KESAN

1907 Kata
Salvastone tidak mampu berpikir jernih sejak siang tadi. "s**t! Kenapa aku harus memuji wanita itu?!" Rutuk salvastone pada dirinya sendiri saat sudah berada di dalam ruang kerjanya. Salvastone memainkan laptopnya, memutar video porno koleksinya. Libidonya sudah tidak tertahankan, mengingat pundak dan paha Kartika yang sangat mulus, kencang sangat terawat bagai seorang gadis muda, pinggangnya yang terlihat sangat pas untuk direngkuh dalam lengan kokoh Salvastone.   AAAAARRRGGGHHHH!!!!!  Seru Salvastone yang duduk di kursi kerja nya sambil mengacak rambutnya berantakan.   "Sial! Aku sungguh butuh pelepasan dengan wanita itu! Dia sungguh menggairahkan, aku sungguh ingin merengkuh pinggangnya dan menjadikan kami sangat dekat. Dasar perjanjian sialan! Harus berjarak 50cm terdekat dengannya! Bodoh sekali!" Salvastone sangat merasa kesal karena gairahnya yang sangat membutuhkan pelepasan. Akhirnya Salvastone mampu mencapai puncaknya kenikmatan dengan menggunakan tangannya sendiri sambil membayangkan Kartika adalah pemain wanita di film porno itu.   Ddrttt....Drrtttt.. Ponselnya berbunyi. Shasa memanggil.   "Halo sha..." "Kak Alva, sedang tidak sibuk kan? Kita makan malam berdua yuk, aku ingin merayakan ulang tahunku berdua dengan kak Alva, mau ya.. Please..." "Baiklah, datanglah ke kantorku, aku masih ada sedikit pekerjaan yang belum selesai, setelah itu kita akan pergi makan malam." "Aaahhh...!!!senangnya...tunggu aku ya kak, aku sampai disana 30 menit lagi." Salvastone tersenyum menggelengkan kepalanya.   "Jangan salahkan aku Mr.Hans, putri mu sendiri yang datang menyerahkan diri padaku. Aku hanya menikmati anugerah Tuhan saja."  Ucap Salvastone dengan otak mesumnya.  ****   Petang hari. Pakaian Shasa sudah tidak lagi menempel di tubuhnya, Salvastone sungguh tidak membuang kesempatan. Shasa sungguh menggoda dengan pakaiannya dan cara berjalannya saat masuk dalam ruangan kerja Salvastone petang hari tadi. Acara makan malam mereka berubah menjadi saling menyantap dan menikmati tubuh yang berada dihadapannya. Shasa terlalu menunjukkan rasa memujanya terhadap Salvastone, dia sengaja melakukan segala hal yang menggoda Salvastone.   Aaaaahhhh....  Aaahhhhhh...enaakk...  Euughh...  Kak Alva, lebih cepat lagi...aaahhh... Ooouuuhhhh...Kartika kamu enak sekali... Aaahhhhhh....kak...aahhhh... akuuuuhhh.....Shasa...aaahhhh...  Tutup saja telingamu! Atau aku akan berhenti! Aaahhhhhh... Aaaaahhhh... Jangan berhenti..ih...kak....aaaaahhhh...enak... Payudara Shasa diremas dan yang sebelahnya dikulum nikmat bagai lolipop oleh Salvastone sambil terus intinya dikocok oleh junior Salvastone.   AAAAAAAHHHHHHHHH!!! OOUUHHHHH!!!! aaahhhhhh...enak sekali kak Alva.... aaahhh...nikmaatt kak....eeeuugghhhh... Keduanya terus bersahutan mendesah sepanjang malam itu. Shasa sungguh dibuat kelelahan oleh Salvastone hingga tertidur di sofa ruangan kerja Salvastone. Salvastone duduk di sofa single dan menatap Shasa yang tertidur di sofa panjangnya, dia hanya berselimutkan jas tebal milik Salvastone.   "Gila! Aku sungguh sudah gila! Wanita muda dan secantik ini tidak sanggup membuatku hilang ingatan terhadap Kartika! Seharusnya aku bisa melupakan wanita itu dan lebih memilih membayangkan Shasa, tapi mengapa yang terjadi justru sebaliknya?! Apa yang terjadi denganku?!"  Batin Salvastone tetap menatap Shasa yang terlelap. Salvastone akhirnya juga terlelap di sofa single itu.  ****   Pagi hari.  Kartika sangat terkejut saat baru saja duduk di meja kerjanya pagi ini. Hari masih pagi sekali, hanya baru ada beberapa pegawai yang datang, tapi dia sudah melihat nona Shasa melangkah keluar dari ruangan Mr. Salvastone. Rambut dirapikan seadanya, pakaian sexy sedikit berantakan, bibir bengkak.  