Pesan

2048 Kata
Selina menghabiskan waktu seharian di kota Bangkok, dan bersama dengan kekasihnya, mereka berjalan di sekeliling kota Bangkok, dan berakhir menuju ke restoran yang lumayan terkenal sampai para turis Indonesia juga sering mengunjungi restoran tersebut, yaitu Staneemeehoi Restaurant. "Ris, nanti disana jangan cemburu ya, kalau aku dipegang sama cowok-cowok berdaster disana. " ucap Selina. "Aman sayang, kita have fun aja kan disana, sambil nikmatin makanannya di sana. " ucap Aris. Selina tersenyum, ia merangkul lengan Aris, kedua kekasih itu berjalan ke restoran yang mereka tuju. Suasana malam tersebut membuat lampu-lampu di sekitar Huamum Night Market bercahaya dengan terang, dengan berbagai pengunjung lokal maupun mancanegara yang meramaikan pasar tersebut. Selina dan Aris tiba di Staneemeehoi Restaurant, restoran yang dimaksud olehnya, yang dimana restoran tersebut dikenal dengan para pria dengan menggunakan pakaian daster atau baju tidur milik wanita, terkadang memakai baju 'dinas' untuk menanbah ketertarikan para pengunjung yang mendatangi restoran tersebut. Kedua pasangan tersebut mencari kursi untuk mereka duduki, yang dimana mereka menemukan khusus para pasangan, dan tak lama para pria yang dimaksud datang dan mulai menari di belakang, samping maupun depan mereka, alhasil Selina tertawa riang melihat suasana tersebut yang tersaji di depannya. "Sayang, ini menyenangkan sekali. " ucap Selina. "Kamu aman, aku tertekan. " ucap Aris. Selina tertawa, ia meminta para pelayan tersebut melayani pesanan mereka, salah satu pelayan tersebut mencatat pesanan mereka, kemudian pergi menuju ke meja lainnya. "Sayang. " panggil Selina. Aris yang tengah menatap ponselnya kemudian menaruh ponselnya, dan menyahuti Selina yang memanggilnya. "Ada apa, sayang? " tanya Aris. "Sayang, abis pulang ke Indonesia nanti, kita mulai rencanain acara pernikahan kita yuk? " ajak Selina. Aris menatap ke arahnya, dengan tatapan ragu, ia bergumam di depan Selina. "Gimana ya? Apa nggak buru-buru? " tanya Aris. Selina yang awalnya bersemangat kemudian menjadi kesal. "Ihh, katanya dulu janji bakalan rencanain pernikahan kita kalau aku udah lulus, kenapa pas aku lulus malah kamu ragu? " tanya Selina sebal. Aris memegang tangan Selina, namun karena Selina merasa kesal, ia menarik tangannya dari Aris yang memegang tangannya. "Sayang. " panggil Aris. "Apa? " tanya Selina. "Sini dong tatapannya, jangan ke arah sana. " ucap Aris. Selina menghela nafasnya, ia menatap ke arah Aris, kemudian Aris memegang kedua tangannya, Selina tetap menatap kekasihnya itu dengan tatapan kesal. "Sayang, kasih aku waktu sebulan ya, aku bakalan kumpulin biaya buat kita nikah. Apalagi sekarang mama kamu belum bisa nerima aku, aku juga perlu buat yakinkan mama kamu biar kita direstuin. " ucap Aris. Selina menatap lagi ke arah Aris. "Janji ya? " tanya Selina. Aris menganggukkan kepalanya. "Janji. " jawab Aris. Selina tersenyum, ia memeluk lengan Aris, kedua pasangan itu saling bermesraan dengan didatangi oleh para pelayan pria yang berjoget-joget ria di depan mereka, kembali Selina dan Aris menikmati suasana tersebut. Menunjukkan pukul 11 malam, akhirnya Selina memilih untuk segera pulang bersama dengan Aris, Aris mengantar Selina hingga sampai di penginapan, dengan berbagai barang-barang yang dibawa oleh mereka dari berbelanja sebelum pulang. "Sayang, kita pisah disini dulu ya, semoga nanti kalau kita pulang ke