3. TERPAKSA

1549 Kata
• AUTHOR POV • Keisha menatap jam yang berada di atas nakasnya dengan suara gemuruh hujan serta petir yang membuat bulu kuduknya meremang. Ia menunggu kedatangan Jovan yang tak kunjung pulang dari kantornya. Sudah pukul 11.30 malam, Jovan belum kembali membuat Keisha khawatir di tengah cuaca seperti ini. Keisha membungkus dirinya di dalam selimut saat cuaca semakin dingin. Ia menghubungi Jovan sejak tadi, tapi tidak ada jawaban di sana. Lalu suara ketukan pintu menyadarkan dirinya dan beranjak dari tempat tidurnya. Keisha berlari menuju pintu sambil mengintip pada cela jendela dan mendapati Jovan yang berada di luar tengah basah. Keisha mengambil handuk dan membukakan pintu untuk Jovan. Jovan tampak begitu basah entah apa yang terjadi dia terlihat mabuk malam ini. Keisha membawa tubuh kekar Jovan sambil melilitnya dengan handuk. Aroma alkohol itu begitu menyengat di penciuman Keisha. "Astaga.. Kenapa bisa seperti ini" ucap Keisha sambil menyeka tubuh basah Jovan. Mata sayu Jovan terlihat jelas membuat Keisha semakin khawatir. Keisha tidak mempunyai pilihan lain selain membuka baju Jovan dan menggantinya dengan piyama. Tak ada penolakan dari Jovan, ia dengan tenang menyaksikan Keisha yang tengah mengurusnya layaknya seorang istri. Keisha berhasil mengganti pakaian Jovan dan membantunya kembali masuk ke dalam kamar. Keisha membaringkan Jovan sambil menyelimutinya lalu kedua pasang mata itu kembali terpaut. Keisha dapat melihat bola mata hitam pekat itu berada di hadapannya. Jantungnya berdegub kencang, tatapan itu tak pernah ia dapatkan dari Jovan. Keisha menelan salivanya saat tangan Jovan meraih dan memegang puncak tangannya. "Kenapa Aku harus menikahi mu?" ucap Jovan. Tak ada jawaban dari Keisha, karena ia sendiri juga tidak tau apa yang harus ia jawabkan untuk pertanyaan suaminya. Keduanya memang tidak mengharapkan pernikahan ini, mereka hanya anak yang patuh dengan permintaan mamanya. "Sepertinya.. Kamu mabuk. Biar ku ambilkan air hangat" balas Keisha menarik tangannya dan berniat meninggalkan Jovan. Tapi sayangnya aksinya di cegat oleh Jovan membuat tubuhnya terjatuh di atas d**a bidang Jovan dengan degub jantung yang sama dengannya. Keisha dengan cepat menarik tubuhnya yang sedikit terkejut dengan sikap Jovan padanya. Jovan menatap piyama milik Keisha yang terlihat transparan pada bagian d**a hingga perutnya karena tadi ia harus membantu Jovan mengganti pakaian basahnya. Jovan menatap lekat pada bagian d**a milik istrinya. Aliran darahnya masih terasa panas karena alkohol itu, di tambah situasi saat ini yang membuat darahnya semakin mendidih. "Aku akan keluar mengam---" Keisha tercekat saat wajah Jovan mendekat ke arahnya, spontan saja ia beringsut mundur menjauh dari Jovan. "Kenapa? Apa kamu tidak ingin ku sentuh?" tanya Jovan. Keisha semakin mundur dan menjauh dari suaminya tapi pergelangannya di tarik oleh Jovan hingga membuat ia kesulitan bergerak. "Kamu kenapa? Kenapa jadi bersikap seperti ini?" tanya Keisha panik. "Apa Aku tidak boleh menyentuh istri ku?" Keisha menatap Jovan bingung, sikapnya kali ini membuat dirinya takut. Ini bukan Jovan yang Keisha kenal, ini bukan seperti Jovan suaminya. Keisha begitu di lema dengan pertanyaan suaminya. Ia hanya bisa terdiam dan menatap Jovan dari tepi ranjang. "Bukannya Aku harus melakukan kewajiban ku sebagai seorang suami?" Pertanyaan itu membuat Keisha berusaha melepaskan cengkraman Jovan pada pergelangan tangannya. Sekuat tenaga Keisha lakukan tapi hasilnya nihil. Ia tidak sanggup melepaskan diri dari Jovan. "Tolong jangan seperti ini.. Kamu membuat ku takut" ucap Keisha takut. "Harusnya Aku melakukannya saat malam pertama kita menikah" balas Jovan menarik tubuh Keisha mendekat ke arahnya. Tubuh Keisha seakan di dorong cukup keras hingga ia menabrak d**a bidang Jovan. Hembusan napas itu menyapu lembut wajah tegas Jovan yang sangat dekat dengan Keisha. Kedua pasang mata itu kembali berpaut, Keisha semakin takut kalau saja Jovan memaksanya untuk melakukan hal itu. "Jangan Jovan.. " pinta Keisha menahan tangisnya. "Sssssttt... " bisik Jovan yang membuat bulu kuduk Keisha meremang. Keisha terlihat pasrah saat tangan Jovan mulai menyapu lembut lengan hingga berhasil menggapai pundak lalu beralih ke tengkuknya. Jovan menatap bibir polos istrinya yang terlihat berwarna merah muda. Entah apa yang membuat Jovan menjadi seperti ini. • KEISHA POV • Tak ada yang banyak bisa ku lakukan selain hanya diam menerima semua perlakuannya pada ku. Aku dapat merasakan jemarinya yang menyapu lengan, pundak hingga ia berhasil menggapai tengkuk ku. Hembusan napasnya juga berhasil membuat bulu kuduk ku meremang. Aku menatap matanya yang tak biasa. Apakah dia benar-benar mabuk malam ini? Apa dia akan melakukannya pada ku? Tapi, Aku belum siap. Aku tidak ingin. Apa Aku bisa menolaknya? Aku mengalihkan pandangan ku saat bibirnya mulai semakin dekat mencapai bibir ku. Tampaknya sikap ku membuat ia terlihat kesal hingga ia menangkup kasar wajah ku dan memaksa ku menatapnya. Aku pasrah saat kedua tangan ku ia genggam dengan satu kepalan tangannya di bawah sana. Tak banyak pergerakan yang dapat ku lakukan selain menerima semuanya. Hembusan napas itu semakin terasa di wajah ku. Aku memejamkan mata ku saat ia semakin dekat hingga Aku dapat merasakan sesuatu yang kenyal menempel di bibir ku. Apa sekarang dia sudah mencium ku? Aku menelan saliva ku bersamaan jantung ku yang berdegub hebat. Aku dapat merasakan manis bibirnya mengulum bibir ku dengan begitu lembut. Aku mengatup bibir ku saat ia memaksa menerobosnya masuk, tapi lagi dan lagi upaya ku gagal saat tangan kasar itu menarik turun dagu ku yang membuat mulut ku terbuka dan memberikan akses padanya untuk menjelajahi isi mulut ku. Bau alkohol itu masih melekat di bibirnya. Ia terlihat begitu menikmati kuluman yang ia berikan pada ku. Tangan ku masih berusaha ku lepaskan di bawah sana tapi tenaga ku masih tidak bisa mengalahkannya. Ciuman itu semakin intim hingga kedua tangannya kini menarik tengkuk ku yang membuat kedua tangan ku juga dapat bebas di bawah sana. Jovan menyapu lembut pipi ku dengan tangan kasarnya hingga tangan itu kembali turun ke tengkuk lalu pundak ku. Aku meremang saat tangan itu meraba bagian d**a ku. Sontak saja membuat mata ku melebar dan menarik bibir ku hingga membuat ia sedikit kesal menatap ku. "Jovan.. Hm, Aku ras--hm, kit--kita---" • JOVAN POV • Botol bir yang tadi ku teguk beberapa botol sukses membuat ku melayang. Sejak kemarin malam pikiran ku terus saja tertuju pada dia. Wanita yang dulu ku janji untuk menikahinya hingga kepergiaannya meninggalkan ku dan tidak mendapat kabar lagi darinya. Hal yang tak pernah ku pikirkan sebelumnya, di mana Aku ingin melakukan hal itu dengan istri ku. Wanita yang tak pernah ku harapkan menjadi istri ku. Tapi, entah apa yang membuat ku ingin melakukannya dengannya. Aku berpikir, hal ini memang harus ku lakukan. Apa salahnya Aku menikmati tubuh istri ku dan memang sudah selayaknya kita melakukannya. Meskipun Aku tau, dia dan juga Aku tidak memiliki perasaan itu. Aku lelaki normal yang bisa melakukan hal itu dengan wanita yang tinggal seatap dengan ku. Aku sedikit kesal saat ia menarik bibirnya di saat Aku tengah menikmatinya. Hal itu membuat ku sedikit frustasi. Aku kembali menarik Keisha dan melanjutkan ciuman ku. Bahkan Aku akui, Aku sedikit memaksa untuk di melakukan hal itu pada ku. Tapi, itu adalah tugasnya. Aku juga berpikir dengan sikap ku seperti ini, akan membuat ia tidak tahan dengan ku. Menganggapnya tak ada tapi, dia akan selalu menjadi pemuas gairah ku. Tidak merasa di cintai, tapi dia harus merelakan dirinya melayani ku sebagai seorang istri. Tangan liar kini meraba bagian dadanya ia sedikit berkedut saat jemari ku mulai bermain di sana. "Jov.. Aaaahh-hhmm.. " Aku membaringkan tubuh pasrah di atas ranjang dengan kondisi piyamanya yang setengah basah. Keisha mengatup bibirnya dan menerima semua perlakuan ku meskipun kadang sesekali melakukan perlawanan pada ku. Dia terlihat malu saat Aku berhasil membuka kancing piyamanya satu per satu dan memperlihatkan bra hitam yang begitu kontras dengan kulit mulusnya. "Jov--" "Diam!" pinta ku. Keisha membuang pandangannya dengan air mata yang jatuh di sudut matanya. Tapi, Aku tak peduli. Rasanya Aku semakin puas melihat ia menjatuhkan air matanya. Ini memang yang harus ia dapatkan sebagai seorang istri. Dia harus melakukan kewajibannya yang sepantasnya. Keisha terlihat pasrah saat Aku berhasil menanggalkan branya, ia memejamkan matanya saat tangan liar ku mulai menyusuri lekukan tubuhnya. Aku akui dia memiliki lekukan tubuh yang indah dan menggoda. Pikiran itu lagi terlintas di benak ku, Aku masih tidak percaya dengan apa yang ku lakukan padanya malam ini. Tapi, yang jelas Aku melakukan apa yang di perintahkan diri ku sendiri. "Apa kamu sakit hati Aku melakukan hal ini pada mu?" tanya ku. Dia mengabaikan pertanyaan ku dengan tangan kanannya yang sibuk menyeka air matanya yang tak pernah berhenti. "Kamu harus selalu melalukannya untuk ku" lanjut ku. Dia melirik ku dan kembali membuang pandangannya. "Kamu mengacuhkan ku, kasar pada ku. Tapi, kamu malah memperlakukan ku seperti ini" Aku mengulas senyum saat ia mulai melontarkan ucapannya. Rasanya ia benar-benar membenci ku. "Lalu apa yang akan kamu lakukan? Bercerai dengan ku?" • KEISHA POV • Air mata ku terus saja membasahi pipi ku. Rasanya seperti kran air yang rusak yang membuat airnya terus saja mengalir. Hati ku sangat sakit, mengingat perlakukan Jovan yang sama sekali tidak memperlakukan layaknya seorang istri, tapi dia malam memaksa ku melakukan semua ini. Aku akui, ini memang kewajiban ku sebagai seorang istri. Tapi, rasanya cara dia memperlakukan ku sangat salah. Aku meremas sprei saat ia akan memulai bagian intinya. Aku dapat merasakan sesuatu yang akan memaksa masuk ke dalam diri ku yang sepertinya belum siap menerima semua ini. "Aaaaawwwwww" Perih.. Aku merasakan perih saat miliknya memaksa memasuki ku. Aku semakin sulit menahan tangis ku, perasaan ku kali ini bercampur aduk. Marah, kesal, kecewa semua menjadi satu. Aku berusaha mendorong tubuh Jovan untuk melakukannya lebih lembut tapi, dia tidak memperdulikan ku. Justru ia semakin bersemangat saat rintihan demi rintihan yang terlontar dari bibir ku. Apa yang merubah Jovan? *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN