Aku membuka mata saat mendengar tangisan kencang Qila. Di ambang pintu, Mbak Mira sedang mencoba menenangkan bocah yang menangis pelan itu. Kutatap sekeliling ruangan putih bersih. Tampak impus tinggal setengah menggantung di atasku. "Mbak Mira," panggilku parau. Perempuan itu menoleh, lalu dengan langkah pelan menuju ke arahku. Qila menjulurkan tangan yang segera kugendong. Saat menoleh ke samping kiri, tampak Adnan duduk di kursi dengan kepala di letakkan di ranjang. Sepertinya, ia sangat mengantuk sehingga saat kuusap kepalanya, terus saja diam. "Mbak, tolong hubungi Mas Rasya." Kupandang Mbak Mira dengan penuh harap. Mbak Mira balas menatap cukup lama. Senyum sinis perlahan terukir di bibir merahnya. "Apa kamu kira aku bodoh? Tentu aku sudah menghubunginya dari tadi. Tunggu saja na