Indonesia, kamu aku datangi terus aku lamar. Yakin aja deh. " ucap Aris. Selina menganggukkan kepalanya. "Oke sayang, kamu hati-hati ya dijalan. " ucap Selina. Aris menganggukkan kepalanya, kemudian kedua orang tersebut berpisah pada malam tersebut, Selina membawa barang-barangnya ke dalam penginapannya. Kembali pada kebiasaannya kemarin, Selina membuka pintu penginapannya dengan perlahan, ia memastikan bahwa papa dan mamanya yang sudah tertidur, setelah dirinya masuk, kemudian Selina mengunci pintu penginapannya dengan perlahan. "Fuhh, aman... " Tak lama lampu penginapan tersebut hidup, Selina terkejut, lagi-lagi ia bertemu dengan Hania, mamanya itu memergokinya yang belum pulang sampai malam hari. "Kamu darimana aja? Katanya kamu cuma sekali aja keluar malam kayak gini? " tanya Hania. "Maaf mah, tadi keasyikan jalan-jalan sama Aris. " jawab Selina. Hania melebarkan matanya. "Kamu jalan sama Aris? Kamu masih pacaran sama anak itu? " Nada suara Hania cukup keras, sehingga Selina menutup mulutnya dengan satu jari telunjuknya, karena suara mamanya itu akan membangunkan papanya yang pastinya sudah tertidur. "Mah, jangan keras-keras suaranya, nanti papa kebangun. " ucap Selina. Tak lama, dari belakang, Gunawan berjalan keluar dari dalam kamarnya, dan memegang bahu Hania yang berada di ruang tamu. "Mama kenapa ngomongnya gede? Ini sudah malam loh. " tanya Gunawan. "Anak papa ini, dia baru pulang jam 11, kemarin juga balik jam 1 malam, apa nggak marah mama sama anak kita ini? " tanya Hania. "Loh, kan Ina udah dewasa mah, anak kita juga nggak bakalan macam-macam selama disini, apalagi dia udah 4 tahun di Bangkok tanpa kita. " jawab Gunawan. Hania berdecak. "Dia pergi sama Aris, papa tau kan seberapa bangornya anak itu? " tanya Hania. Gunawan terdiam, ia menatap ke arah Selina, dan menggelengkan kepalanya. "Ina sayang, kamu tidur sekarang, sudah malam sekarang. " ucap Gunawan. Selina menganggukkan kepalanya, ia bersama dengan barang-barangnya masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Hania menatap bingung ke arah anaknya yang pergi ke kamar karena suaminya yang begitu memanjakan anaknya. "Pah, anak keluyuran kok nggak dimarahin sih? Dia jalan sama cowok tau. " tanya Hania. Gunawan meminta Hania untuk diam, Hania langsung diam ketika suaminya memintanya untuk diam. "Udah mah, anggap aja anak kita lagi menghabiskan waktunya disini, kan lusa itu terakhir kita bertiga ada di Bangkok karena mau pulang ke Indonesia, masa kita mau bikin anak kita moodnya buruk? " tanya Gunawan. "Pah, tapi kan mama-- " "Udah, sekarang kita tidur ya? Papa udah ngantuk sekarang. " ajak Gunawan. Gunawan mengajak Hania untuk kembali ke kamar, ketiga orang dalam keluarga itu kemudian beristirahat, karena mereka besok berencana untuk pergi ke tempat yang diinginkan oleh Hania untuk berkunjung ke suatu tempat. Perayaan keluarga telah dilaksanakan di negara Thailand tersebut, tersisa Selina yang akan menghabiskan waktu bersama dengan keluarganya, Gunawan dan Hania membawa Selina pergi ke tempat wisata yang ada di negara gajah putih tersebut. Tempat pertama yang didatangi oleh mereka merupakan salah satu tempat wisata belanja terbesar di Asia Tenggara, yaitu Chatuchak Weekend Market, ketiga orang tersebut melihat berbagai macam barang-barang yang dijajakan di berbagai toko yang ada di pasar tersebut, tentu yang paling senang melihat barang-barang tersebut adalah Hania. "Ini tasnya bagus-bagus semua, pada suka deh lihatnya. " Hania tampak bersemangat untuk melihat tempat wisata belanja tersebut, dengan melihat berbagai barang-barang yang ada di masing-masing toko tersebut, Gunawan melihat istrinya itu berbelanja dengan bahagia, sambil ia merangkul bahu Selina. "Papa jarang sekali lihat mama kamu seneng kayak gini. " ucap Gunawan. "Papa juga sih, coba mama itu diajak untuk jalan-jalan ke luar negeri, ini nggak, papa sama mama malah sibuk kerja. " ucap Selina. Gunawan tersenyum, sambil mengelus rambut Selina dan tertawa. "Mama kamu sendiri yang nggak mau diajak ke luar negeri, terakhir cuma ke Australia, lihatin sepupu kamu yang baru lulus dari kuliahannya. Itupun hampir 2 tahun yang lalu. " ucap Gunawan. "Lama banget, jadi selama ini kerja terus? " tanya Selina. "Ya, mama kamu cuma mau jalan-jalan ke luar negeri pas kamu udah lulus, padahal taunya dia cuma mau jalan-jalan ke Bangkok sekalian jemput kamu. Dia mau terakhir ini aja liburnya, selebihnya fokus lagi sama usaha kami, dan mau fokus sama ngumpulin biaya nikahanmu nanti. " jawab Gunawan. "Mama udah mikirin pernikahan Ina, pah? " tanya Selina. "Ya, kami cuma bantu sedikit, selebihnya kamu sama calon suamimu nanti yang bertanggungjawab sama komitmen dan kehidupan kamu selanjutnya. " jawab Gunawan. "Tapi, kalian udah restuin Ina sama Aris, kan? " tanya Selina. "Aris aja jarang ke rumah, suruh dia sering mampir, ketemu sama papa. " jawab Gunawan. "Tuh, makanya Ina lebih sayang sama papa daripada mama, papa lebih banyak dengerin apa yang Ina curahkan, beda sama mama, banyakan nge judge terus orangnya. " ucap Selina. "Walaupun mama orangnya begitu, dia sayang banget sama kamu, dia ngomel juga pasti ada alasannya juga kan? " tanya Gunawan. Selina menggelengkan kepalanya. "Papa juga mendukung apa yang kamu inginkan, tapi papa juga mendukung apa yang mama beritahukan kepada papa. Papa yakin, apa yang mamamu katakan, itu punya maksudnya tersendiri, tinggal kamu yang bisa mengerti apa yang dikatakan oleh mamamu itu. " ucap Gunawan. "Iya deh. " "Pah, sini dong, mama ketemu kaos yang cocok buat kita bertiga, ini buat papa, pasti muat. " Gunawan merangkul Selina untuk mendekat ke arah Hania, ketiganya berkumpul dan melihat apa yang dipilih oleh Hania. "Kaos apaan ini? " tanya Selina. Ketiga kaos yang membentuk ketiga keluarga, dengan masing-masing sudah dibagikan oleh Hania, dan Selina mendapat bagian oleh mamanya itu. "Ini cocok, happy family gitu kesannya. " ucap Hania. "Ah mama, udah kayak anak kecil aja, butuh pake sablonan begini buat validasi keluarga. " ucap Selina. Hania langsung menatap ke arah Selina, sedangkan Gunawan berdesis menyuruh Selina untuk diam. "Boleh mah, nanti kita pakai sama-sama ya. " ucap Gunawan. Hania tersenyum, kemudian ia memanggil pelayan untuk mengambil ketiga kaos tersebut. "Papa, Ina pengen banget ke mall, mau beli make up, nanti kita ke sana ya? " mohon Selina. Gunawan tersenyum, ia menganggukkan kepalanya. "Boleh sayang. " jawab Gunawan. "Memangnya make up kamu udah habis sayang? Bukannya kemarin udah beli? " tanya Hania. "Yang kemarin itu skincare mah, beda sama makeup, mama mau larang papa lagi ya? " tanya Selina. "Udah mah, anggap aja anak kita lagi mau sesuatu, kita senengin anak kita. " jawab Gunawan. Gunawan begitu memanjakan Selina, sehingga gadis tersebut merasa senang, Hania menggelengkan kepalanya karena melihat suaminya yang begitu memanjakan anaknya. --- Kali ini, Selina akhirnya pulang