Bab 1 Penculikan
Pada malam pernikahan, dia dan adik tirinya diculik pada waktu bersamaan. tetapi tunangannya hanya menyelamatkan adik perempuannya itu...
Penculik bergegas ke arahnya sambil menyeringai, "suara(plak)" merobek pakaiannya.
Bun Nini masih tidak percaya dan menunggu dengan bodohnya, "Jangan! Aku harap kalian tunggu sebentar lagi, Rudi Wiryo bilang dia akan membayar uang tebusan..."
Penculik itu tertawa aneh, menelepon dengan suara keras, " Bun Narti, kakakmu ini sangat Bodoh!".
Pikiran Bun Nini membeku
Sindiran adik tiriku terdengar di telingaku, "Apa kamu benar-benar percaya kakak iparku akan menyelamatkan penipu sepertimu? Kukatakan sejujurnya kepadamu,aku sedang mengandung anak dari kakak ipar!"
Wajah Bun Nini putih memucat, "Kapan kalian berdua melakukannya?"
"Orang yang selalu dicintai Kakak ipar adalah aku, dan dia bersamamu hanya memanfaatkanmu untuk membantunya membuka perusahaan! Sekarang dia sudah menjadi Presdirnya, nah menurutmu mengapa kamu diculik?
Tangan dan kaki Nini semakin dingin. Dia menggelengkan kepalanya, "Aku nggak percaya, biarkan Rudi yang memberitahuku!"
"Dia ada di tempat ranjangku, dan saat aku hamil pun dia juga nggak tahan."
Suara pria tak berperasaan itu datang dari telepon, " Nini, kamu nggak berguna lagi, pergilah dengan tenang!"
buummmm! Wajah Nini menjadi pucat.
Cinta yang tumbuh selama delapan tahun ternyata hanya tipu muslihat semata? Untuk memonopoli perusahaan, Pria itu ingin dia mati!
Air mata Bun Nini mengalir.
Bun Narti tersenyum licik, "kalau saja Dia masih ingin melindungimu, maka aku akan membiarkanmu mati dengan cara yang mengenaskan. Kalian main-main saja terlebih dahulu dengannya, lalu lemparkan dia ke serigala!"
Bun Narti, Aku memperlakukanmu seperti adikku sendiri, kenapa kamu begini kepadaku, Ayah dan Ibu tidak akan melepaskanmu!"
"Kamu mengira Ayah dan ibu benar-benar mencintaimu kah?" Bun Narti mencibir.
Nini terkejut, apa yang dia maksud? Sebelum dia sempat memikirkannya, dia diseret ke arah pegunungan oleh para penculik!
Mereka tersenyum jahat dan mendesak untuk naik. Nini gemetar ketakutan, dia tidak tenang.
Apakah mungkin semua ini direncakan oleh Rudi Wiryo dan Bun Narti, dan dipermainkan sampai mati oleh orang-orang ini?
Tidak, tidak Mungkin
Tiba-tiba, dia melihat sebuah mobil diparkir di sisi jalan gelap menuruni gunung, dengan aneh pintunya terbuka?
Ada seorang pria yang duduk di kursi belakang mobil, dengan siluet tinggi dan buram, namun suasananya tidak biasa, dan jelas membuat depresi
Dia tidak tahu dari mana kekuatan itu berasal, dia mendorong penculiknya, berguling menuruni bukit dan bergegas menuju mobil, sambil memohon dengan mendesak, "Pak, bisakah engkau mengizinkanku masuk ke dalam mobil untuk menghindarinya?
" pergi sana."
Mata berlinang setengah tertutup dalam kegelapan yang dingin, dan pria bernapas berat itu memperingatkan.
Para penculik datang mengejar!
"Ada yang mengejarku, Pak, tolonglah!" Nini memeluk pahanya dan naik, menutup pintu mobil!
Tubuhnya yang gemetar terus bergesekan dengan celana pria itu, dan dia bahkan tidak menyadarinya.
Sepasang mata haus darah dalam kegelapan langsung terbuka, dan pria itu memutar jakunnya, "Kamu nggak mau turun?"
"Aku nggak bisa turun!" Dia menggelengkan kepalanya, sembari berharap.
"Ha. Nggak peduli siapa yang mengirimmu, karena sudah ke sini," pria itu menyeringai dengan suara serak, "jadi jangan menyesal ya!"
Saat dia selesai berbicara, dia dipeluk oleh tubuh yang kuat...
Bun Nini tertegun, dia terlambat.
Dia membuka matanya lebar-lebar dan menangis, sekeras apa pun dia berusaha mendorong tidak mampu melepaskan diri dari pria berkekuatan yang mengerikan itu.
Perlahan... kegelapan menyelimutinya.
Entah berapa lama, Nini perlahan terbangun...
Pria itu masih tertidur, dan hari masih gelap.
Nini mengambil pakaiannya dan melompat dari mobil dengan sembarangan.
Malam itu, dia melepaskan diri dari penculiknya, tapi kehilangan barang yang paling berharga!
Nini mengusap matanya dengan sedih, tidak berani berhenti, apalagi melihat ke belakang pria di dalam mobil itu.
—
sepuluh hari kemudian
Bun Nini yang sekarat akhirnya kembali pulang ke Jakarta, ke keluarga Bun.
Dia tidak punya uang sepeserpun saat melarikan diri, kelaparan dan kedinginan selama perjalanan, dan hanya punya separuh nyawa yang tersisa.
Nini mengepalkan tangannya. Dalam sepuluh hari terakhir, dia tidak melihat satu pun berita tentang ayahnya untuk mencarinya.
Bun Narti mengatakan kalau ayahnya tidak mencintainya sama sekali. Mengingat kembali ketidakadilan yang dideritanya sejak kecil... Nini menggigit bibirnya.
Dia tidak percaya itu, jadi dia kembali dengan putus asa untuk bertanya kepadanya.
Di pintu belakang rumah keluarga Bun, Nini masuk dengan sembunyi. Bahkan sebelum dia melangkahkan kakinya, dia mendengar suara pertengkaran datang dari ruang tamu.
"Bagaimana kita bisa yakin anak ini sudah meninggal kalau tubuhnya belum ditemukan?" kata ibu tiri Yuni, khawatir.
Nada bicara Bun Narti dari terdengar seram, "Pa, jika kamu khawatir dia akan menjadi hantu untuk membalas dendam maka temukan seorang shaman untuk mengunci jiwanya! Beraninya dia datang untuk meminta nyawanya?"
"Apakah Itu tidak terlalu kejam." Ini adalah suara dingin ayahku.
Nini gemetar dan terjatuh ke tanah. Wajahnya yang tanpa ekspresi terasa seperti terkoyak oleh angin dingin. Dia membayangkan ayahnya merasa khawatir dan bersalah atas keselamatannya, dan membayangkan ibu tiri serta Bun Narti berada dalam keadaan panik sepanjang hari.
tidak pernah terpikir bahwa mereka begitu kejam!
"kejam apanya, Mas? Kita membesarkan Nini untuk melindungi Bun Narti dari bencana!"
"Lagi pula, apa yang kita lakukan pada ibunya saat itu? Bagaimana kalau Nini belum mati dan dia mengetahui rahasiamu.. ...."
"Sudahlah jangan bicara lagi! Jika dia belum mati, aku akan membiarkannya mati di sini hari ini." Suara Bun Narto tidak terdengar seperti seorang ayah.
"Selanjutnya, kita cemarkan namanya. biarkan Bun Narti dan Rudi menggunakan kesempatan ini untuk mengambil alih perusahaannya. Barang-barang yang ditinggalkan kakeknya akan menjadi milik kita. Secepat kita menangani pamannya,..."
.......
Nini menggigit bibirnya dan berusaha sekuat tenaga untuk tanhan kemarahannya.
Kengerian dan amarah yang meluap-luap menyebabkan rasa sakit yang menusuk di perutnya. Dia mengerti bahwa ada rahasia di balik kematian ibunya, dan terlebih lagi, pengalaman hidupnya bahkan lebih mencurigakan?
Dia tidak boleh mati di sini!
Nini patah hati, memegangi perutnya dan berlari keluar, naik taksi, "Pergi ke rumah sakit..."
"Stasiun radio memberitakan bahwa Nini, putri sulung keluarga Bun, dicurigai berselingkuh dengan banyak orang dan dibunuh oleh kekasihnya di pegunungan. Keluarganya sedih dan patah hati, dan sedang mencari mayatnya..." Radio di dalam mobil berbunyi.
Nini tertegun sejenak dan hanya bisa mencibir. Dia yang menantikan kabar bahwa keluarganya sedang mencarinya akhirnya keluar.
menyiramkan mencemarkan namanya pada 'kematiannya', mereka membingungkan benar dan salah! Sehingga Rudi, b******n dan perempuan jalang itu, bisa mengambil semuanya darinya!
Benci, Sangat penuh kebencian. Dia harus menjaga dirinya agar tetap hidup, dia ingin membalas dendam!
"Mbak?" teriak pengemudi saat melihatnya pingsan.
"Mengapa gadis ini terluka parah?"
Bun Nini samar-samar mendengar dokter berlari ke arahnya...
Ketika Nini tersadar, dia melihat jarum tertancap di punggung tangannya ke arahnya dan berkata dengan terkejut, "Mbak, kadar hCG mu dalam tes darah sangat tinggi, yang membuktikan bahwa kamu tidak hanya terluka, tetapi juga hamil!"
Nini terdiam, seperti disambar petir, "Dokter ...apa katamu?"
"Usianya kurang dari dua minggu? Apa pacar Mbak nggak datang?"
Bibir Nini memucat, pria di malam gelap sepuluh hari yang lalu!
Bagaimana dia bisa begitu sial dan bisa hamil?
Dokter mengerti setelah melihat reaksinya, "jikalau mau digugurkan? Aku akan membuatkan jadwal operasi untukmu..."
"Nggak ada yang boleh menyentuh perutnya!" Tiba-tiba, sekelompok orang masuk ke ruang UGD itu.
dipimpin oleh seorang pria menggunakan jas dan berdasi, lalu mengusir dokter tersebut.
Dia menoleh dan mengangguk dengan sopan ke arah Bun Nini, "Nona Bun, Kamu hamil, benarkan? Silakan ikut dengan kami."
Nini merasa cemas, "Siapa kalian?" ! "
“Ayah dari bayi yang berada diperutmu,ini dia! ”