2. TINGGAL BERSAMA

1661 Kata
• AUTHOR POV • Pagi telah kembali, Keisha berhasil melalui malam panjangnya di mana ia hanya mematung di samping kanan Jovan yang tengah tertidur pulas. Mata Keisha sangat sulit tertutup membuat ia terjaga semalaman. Keisha dengan hati-hati bangkit dari ranjangnya tanpa ingin membangunkan Jovan. Ia menuju dapur membuatkan sarapan untuk suaminya yang masih terlelap. Tak banyak yang di ketahui Keisha dalam hal memasak. Mungkin hanya roti selai yang dapat ia sajikan. Ia juga tidak tau apa yang menjadi menu sarapan Jovan. Mereka benar-benar tidak saling mengenal. Suara langkah kaki yang terseret dari arah kamar Jovan membuat Keisha lebih cepat menyajikan sarapan di atas meja. Keisha mendapati Jovan yang baru saja keluar dari kamar menggunakan piyama dan sesekali menguap lalu menatapnya. Jovan berjalan menuju meja makan dan mengambil gelas kosong untuk ia isikan air minum. Keisha menatapnya canggung lalu ia berusaha untuk memulai kembali percakapan. "Hm.. Aku sudah buatkan sarapan. Maaf kalau tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan. Aku tidak tau apa yang biasanya kamu makan di pagi---" "It's okay. Kamu tidak perlu repot menyediakan ku sarapan. Aku bisa melakukannya sendiri" sela Jovan. "Hm... Biar Aku saja. Ini sudah menjadi tu--" "Jangan terlalu memaksakan diri mu melakukan hal yang tidak ingin kamu lakukan" sela Jovan kembali yang tidak di mengerti oleh Keisha. "Sejujurnya hari ini, Aku masih cuti, tapi rasanya sekarang Aku akan sulit untuk tetap tinggal di rumah ku sendiri" lanjut Jovan masuk ke dalam ruang pakaiannya. Tak ada jawaban dari Keisha membuat Jovan merasakan kemenangannya atas sikap acuhnya pada Keisha. Padahal, Keisha melakukannya memang semata-mata ingin melakukan kewajibannya menjadi seorang istri. Tapi, sepertinya pernikahan ini sangat di benci oleh Jovan. Tidak cukup sampai di situ, Keisha masih ingin memperlakukan Jovan layaknya seorang suami. Ia mengekor masuk ke dalam ruang ganti Jovan dan ikut membantu Jovan memilih kemeja yang akan ia kenakan hari ini. Tapi, lagi dan lagi sikapnya membuat Jovan muak dan semakin membencinya. "Tidak perlu! Pergilah, makan sarapan mu" pinta Jovan sinis. Keisha kembali ke meja makannya sambil menyantap roti yang tadi ia buatkan untuk suaminya.  Suara langkah kembali terdengar, Keisha menatap Jovan yang baru saja keluar dari ruang gantinya dengan setelan rapi serta gaya rambut yang klimis. Ia tanpa sadar memuja ketampanan suaminya pagi ini. Jovan berjalan kearah Keisha dan mengabaikannya. Bahkan ia juga tidak berpamitan dengan istrinya. Kepergian Jovan meninggalkan Keisha sendiri di rumahnya membuat wanita berparas asia kental ini cukup kesepian dan bosan. Tak seperti biasanya yang Keisha lakukan saat semasa kuliahnya, di mana ia akan lebih menghabiskan waktunya di luar bersama teman-temannya. Tapi, dengan singkat kehidupannya berubah karena pernikahan yang tak berdasar ini. Ia harus melakukan pekerjaan layaknya seorang istri. Di mana sang suami yang sudah berangkat kerja, ia hanya diam di rumah melakukan pekerjaan rumah tangganya. Rumah yang ia tepati lumayan membuatnya kelelahan kalau ia harus membersihkannya tiap hari. Jovan tidak memiliki pembantu yang akan menggantikan Keisha melakukan pekerjaan rumah tangganya.  "Apa yang harus ku lakukan sekarang?" ucap Keisha bosan. Lalu suara deringan ponselnya menyandarkan ia dari lamunannya. Keisha menatap nama suaminya yang tertera pada layar ponselnya. Dengan cepat ia menggeser tombol hijau tersebut untuk menjawab panggilan dari Jovan. "Halo..?" sahut Keisha lembut. "Jangan keluar rumah, apalagi kamu ke rumah mama. Mereka taunya aku masih cuti ini hari. Kalau kamu pergi, mereka akan curiga. Kamu paham maksud ku kan?" jelas Jovan pada panggilannya. Keisha terdiam sejenak mencerna ucapan Jovan yang begitu sangat tiba-tiba. Meskipun terdengar membingungkan, tapi yang ia tangkap dari ucapan suamianya adalah ia tak boleh keluar rumah dan mama Lilyana tidak boleh tau kalau hari ini Jovan berangkat ke kantor.  "Kamu paham, kan?" lanjut Jovan menyadarkannya kembali. "Ya. Aku paham" Ucapan Keisha mengakhiri percakapannya dengan Jovan di panggilan. Benar-benar tak ada yang harus ia lakukan hari ini. Rasa bosan kembali menyelimuti Keisha hingga ia teringat soal drama korea yang selalu di tayangkan di televisi. Meskipun drama itu menemani harinya, Keisha masih dapat merasakan waktu yang berjalan begitu lamban membuat dirinya merasakan setiap detiknya berada di rumah Jovan. Suara deringan ponselnya kembali mengalihkan pandangannya, ia menatap layar ponselnya dengan nama Priscilla yang tertera di sana. Priscilla adalah teman kampusnya yang juga berasal dari Indonesia. Meskipun ia adalah anak blasteran Chinese-Indonesia. Senyum sumeringah kini melekat di wajah Keisha. Ia tak menyangka kalau Priscilla akan menghubunginya di waktu yang tepat. Keisha menjawab panggilannya dan menyapanya seperti biasa. Sapaan yang terdengar ceria yang juga selalu ia berikan pada semua teman akrabnya saat di kampusnya. Bukan rahasia lagi kalau Keisha cukup terkenal di kampusnya, bahkan ia di kenal dengan wanita pembawa ceria serta paras asianya yang begitu kental. Tampaknya tentang pernikahan Keisha lah yang membuat Priscilla menghubunginya. Ia marah karena Keisha tidak mengundangnya bahkan memberitahu kabar bahagianya. Meskipun saat ini Priscilla sedang tidak berada di Indonesia. "Maafkan, Aku. Semuanya terjadi begitu saja" ucap Keisha. "Tapi tetap saja, kamu harus memberitahu ku.. Kei" keluh Priscilla. Priscilla adalah orang kepercayaan Keisha. Meskipun ia banyak memiliki teman tapi hanya Priscilla yang selalu menjadi tempat curhatan dia. Mulai dari sikap ibunya semasa sekolahnya dulu sampai urusan percintaannya yang sempat terjadi dengan salah satu teman kampusnya saat itu. Percakapan Keisha dan juga Priscilla membuat waktu berlalu begitu cepat di mana matahari yang perlahan akan terbenam dan hari menjadi gelap. Keisha menceritakan tentang pernikahannya dengan Jovan, pernikahan yang tak pernah ia harapkan. Di saat ia larut dengan ceritanya, ia terkejut saat suara decitan pintu terbuka dan menampakkan sosok Jovan di sana menatapnya. "Aku akan menghubungi mu nanti. Dia sudah kembali" bisik Keisha mematikan panggilannya dan berlari menyambut Jovan. Keisha berdiri menyambut Jovan yang meliriknya sinis ke arahnya. "Kamu tidak perlu menyambut ku. Aku tidak membutuhkannya. Rasanya dengan kamu bersikap seperti itu, Aku benar-benar sudah menikah" ucap Jovan mengabaikan Keisha. "Lalu apa yang harus ku lakukan?" tanya Keisha sedikit kesal. Ucapan Jovan selalu saja membuat perasaannya tersinggung. "Abaikan Aku. Dan jangan terlalu dekat dengan ku. Paham?" pinta Jovan kasar. Tak ada balasan lagi yang terlontar dari bibir Keisha. Ia masih tidak dapat paham dengan kehidupan Jovan yang sebenarnya. "Apa Aku bisa kembali ke kamar?" "Lakukan sesuka mu" balas Jovan. Keisha kembali ke kamar dan mengirimkan pesan pada Priscilla soal sikap suaminya padanya. • KEISHA POV • Sikapnya benar-benar membuat ku kesal dan tidak tau harus berbuat apa. Aku menuju kamar dan mengirimkan pesan pada Priscilla tentang sikapnya pada ku hari ini. Aku cukup lega, di mana Aku dapat menuangkan semuanya pada Priscilla. Karena, Aku tau.. Aku tidak mungkin menceritakan semuanya pada Meysha ataupun Geisha. Priscilla memberi ku semangat untuk kehidupan baru ku ini. Dia juga memberi ku saran untuk menanggapi sikap kasar Jovan pada ku. Aku terus bertukar pesan dengan Priscilla hingga tanpa ku sadari malam semakin larut. Dan Aku harus kembali tidur di samping suami ku yang tidak menganggap posisi ku di rumah ini. Aku tercekat saat mendengar suara pintu yang tertutup dan perlahan-lahan menampilkan sosok Jovan yang tengah berjalan ke arah ku sambil mengenakan piyama miliknya. Mata kami tidak sengaja bertemu membuat ku sedikit salah tingkah dan canggung. Dia lagi dan lagi tidak ada komentar sebelum naik ke ranjang yang saat ini juga Aku tempati. Aku masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajah ku dan melakukan ritual malam ku yang kebanyakan wanita lakukan sebelum tidur. Mata kami kembali bertemu saat Aku baru saja keluar dari kamar mandi dan entah kenapa Aku kembali menjadi salah tingkah dan menarik pandangan ku sebelum dia. "Apa besok kamu kantor?---hm, maksud ku besok kan hari libur" tanya ku memulai topik pembicaraan. Aku dan Jovan sangat jarang berkomunikasi satu sama lain, padahal kami berada di atap yang sama dengan status yang sudah resmi menjadi sepasang suami istri. "Tidak. Jangan terlalu banyak mencampuri urusan ku" balasnya lalu memunggungi ku. Ucapan selalu saja membuat suasana hati ku buruk dan menyinggung perasaan ku. Aku tau dia tidak menginginkan pernikahan ini, tapi bagaimana Aku? Apakah Aku juga menginginkan pernikahan ini? Bukannya Aku yang sangat di rugikan di posisi seperti ini? Tapi, Aku masih lega karena Jovan belum menyentuh ku sampai saat ini. Meskipun Aku yakin kalau dia tidak akan pernah melakukannya. Aku juga tidak ingin dia melakukan hal itu pada ku. Aku hanya ingin melakukannya dengan lelaki yang mencintai ku, dan begitupun Aku yang mencintainya. • AUTHOR POV • Wekeend is coming! Nikmatnya cuaca di pagi hari membuat tubuh Keisha terasa berat untuk beranjak dari ranjangnya. Keisha membalikan tubuhnya dan tidak sengaja menatap wajah Jovan yang masih sedang terlelap. Jovan benar memiliki wajah yang sempurna serta sifat kasarnya juga yang terlihat sempurna. Keisha tercekat saat ia mendapati mata Jovan yang seakan terbuka di saat ia sedang menatapnya. Keisha kembali menutup matanya mewaspadai kalau Jovan benar-benar terbangun dan mendapati dirinya sedang menatap Jovan saat tidur. "Apa dia masih membuka matanya?" batin Keisha. Keisha membuka matanya perlahan-lahan dan melihat ke arah Jovan. Ia terkejut saat matanya kembali berpaut dengan Jovan. Rasanya benar-benar malu saat Jovan memergoki dirinya. "Tidak sopan menatap orang yang tengah tidur" ucap Jovan sinis. Keisha memunggungi Jovan dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Jovan beranjak dari ranjang dan meninggalkan Keisha yang masih membenamkan dirinya di dalam selimut menyembunyikan wajahnya yang malu. Keisha dapat merasa lega saat Jovan benar-benar hilang dari pandangannya. Lalu suara deringan ponsel milik Jovan menyadarkan Keisha. Ia menatap nama mama Jovan yang tertera di panggilan tersebut. Keisha berlari membawa ponsel Jovan dan menyodorkan padanya. Tampaknya mama Lilyana mengajak Jovan dan Keisha untuk berkujung kerumahnya hari ini. Tapi, Jovan berhasil membuat alasan agar ia tidak perlu membawa Keisha kerumah mamanya. "Ada apa?" tanya Keisha penasaran. "Sudah ku katakan.. Jangan mencampuri urusan ku" balas Jovan. Keisha menghela napas kasar, rasanya hatinya sangat sakit kalau ia selalu mendapat bentakkan dari suaminya. Karena, ia tau kalau dirinya tidak pernah di perlakukan seperti itu oleh mamanya. Kembali ke rutinitas kesehariaannya di mana ia mulai merasa bosan. Sejak tadi Jovan tidak berbicara padanya, kehadiran Keisha bagaikan patung di rumah ini. • JOVAN POV • Kehadirannya di rumah ku membuat ku sangat terganggu. Apa yang harus kulakukan agar dia tidak betah dengan ku? Pernikahan ini benar-benar membuat pergerakan ku terbatas karena adanya dia. Padahal Aku pernah bersumpah tidak akan menikah dengan wanita lain selain "Dia". Meskipun hanya ucapan seorang lelaki remaja tapi, Aku bisa menjaganya sebelum pernikahan ini terjadi. Tapi dimana "Dia" sekarang? Kepergiaannya saat itu membuat ku tidak bisa mengabarinya lagi. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN