Tara kembali ke rumah dan terperanjat menemukan Abimanyu yang duduk di sofa ruang tamu, lelaki itu menatapnya penuh amarah, seakan ia telah melakukan kesalahan yang tak bisa dimaafkan. Tara merasa geli, bukankah harusnya, dirinya lah yang layak menyimpan amarah. Lelaki itu tak berhak marah akan apa pun karna dirinya lah satu-satunya korban dari kesalahan yang lelaki itu lakukan guna menghancurkan apa yang ada di antara mereka. Tara mencoba mengabaikan lelaki itu dengan berjalan tanpa melihat ke arahnya dan berusaha mengabaikan kehadiran lelaki itu, menganggapnya tak ada seperti yang kerap lelaki itu lakukan padanya. Ia hanya ingin menemukan kedamaian bagi hatinya yang telah mati. “Tara …” panggil Abimanyu setengah berteriak, menghentikan langkah Tara, namun tak membuat wanita itu mau ber