sampai malam bersama dengan Gunawan dan Hania, ketiga keluarga tersebut menikmati perjalanan mereka hingga akhirnya mereka pulang ke penginapan. "Papa mau istirahat langsung ya, Ina sama mama lihat aja dulu belanjaannya. " ucap Gunawan. Gunawan meninggalkan Hania dan Selina yang tengah melihat berbagai barang belanjaan mereka, masing-masing mereka fokus dengan barang-barang yang dibeli. "Papa, makasih banyak, akhirnya bisa beli yang original merk makeup ini. " ucap Selina kegirangan. "Memang berapa harganya? Kok kamu bilang bisa beli yang original? " tanya Hania. Selina menatap ke arah Hania, sambil menunjuk harga struk belanjaan makeup nya kepada Hania, Hania melihat satu persatu harga dari makeup yang dibeli oleh anaknya. "12.000 baht? Mahal banget, Ina. " ucap Hania. Selina mengerutkan keningnya. "Papa aja nggak keberatan, kok mama sampai begitu? " tanya Selina. "Nak, 5 juta hanya untuk 4 jenis makeup itu mahal loh, papa kamu kenapa nggak negurin kamu kalau harganya semahal ini? " tanya Hania. "Mah, bisa nggak mama berhenti buat begini terus sama Ina? Mama aja belanja sampai 10.000 baht aja habis di pasar tadi aja nggak papa, kenapa aku yang cuma selisih 2.000 baht mama protes? " tanya Selina tidak terima. "Mama dapat banyak barangnya, dan itu semua rata-rata buat kamu mama belikan, mama belikan semua yang mama lihat di pasar itu yang paling berguna untuk kamu. Sedangkan ini, bisa habis begitu saja. " jawab Hania. "Sama aja. " bantah Selina. Hania menghela nafasnya, ia menyerah untuk berdebat dengan Selina, sembari ia menatap ke arah anaknya, ia ingin menyampaikan sesuatu kepada anak semata wayangnya itu. "Ina, pertama mama benar-benar minta maaf kalau kamu tersinggung dengan ucapan mama, tapi mama benar-benar hanya ingin kamu tahu sayang, mama seperti ini karena demi kebaikan kamu. " ucap Hania. Selina masih diam, sedangkan Hania tetap mengatur emosinya di depan anaknya yang tidak terima atas tegurannya. "Sayang, mama hanya khawatir jika kamu nggak bisa mengatur kehidupanmu, apalagi jika kami nanti nggak ada di samping kamu. Walaupun kamu sudah dewasa, tapi kami akan selalu membimbing kamu selalu. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, kami ingin kamu bisa mulai hidup mandiri dan bisa mengatur perlahan dirimu untuk masa depanmu. " "Iya. " jawab Selina. Hania kembali menghela nafasnya. "Semoga kamu mengerti sayang, kami memang penuh kekhawatiran pada kamu yang mulai beranjak dewasa, kami ingin sekali kamu bisa hidup mandiri dan perlahan menata masa depanmu dengan caramu sendiri. Kami akan mendukung keputusanmu, dan akan membimbingmu untuk tercegah dari sialnya keputusanmu yang misalnya terdapat kesalahan. Kamu harapan kami, kami akan selalu berada di sampingmu dan selalu membimbingmu, walaupun kami tidak tahu, seberapa lama lagi kami masih bersama dengan kamu. " Ucapan terakhir Hania masuk ke dalam jiwa perasaan Selina, ia terdiam namun dengan pikirannya yang masih tersahutkan dengan kata-kata mamanya itu. "Sudah, mama mau tidur ya, kamu kalau capek tinggalin dulu barang-barangnya, besok baru kita beresin. " ucap Hania. Selina menganggukkan kepalanya. "Iya mah. " Hania meninggalkan Selina yang berada di ruang tamu untuk berjalan ke dalam kamarnya, tersisa Selina yang hanya diam, kemudian Selina menyibakkan lamunannya dan kembali melihat barang-barangnya itu. ..........................................
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN