#51 Pengakuan Ardan

997 Kata

Ardan menekan puntung rokok dengan kasar hingga api padam, ini sudah ketiga kalinya ia melakukan hal yang sama, padahal dirinya baru saja berdiri disana sekitar lima belas menit lamanya. Hatinya risau setelah mendengar permintaan Vanie untuk menjenguk Putra. "Cih...untuk apa aku membantunya? Bahkan aku ingin dia tidak bangun untuk selamanya." gerutu Ardan. "Tapi, kasihan juga dia menunggu tanpa kepastian." lanjutnya. Berdasarkan perasaan tersebutlah ia akhirnya memutuskan untuk memenuhi permintaan Vanie. Di dalam kamar Putra, terbaringlah seorang pria dengan wajah yang pucat. Suara bunyi alat bantu terdengar saling sahut menyahut satu sama lain. Hening....bahkan Ardan dapat mendengar suara hembusan napasnya sendiri. Dengan bantuan lampu temaram berwarna kuning di meja sudut, ia berusaha

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN