Sha Arden mengamati meja makan yang telah tersusun rapi. Bubur pun mulai disantap masing-masing. Tatapan Arden beralih pada Assassin yang sedang berbincang bersama Lucy dan Nenek Tin. Sebenanrya ia agak ktidak enak hati setelah menatap perempuan Assassins dengan tatapan permusuhan, karena ia masih terngiang soal mimpinya. “Woah, ini bubur terenak yang pernah kurasakan!!” Egan menyendok bubur dengan lahap, bahkan naga tersebut menaruh bubur kembali ke mangkuknya. “Siapa yang membuat, dia pasti sangat pandai memasak.” Lucy terkikik dan menunjuk Emily. “Kakak yang memasak.” Mendengar itu Egan yang awalnya seperti kesetanan melahap buburnya pun berubah menjadi elegan. “Oh.” Arden yang mendengar penuturan Lucy pun mengerutkan dahi. “Apa itu Kakak?” Penyihir putih menoleh pada Arden. “Oh,

