POV Rasya Kupeluk Puspita erat. Dia mendongak menatapku dengan mata berkaca-kaca. "Ada apa, Mas?" tanyanya lagi dengan wajah ingin tahu. Menceritakan tentang masalah outlet ini padanya atau tidak? Aku digelayuti ragu. Nanti kalau dia kepikiran, jelas itu akan berbahaya untuk kandungannya. Lebih baik kerahasian ini darinya. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin kamu mempercayaiku. Jangan labil lalu berniat meninggalkanku seperti dulu. Dengar, Pus?" Tanganku mengusap perutnya. Puspita memandangku tanpa kata, tapi matanya berkaca-kaca, begitu sedih. Membuat tak tega. Tanganku terangkat mengusap matanya. Dia meraih tanganku, membawa ke dadanya. "Mas Rasya ...." Parau suaranya, diiringi air mata di pipi yang segera kuusap dengan tangan lain. Kami berbaring miring berhadapan. "Di sini, ken

