Semua berjalan normal. Aku berusaha untuk bersikap sebiasa mungkin dan tampaknya bibi, paman, dan yang lainnya tak melihat ada perubahan yang terjadi padaku. Akupun tak meminum Pereda nyeri itu lagi, hanya sekali saja lalu aku membungkusnya kedalam plastik lalu membuangnya. Aku tak ingin membuat orang lain curiga atau mulai mempertanyakan yang kulakukan. “Nir , bagaimana kuliahnya, lancar? Ada kesulitan gak sejauh ini?” tanya bibiku saat kami sedang menikmati sarapan kami di hari libur ini. “Lancar bi.” jawabku singkat. “Syukurlah.” jawab bibiku. Lalu bibi menanyakan hal yang sama pada Dewi dan kak Andi juga. Bibiku memang selalu bertanya begitu banyak hal mengani kehidupan kami atau mengenai kuliah kami. “Kalau Ryuzaki apa kabaranya, Nir? Sudah lama bibi gak ketemu dia.” tanya bibi