Kartika bingung harus bersikap bagaimana terhadapnya.   "Selamat pagi Nona Shasa." Sapaku mengangguk hormat saat dia melewati meja kerjaku. Dia hanya diam menatapku, namun tersenyum sinis sambil tetap melangkah menuju lift. "Pasti dia barusaja melewatkan malam panas dengan si kak Alva yang sangat dicintainya itu. Hhhuuuuhhhhhh!!! Anak muda jaman sekarang sungguh gila! Apa yang ada di otak mereka?! Seks sudah lebih utama daripada menjaga kegadisannya."  Batinku  menggelengkan kepalaku, dan menghela napas besar.   Aku tidak ambil pusing terlalu lama dengan wanita muda itu. Aku duduk dan memeriksa jadwal Mr.Salvastone hari ini. Mr.Salvastone keluar dari ruang kerjanya dalam kondisi sama berantakannya dengan nona Shasa tadi. "Selamat pagi Mr. Salvastone." Sapaku menunduk.  "Ikut aku Kartika!" Perintahnya dan aku hampir membantah namun aku teringat pada para pengawal yang selalu ada di sekitar kami, jadi kami tidak akan pernah pergi hanya berdua. "Baik Mr.Salvastone." sahutku lalu segera meraih tas ku dan mengejar langkahnya masuk ke dalam lift. Kuperhatikan penampilannya yang sungguh buruk dan berantakan. Aroma cairan percintaan yang sangat menyengat, sedikit membuatku agak mual. "Mr. Salvastone, pagi ini kita ada pertemuan dengan PT. Sakamoto Auto untuk pembicaraan proyek kerjasama kita dengan mereka di Jepang." Ucapku membuka pembicaraan di antara kami. "Berapa waktu yang tersedia bagiku untuk bersiap diri?" Tanyanya tanpa menoleh ke arahku. "Sekitar 30menit, karena 30 menit sisanya harus kita siapkan untuk perjalanan kesana." Sahutku. "Baiklah, kita akan pulang ke apartmentku dulu, setelah itu kita langsung kesana." Ucapnya. "Maaf, apartment anda? Tapi....." Ucapanku ragu untuk kulanjutkan. "Kamu tunggu saja di mobil! Aku juga tidak ingin mempertontonkan tubuhku ini padamu!" Sahutnya dengan cepat dan kamipun tiba di lantai lobby dan langsung masuk ke mobilnya.  Aku hanya mengangguk dan tersenyum  lega padanya. Dia menatapku sesaat dengan tatapan jengah.  ****   Pertemuan ini berlangsung dengan lancar dan aku terkejut bahwa Mr.Salvastone ternyata bisa menjadi pria yang sangat cerdas dan serius juga berwibawa dalam menangani usaha bisnisnya.  Aku tersenyum menatapnya saat di dalam mobil, sedangkan dia sedang serius membaca file pada iPad nya   "Apa ada yang aneh denganku? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanyanya tanpa menoleh sedikitpun padaku. Aku tergagap bingung dan terkejut mendengar pertanyaannya, lalu menghela napas panjang dan tersenyum.  "Aku tidak menyangka bisa melihat sisi diri anda yang lain dari biasanya. Anda terlihat hebat dalam pertemuan tadi, tidak seperti biasanya." Sahutku tersenyum dan dia pun mengangkat wajahnya menatapku. "Tidak seperti biasanya??? Apa maksudmu?! Memangnya bagaimana biasanya aku?" Tanyanya mengernyitkan keningnya. "Ehm...jujur saja, kesan pertama yang kudapatkan dari anda adalah kesan yang buruk." Sahutku "Kesan buruk???" Tanyanya lagi. Aku mengangguk-anggukkan kepalaku.   "Anda selalu memberiku kesan......bahwa anda seorang yang pemarah, maniak seks, hanya suka bersenang-senang dengan segala hal seks dan wanita, bahkan tadi pagi pun aku melihatnya sendiri dengan mataku bahwa anda suka menggunakan ruang kerja anda sebagai tempat melakukan kesenangan anda. Aromanya bahkan sungguh menyengat dan membuatku mual." Sahutku dengan apa adanya. Salvastone menatap dalam ke mata Kartika. "Semua karena Melani terlalu pandai memilihkan pakaian untuk dirimu!"  Batin Salvastone di dalam pikirannya.   "Aku?! Maniak seks?! Apa kamu tidak takut kupecat sekarang?!" Tanya Salvastone. "Memangnya julukan apalagi yang harus saya berikan pada anda? Laptop anda saja berisi video plus-plus, klien anda juga mengatakan anda suka mencumbu sekretaris anda di hadapan mereka, bahkan seorang wanita muda tadi pagi keluar dari ruangan anda dalam kondisi sangat-sangat sexy dan berantakan. Entah apalagi kegiatan anda biasanya??? Yang pasti tidak pernah jauh dari seks dan wanita sexy. Benar bukan?!" Sahutku   HAHAHAHHAHHAAHHAHA!!! Mr. Salvastone tertawa mendengar ucapanku barusan.   "Jadi semua penglihatan dan pendengaran mu selama dua hari bekerja ini membuat dirimu langsung menyebutku maniak seks??? HAHAHAHAHAHHAHA! Bagaimana jika kamu langsung merasakan seks denganku? Kamu pasti akan merubah julukanku itu. Bagaimana? Mau coba?!" Ucap Mr. Salvastone menatapku dan tersenyum m***m, alisnya naik turun, membuatku bergidik ngeri dan lebih bergeser menjauh lagi dari dirinya.   Duduk di dalam mobil ini bersama dengannya sungguh berbahaya! Meski banyak pengawal namun rupanya mereka semua selalu ada di mobil lainnya, di mobil depan atau di mobil belakang.  "Ingat sangsi yang harus anda terima jika melanggar satu point dari perjanjian kita Mr.Salvastone!" Ketusku sambil membuang muka ke arah keluar jendela.   HAHAHAHHAHHAAHHAHA!!!!! Dia malah semakin tertawa keras.   "Sungguh menjengkelkan!"  Batinku kesal.  ****   Pekerjaanku sebagai sekretaris selama enam bulan ini bisa aku kerjakan dengan baik, anak-anak juga tidak mendapat masalah apapun di sekolah mereka. Semua kehidupanku berjalan lancar hanya masalah-masalah kecil saja, seperti terlambat menjemput anak-anak karena macet dan hujan deras, pemadaman lampu di tengah malam karena hujan petir, hingga anak-anak yang terluka karena jatuh saat bermain, namun aku bersyukur mereka semua selalu sehat dan rutinitas kami terus berjalan baik. Di libur akhir pekan terkadang kami menginap di rumah Yani dan Kak Raja semalam. Anak-anak sangat senang bermain dengan kak Raja.  Masalahku dalam pekerjaan ini hanyalah tentang para wanita muda yang terus bergantian datang ke kantor untuk menemui Mr.Salvastone, bahkan pernah dalam satu hari jam kerja, pria maniak itu bisa menghabiskan waktunya dengan tiga orang wanita muda bergantian. Aku sungguh jengah dan kesal olehnya, karena cemburu? Huh! bukan! Bukan! tapi aku kesal karena aku juga disuruhnya untuk melayani keperluan para wanita itu, mulai dari pakaian ganti hingga pakaian dalam mereka, dan juga makan siang sesuai selera kesukaan mereka. Sungguh melelahkan, tapi tidak masalah selama dia tetap ingat dengan surat perjanjian kami.   Akhir pekan ini ada libur longweekend. Aku berencana mengajak anak-anakku untuk berlibur ke rumah mertuaku. Sudah berbulan-bulan kami tidak bisa mengunjungi mereka, kami hanya berhubungan melalui video call saja.  "Jadi kapan kalian akan berangkat ke Cirebon?" Tanya Yani saat kami berjanji ketemu untuk makan malam bersama.  "Aku sudah membeli tiket kereta untuk Sabtu pagi, dan juga tiket kembali ke Jakarta hari Selasa siang." Sahutku.  "Apa kamu tidak kerepotan membawa anak dua dan juga barang-barang?" Tanya Yani.  "Tidak masalah, Samira bisa aku gendong dan Kemal aku gandeng, untuk barang-barang aku akan memakai jasa Potter untuk membawanya." Sahutku lagi. "Kamu yakin tidak perlu kami antar ke stasiun?" Kali ini kak Raja yang bertanya. "Tidak perlu sampai merepotkan kalian lagi, kali ini aku bisa menggunakan taxi online. Jadi semua sudah terkendali." Sahutku.   Kak Raja tersenyum dan menganggukkan kepala. "Kalian ada rencana apa long weekend nanti?" Tanya ku  bergantian memandang Yani dan kak Raja. "Kak Raja ada pertemuan dengan salah satu customer dari Malaysia, mereka sedang berlibur di Manado, jadi kak Raja harus berangkat ke Manado juga untuk menemui mereka." Sahut Yani. "Waaahhh...bisa sekalian bulan madu..." Godaku pada mereka. "Tidak.... sayang sekali aku juga ada perjalanan dinas ke Surabaya, jadi kami justru berada di dua tempat yang berbeda." Keluh Yani sambil manyun. "Ya...sayang sekali ya..."sahutku ikut menyesali keadaan mereka. "Sudahlah, nanti aku juga langsung menyusul ke Surabaya, jadi kamu jangan sedih seperti itu." Hibur kak Raja sambil merangkul pundak Yani lalu mengecup tepi keningnya. Yani pun tersenyum sambil bergelayut manja dalam rangkulan lengan kak Raja.   "Andai kak Edward masih hidup, senangnya ada yang menghibur dengan penuh kasih sayang seperti itu." Batinku terenyuh sedikit iri dengan keromantisan mereka.   Aku pun tersenyum menatap kebahagiaan mereka, entah mengapa Kemal mendadak ikut menirukan sikap kak Raja barusan. Kemal berdiri dan memelukku lalu mengecup keningku. "Mami juga punya aku yang bisa cium dan peluk mami." Bisiknya di telingaku namun dengan suara yang tidak berbisik sehingga kita semua tertawa melihat tingkah lucu Kemal itu.  Aku memeluk Kemal dan mengucapkan terima kasih pada anak pertamaku itu.  ****   Siang ini aku berada di ruangan Mr.Salvastone. "Tidak bisa! Kamu harus ikut aku menghadiri pertemuan ke Manado!" Perintah Mr. Salvastone saat siang ini aku dipanggil ke ruangannya. "Tapi Mr. Salvastone, saya sudah berjanji pada anak-anak saya untuk berlibur ke rumah kakek nenek mereka. Saya juga sudah membeli tiket kereta untuk pulang pergi, jadi saya tidak bisa ikut anda. Lagipula dalam perjanjian kita, saya sudah menyebutkan bahwa tidak ada acara menginap berdua di luar kota ataupun dimanapun sekalipun urusan pekerjaan. Apa anda lupa?!" Aku mengingatkannya sekali lagi. "Ibu Kartika, aku juga ingatkan sekali lagi! Bahwa aku selalu pergi dengan para pengawal ku! Jadi kita tidak akan pernah pergi hanya berdua! Kamu ingat jelas hal itu bukan?!" Tegasnya lagi. "Tapi bagaimana dengan anak-anak saya? sahabat saya juga ada perjalanan ke Surabaya, Daycare tempat mereka juga libur akhir pekan dan baru buka pada hari Senin nanti. Lalu, siapa yang akan mengurus mereka? Maaf Mr.Salvastone, saya mohon maaf sekali bahwa saya tidak bisa ikut dengan anda." Pintaku meminta pengertiannya.   Dia nampak berpikir sejenak sambil menatapku. Aku hanya berani menunduk, entah mengapa aku selalu tidak berani beradu tatapan dengannya jika dia sedang marah seperti ini.  "Kita akan ajak anak-anakmu dalam perjalanan kali ini! Aku tidak mau mengambil resiko dengan mendatangi pertemuan itu tanpa seorang sekretaris!" Ucapnya membuatku terkejut dan mengangkat wajahku menatapnya. "Apa?! Anda serius?!" Tanyaku. "Iya, kamu boleh ajak anak-anakmu ke Manado bersama kita! Tapi ingat! mereka akan tetap berada di hotel bersama pengawal ku, saat kita menghadiri pertemuan itu! Dan satu lagi! Berdandan lah sebagai sekretaris yang fashionable selama kita berada di Manado! Buang semua pakaian kuno mu itu! Aku akan meminta Melani untuk membantumu. Sekarang mulailah persiapkan segala berkas untuk pertemuan kita di Manado!" Sahutnya lagi dengan sangat panjang, namun aku tersenyum lega. "Terima kasih Mr. Salvastone, terima kasih, sikap anda hari ini menambah satu lagi kesan baik dalam otakku." Ucapku dengan tersenyum senang, dia menatapku diam, membuatku seketika menjadi canggung salah tingkah.   Aku segera berbalik meninggalkan ruangannya dan kembali ke mejaku.  Aku harus menghubungi mertuaku, mereka pasti akan kecewa, tapi bagaimana lagi??? Aku harus tetap bekerja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN