POV Rasya "Mas Rasya sudah salat?" tanya Puspita, aku menggeleng pelan. Tanganku mengayun-ayun Qila yang sebentar-sebentar memejamkan mata lalu membukanya lagi. Anak ini terlihat sangat mengantuk. Sementara Puspita begitu khawatir. Juga sedih. Dia tak boleh kepikiran karena itu tak baik untuk kandungannya. "Aku tidak papa, Pus," ucapku untuk menghiburnya. Puspita mengusap bahuku. "Mas Rasya boleh menangis jika sangat sedih. Itu akan membuat kesedihan Mas Rasya berkurang," sahutnya pelan. Di samping Puspita, Mira tetap diam. Entahlah melihat kehadirannya di sini, membuatku sejak tadi ingin meledak-ledak dan memaki, tapi terus menahannya sampai membuatku begitu dongkol. "Kamu pulang saja." Terang-terangan kutatap dia sinis. Perempuan tak ada otak. Ibu sedang sakit, tapi dia terus keukeu

