Mafia melirik sekilas pada kepala pengawalnya, memberi isyarat lewat tatapan. "Baik Tuan, akan aku lakukan." Tuan Kur menyeret tubuhnya mundur hingga menyentuh dinding gang. Tubuh lemahnya tak bisa melakukan perlawanan. "Jangan! Jangan! jangan menyiksaku!!!" Hanya mampu berteriak di sisa tenaganya seiring langkah Roand yang mendekat, "Kumohon, kasihani aku ... " "Tidak ada belas kasihan dalam dunia Mafia. Kau pantas tersiksa lalu mati atas apa yang kau lakukan!" Roand mengeluarkan pistol dari balik saku jas dan menodongkannya tepat di perut pria paruh baya itu. Roand berniat membuat Tuan Kur tersiksa hingga mati kehabisan darah. Namun, sebelum itu Ketua Mafia kembali berucap, "Ada kata terakhir yang ingin kau sampaikan, Tuan Kur?" Di sisi lain, Kana memejamkan mata erat. Tubuhnya gemetaran dan bibir pucat. Wajahnya pias mendengar semua percakapan mengerikan itu. Kana ingin lari, tapi otaknya masih bekerja dengan baik. "Yah, aku harus melaporkannya pada polisi." Saat kana menunduk matanya langsung melihat kamera yang tergantung di lehernya. Seketika dia bersyukur karena satu ide terlintas di kepalanya saat di situasi menegangkan itu, "Aku harus memotret kejadian ini untuk di jadikan bukti real pada kepolisian!" Dengan keberanian kecil Kana kembali mengintip, kamera di tangannya sudah siap mengambil gambar. Kana berusaha memfokuskan pada objek dan... CEKREK Bukan hanya satu gambar, Kana memotret hingga beberapa kali. Namun.... "Tunggu!" ucap Ketua Mafia itu menghentikan Roand yang akan menekan pelatuk pistol. "Ada yang sedang memata-matai kita." Katanya setelah mendengar suara rana kamera ketika sedang memotret. Kana langsung berjingkat kaget ketika mata tajam itu tertuju padanya. Mata mereka bersitatap cukup lama, hingga semua mata dalam gang itu terpusat penuh pada Kana. "Aaaaaakhhh! Lari Kana!" Jerit Kana pada dirinya sendiri. Dia berlari terbirit-b***t dengan sekuat tenaga menjauhi gang sempit mengerikan itu. "Tangkap gadis itu!" "Baik, Tuan Zaro!" Detak jantung gadis itu bertalu dengan larian cepatnya untuk menjauhi beberapa sosok manusia kejam tadi. Kana sudah banjir keringat dingin dengan binir yang gemetar takut dirinya tertangkap. 'Aku merasakan firasat buruk akan terjadi padaku. Aku harus melakukan sesuatu!' ucap Kana dalam hatinya. Larian Kana mulai menurun dan napasnya yang sudah tersendat-sendat. Kana melepaskan kamera dari lehernya dan berniat membuangnya. Sebelum gadis itu membuang kamera miliknya, dia menatap sejenak karena sedih mengingat kameranya yang dia beli susah payah itu harus di buangnya. "Maafkan aku!" Kana membuang kamera itu begitu saja. "Kejar terus, Jangan sampai gadis itu lolos!" Teriak pria bernama Roand, orang kepercayaan Laki-laki pemimpin itu. Kana berbelok arah dan masuk ke gang dan masih terus berlari. Berharap dia bisa selamat dari kejaran para pria-pria kejam itu. "Tidak! Ya Allah kenapa jalan ini buntu!" Paniknya melihat dinding tinggi yang menjulang di hadapannya. Kana menggigit bibir dan menoleh kebelakang. Diaelihat tong sampah besar dan berlari ke sana untuk bersembunyi, "Huuft ... Semoga aku tidak tertangkap Ya Allah." Doanya menutup matanya agar tak melihat kejadian selanjutnya. "Kena kau!" "Aaaahk!" Pekik Kana terkejut ketika bahunya langsung ditarik ke depan oleh Salah satu pengawal yang berhasil menemukannya. "Bagus, lakukan tugasmu. Kita akan membawanya ke hadapan Tuan Zaro," Kata Roand memerintah pengawal itu. Salah satu pengawal lainnya maju dan menghampiri Kana. Di tangannya ada sapu tangan yang telah di beri obat bius. Mata Kana melotot sudah menebak apa yang akan terjadi padanya. "Tidak! Aku mohon lepaskan aku! Aku tidak bersalah! Lepaskan aku!" Teriak Kana memberontak. Namun, itu sia-sia karena tangannya telah di tahan oleh pengawal lainnya. Roand mendekati Kana dengan tersenyum sinis, "Mintalah pengampunan pada Tuan Zaro. Karena kami hanya menuruti perintah Tuan." Ucapnya pada Kana dan dengan Roand memberi isyarat pada pengawal untuk segera membius Kana. Tubuh Kana semakin lama semakin lemas dan alam bawah sadarnya pun menariknya untuk bermimpi. Mungkin bukan untuk bermimpi indah namun, sebaliknya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

PERFECT PARTNER [ INDONESIA]

read
1.3M
bc

CEO and His Cinderella

read
56.7K
bc

The Naughty Girl

read
103.4K
bc

Pengganti

read
304.0K
bc

Saklawase (Selamanya)

read
69.7K
bc

Nafsu Sang CEO [BAHASA INDONESIA/ON GOING]

read
892.9K
bc

Sak Wijining Dino

read
162.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook