Part 32

1117 Kata

Dari tadi HP terus berdering. Tercinta, nama yang tertera di layar. Siapa lagi yang mengubah nama Si Manja menjadi Tercinta jika bukan Puspita sendiri? Benar-benar kekanakkan Bocah itu. Aku menggelengkan kepala saat menatap jarum jam dinding, sudah pukul 5 sore ternyata. Pantas saja Bocah itu mulai menteror menghubungi. Seperti biasa, dia pasti menelepon sekadar mengingatkan pulangnya jangan malam-malam. "Monggo kalau mau diangkat dulu, Mas." Tangan lelaki paruh baya di hadapanku bergerak mempersilakan. Aku menggelengkan kepala, tersenyum kecil padanya dan mematikan panggilan. Tidak sopan jika sedang bersama client mengangkat panggilan. Aku sendiri agak keberatan dengan client yang sebentar-sebentar mengangkat telepon padahal sedang membahas sesuatu yang serius. Baru saja kumasukkan HP

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN