Sudah tiga hari lamanya Henry mencari gadis tapi dia tidak diterima. Dia sudah keliling kota hingga mendatangi banyak tempat untuk mencari sosok gadis itu. Kota ini juga sangat besar dan waktu tiga hari tentulah tidak cukup untuk mencari gadis itu.
Siang ini Henry mengajak William bertemu. William juga tidak akan melakukan pekerjaan yang membuat William mau menenui Henry. Tempat p ertemuan mereka merupakan salah satu kafe yang penuh akan turis yang lolos-lalang karena Henry masih ingin mencari sosok gadis itu.
Lonceng di pintu cafe berbunyi membuat Henry mendongakan pembicaraan, dia melihat William yang berjalan ke arahnya. Tampak wajah William meringis melihat keadaan Henry yang tampak urakan. Rambutnya sedikit gondrong yang dibiarkan jarang, dan sedikit bulu-bulu halus di rahangnya.
“Kemana tampilan rapimu, Bung. Tapi, kau tampak selalu tampan. " William meninju lengan Henry dan duduk di depan lelaki itu. Mendengar kalimat tampan dari William membuat Henry memerhatikan geli, dia tidak suka dengan kalimat pujian seperti itu, memuji itu diucapkan oleh lelaki.
Jika di tempat umum seperti ini, William tidak berani membawa Henry Alpha, itu sama saja dengan membongkar aib sendiri. Orang-orang pasti akan melihat mereka penuh curiga.
"Kau di sini ingin mendengarkan penjelasanku atau kau ingin mengomentari penampilanku?" tanya Henry kesal.
Kekehan tidak bisa tahan William. "Aku ingin mendengar ceritamu, tapi tidak boleh di sini juga ...." William berhenti mengucapkannya dan Henry langsung mengerti dengan maksudnya.
Ramai, karena ingin mencari perempuan itu membuat Henry sadar bahwa tempat dia memilih untuk berbicara alasannya seperti ini pada William menjawab tepat.
"Oke, kita cari tempat lain." Henry bangun dari duduknya. "Aku akan membeli kopi, kau keluarlah dulu." lanjutnya.
Tentu saja William begitu takjub dengan Henry yang berinatip membelikannya kopi. Tidak ingin bertanya-tanya lagi. Tak lama Henry keluar dengan dua kopi di disetujui, satu kopi dia diberikan pada William dan satu lagi untuknya.
"Terima kasih," ucap William.
Mereka Berjalan menuju salah satu tempat yang cukup sepi. Dengan menikmati kopi mereka diam tidak memulai pembicaraan, William sendiri menunggu Henry yang memulai bercerita.
"Apa kau tahu dongeng tentang gadis tudung merah?" tanya Henry.
"Ya, semua orang di dunia ini pasti akan tahu," jawab William, waktu juga. Henry mengatakan tentang itu tetapi Henry masih tidak percaya sampai sekarang dan dia butuh kejelasan yang lebih jelas dari Henry.
"Dulu saat setelah pelantikanku sebagai Alpha, Smith, dia menceritakanku tentang takdir sang Alpha, ramalan yang akan terus diturunkan ke setiap Alpha hingga takdir yang datang."
“Takdir bagaimana maksudmu? Dan apa yang memilih dengan dongeng gadis tudung merah? "
“Dongeng Ternyata Itu Bukanlah Dongeng, Itu Kejadian Nyata dan Akibat Manusia Serigala di Cerita Itu Kita Bisa Kutukan. Akan ada Alpha yang akan memiliki pasangan dari titisan si tudung merah, tidak hanya itu si titisan tudung merah merupakan penghancur kaum manusia serigala. "
Dengan wajah tak percayanya, William berucap, “Bagaimana bisa anak manusia bisa membebaskan kita? Apa yang dia berhasil untuk melawan kita? ” Tentu saja, William tidak percaya karena manusia serigala merupakan mahluk yang kuat yang didukung dengan postur tubuh yang besar, dan kekuatan apa yang ada di milikinya? Apa seorang penyihir? Tapi jika melawan semua manusia serigala tentu saja susah, jangan melawan semua manusia serigala, melawan satu paket saja sudah mencari mati datang.
"Aku sendiri tidak tahu, apa yang dia lakukan sehingga bisa menghancurkan semua manusia serigala."
"Apa dia dari spesies lain?" tanya William.
Sejenak Henry diam sebelum dia tersenyum kecut. "Sayangnya dia manusia."
Kaget tentu saja, William tahu betul bagaimana Henry dan Henry memiliki pasangan manusia? Apakah Moon Goddess bercanda?
"Jangan mengasihaniku," ucap Henry seakan tahu kenapa William berekspresi seperti itu.
"Tapi bagaimana kau tahu bahwa kau adalah Alpha yang terpilih?"
Mimpi itu masih membekas di ingatan Henry belum dia mencoba untuk melupakannya, senyum ingat itu dan juga rasa sakit di dadanya juga masih ingat Henry.
"Dia datang ke mimpiku dan bulan merah yang kita lihat beberapa hari yang lalu adalah tanda-tanda."
"Bulan merah yang hanya bisa dilihat oleh kaum kita?" tanya William yang dijawab anggukan Henry. Pantas William menerima curiga dengan menerima bulan merah itu, karena tidak ada pemberitaan yang mengatakan bahwa muncul bulan merah waktu itu.
Panggilan telpon berhenti percakapan mereka, panggilan itu tertuju untuk Henry, saat dia melihat nama yang tertera nama Jack yang merupakan sektretarisnya terpampang.
“Meminta sesuatu yang penting,” ucap William karena Jack jika diminta tugas tidak akan meminta banyak, dia akan meminta selama hal itu masih bisa dia tangani, tetapi jika dia menelpon seperti ini ada sesuatu.
Henry mengangkat panggilan telpon itu dan langsung disambung oleh suara Jack yang ribut. "b******n itu ingin kau dibawa pestanya."
"Siapa?" tanya Henry bingung.
"Bapak. Ace, dia akan mengadakan pesta ulang tahun pernikahan-nya. Aku sudah bilang aku sibuk kemarin tapi dia terus menunggu, ”jelas Jack yang membuat Henry mendesah lelah.
Ace, suka orang yang disukai, pria tua bangka cukup licik dan bisa dibilang pria tua bangka ini sengaja mengundangnya untuk memamerkan sesuatu.
"Mereka mengundang banyak saingan kita," lanjut Jack yang membuat Henry terkekeh. Seperti dugaannya bukan.
"Oke, aku akan pergi."
"Acaranya besok malam." Jack ingatkan sebelum perpindahan telpon di matikan oleh Henry.
"Kau akan pergi ke mana?" tanya William.
"Ulang tahun pernikahan, Tuan Ace, lelaki tua bangka itu suka sekali membuat pesta."
“Tapi bukankah ini sesuatu yang bagus untukmu? Kau bisa mencari gadis itu. ”
Saat itu juga Henry terdiam, apa yang disampaikan oleh William benar juga, menghadiri acara-acara seperti ini juga sama dengan dia mencari gadis itu karena di acara itu pasti akan banyak orang yang mengadakan pesta itu.
"Ya, kau benar." Henry bangun dari duduknya dan menepuk pundak William. “Aku akan kembali mencarinya, aku harap kau urus pak dengan baik. Hal yang kita bicarakan ini jangan sampai diketahui oleh orang lain. ” Henry mengingatkan.
"Ya, tenang saja."
Henrypun meninggalkan William. Dia harus kembali mencari gadis itu, dia hanya bisa melakukan total sampai satu minggu karena Henry tidak mungkin melepaskan semua tanggung jawabnya pada William dan Jack. Hari-hari selanjutnya Henry harus menyiapkan cara untuk mencarinya.
Sudah berbagai tempat Henry datangi sampai berdiam diri di hari yang semakin mendingin di akhir musim gugur. Dan malam ini cukup dingin bagi manusia untuk pergi ke luar rumah.
Hampir tengah malam saat Henry memutuskan untuk pergi ke salah satu toko serba ada tapi saat dia akan membuka toko Henry yang terdiam. Entah bagaimana dia merasa aneh dengan tempat ini, tapi itu hanya terasa sesaat sebelum beberapa saat kemudian tempat itu terasa biasa-biasa saja.
Ada sesuatu yang di dalam dirinya merasa aneh yang membuat Henry bingung. Apakah ini pertanda gadis itu ada di sini? Tidak ingin pertanyaan yang menganggu Pikirannya Henry segera masuk ke dalam toko serba ada dan berhadapan dengan kasir laki-laki.
"Apakah dari tadi ada perempuan di sini?" tanya Henry.
"Tidak ada perempuan yang datang sejak pukul 9 malam."
Jika sudah berjam-jam maka terasa Henry salah dengan perasaan yang dia rasakan. Apakah ini rasa frustrasinya karena tidak mendapat gadis itu? Tapi ini memang baru beberapa hari pencariannya dan ini baru di satu kota, masih ada kota-kota dan negara lain jika memang Moon Goddess ingin menyiksa Henry.
Membuat membayangkan dirinya harus mencari sampai ke negara lain membuat Henry terkekeh membayangkan takdirnya yang dipermainkan oleh Dewi Bulan.
"Apa Anda mencari seseorang?" Pandangan mata penjaga kasir itu tampak curiga dengan Henry.
“Ya,” singkat kemudian pergi dari toserba tersebut, niatnya untuk membeli kopi dia urungkan karena moodnya hancur akibat Dewi Bulan yang memberikannya takdir seperti ini untuk mempermainkannya.
Di jalanan yang sepi tapi cukup terang, Henry mengadah ke atas langit. Dia melihat bulan yang disetujui dengan terang. Henry berdecih, dia benar-benar membenci Dewi Bulan akan takdir yang diberikannya untuk dia saat ini.
"Sialan!" maki henry kemudian memutuskan pandangannya dari bulan di atas sana.