Keadaan yang Merubah Hidupku

2114 Kata
Keesokan harinya, Gunawan membawa Hania dan Selina untuk berkunjung di setiap destinasi wisata yang ada di kota Bangkok tersebut, dimulai dari kuil, museum, rumah makan, restoran dan tempat suvenir lainnya. "Papa, kita kemana dulu ini? " tanya Selina. Saat Selina ingin memberitahukan destinasi awal untuk pergi, Hania langsung menyerobot ucapan Selina. "Kayaknya bagus kita pergi ke museum dulu, disana sekalian kita belajar disana, lihat-lihat apa saja peninggalan maupun sejarah di sana. " jawab Hania. "Humm, boleh juga tuh. " ucap Gunawan. Selina berdecak, ia menatap ke arah mamanya dengan tatapan sebal. "Duh mah, kan hari ini terakhir kita di Bangkok, besok juga mau berangkat balik ke Indonesia, masa kita nggak ada rencana mau jalan-jalan refreshing gitu? Kan, soal belajar, Ina udah habiskan waktu selama 4 tahun disini buat belajar. " bantah Selina. "Ina, kamu belajar tentang apa yang kamu tekuni selama di kampusmu, apa salahnya bukan kalau kita belajar sama-sama? Apalagi sejarah, kamu kan tahu kalau mama suka banget sama sejarah? " tanya Hania. Selina memutar kedua matanya, ia merasa bosan dengan apa yang disukai oleh Hania, dirinya menginginkan sebuah wisata yang menyenangkan, apalagi dengan berbelanja. "Ya sudah, ayo kita langsung ke sana. " ajak Gunawan. Gunawan langsung ke dalam mobil, disusul dengan Hania yang merasa senang dengan keinginannya yang dituruti oleh Gunawan, sedangkan Selina menggelengkan kepalanya dan ikut masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, Selina terus menyimak apa yang diobrolkan oleh keduanya, walaupun ia merasa sedikit sebal dengan apa yang diobrolkan kepada kedua orangtuanya. Sesampainya di museum, Gunawan mencari lokasi untuk dirinya memarkirkan mobilnya, dan mereka bertiga keluar dari mobil untuk masuk ke dalam museum. Di dalam museum, bersama dengan pengunjung lainnya, Hania tampak begitu bersemangat untuk memotret berbagai artefak maupun lukisan sejarah di museum tersebut. "Sini sayang, foto sama mama di lukisan ini. " ajak Hania. "Udah, kamu foto sama mama sana, biar papa yang fotoin kalian berdua. " ucap Gunawan. Selina menghela nafasnya dengan kasar, ia berjalan mendekat ke arah Hania, Hania kemudian merangkul bahu Selina dengan erat. "Bagus, satu lagi ya. " ucap Gunawan. Selesai mereka berfoto, Hania lanjut melihat keseluruhan sejarah yang ada di museum tersebut, sambil merangkul lengan anaknya, Selina terus mengeluh ketika harus mengikuti apa yang diinginkan oleh mamanya itu. Perjalanan selanjutnya, Gunawan bersama dengan Hania dan Selina telah tiba di sebuah kuil, bersama dengan Selina yang kembali berdecak dan mengeluh karena perjalanannya yang tidak menyenangkan dari permintaan mamanya itu sangat membosankan. "Kuil yang ini beda dari yang sebelumnya kita datangi. " ucap Hania. Selina berdecak, ia meninggalkan kedua orangtuanya, Gunawan dan Hania menatap ke arah anaknya yang pergi begitu saja, saat Gunawan ingin menyusul, Hania menahan suaminya itu. "Biar mama yang ke sana, soalnya dia bete sama mama. " ucap Hania. Hania mendekat ke arah Selina, Selina yang tengah berjongkok terlihat dengan wajahnya yang sudah masam dan kesal dengan tempat wisata yang dikunjungi. "Sayang, kamu kok marah begini? " tanya Hania. "Mah, selama hampir 3 hari disini, Ina terus ikutin apa yang mama mau kunjungi, mama nggak ada niatan gitu mau jalan-jalan ke luar kota Bangkok? Ina aja selama 4 tahun disini bosen banget tau. " protes Selina. Hania mendekat, ia mengelus pundak Selina, walaupun Selina menepis tangannya. "Ini baru kedua kok, nanti kamu bakalan tau tempat yang terakhir. Sekarang, kamu ikutan sama papa dan mama ya ke kuil ini? Mama janji, ini tempat liburan yang terakhir bakal mama minta dan kunjungi sama papa. " bujuk Hania. Selina menatap ke arah Hania, walaupun ia tengah berjongkok dan melipat kedua lengannya. "Janji, ini yang terakhir mama mau ya? " tagih Selina. "Iya, mama janji. " ucap Hania. "Oke, Ina bakalan ikut. " ucap Selina. Hania berhasil membujuk Selina, kembali Selina dan Hania berjalan menuju ke arah Gunawan, kedua orangtua itu merangkul bahu Selina, hingga mereka berjalan ke arah kuil yang dimaksud. Di kuil pertama, Hania pastinya meminta Gunawan untuk dipotret, setelahnya ia meminta Selina untuk memotretnya bersama dengan Gunawan hingga beberapa kali. "Ina, kamu minta tolong turis lainnya untuk fotoin kita bertiga yok? " tawar Hania. "Nggak ah, biar Ina yang potret kalian berdua, Ina gak suka foto dekat kuil. " tolak Selina. "Oke, makasih ya, sayang. " ucap Hania. Selina lanjut memotret kedua orangtuanya, dengan berbagai request dari kedua orangtuanya, dan sesekali Hania memintanya untuk memotret dengan ponsel milik Selina. Selesai memotret, mereka bertiga lanjut ke kuil yang sering disebut sebagai kuil permintaan, kali ini, Gunawan yang bersemangat untuk meminta Hania dan Selina untuk berjalan langsung ke kuil permintaan tersebut. "Mah, kita buat permintaan yuk disini. " ajak Gunawan. "Dih, bukannya gak boleh ya kita bersembah sama yang lainnya? Papa ajakannya aneh-aneh banget tau. " tanya Hania. "Sekedar permintaan aja kok, nggak yang lainnya, mungkin aja nanti mama sama Selina ada permintaan yang dikabulkan begitu. " jawab Gunawan. "Ya sudah, boleh juga. " ucap Selina. Gunawan dan Hania duluan ke atas, Selina mengikuti kedua orangtuanya, setelahnya, kedua orangtuanya memberi tempat kepadanya berada di tengah. Kedua pasangan paruh baya tersebut mengucapkan keinginan mereka, sedangkan Selina menatap kedua orangtuanya, dirinya sendiri yang tidak fokus dengan apa yang seperti dilakukan oleh kedua orangtuanya. "Sudah, ayo kita pergi lagi ke tempat lainnya. " ajak Gunawan. "Oke, ayo. " Gunawan, Hania dan Selina berjalan pergi dari kuil tersebut, namun karena banyak pertanyaan dari apa yang dilakukan oleh kedua orangtuanya, Selina merasa penasaran dengan apa yang diinginkan oleh kedua orangtuanya. "Mama, papa, kalian tadi ngucapin permintaannya lama banget sih, emangnya minta apaan sih? " tanya Selina. Di dalam mobil, kebetulan, mereka berhenti di lampu merah, alhasil Hania dan Gunawan sama-sama tersenyum. "Kasih tau gak pah? " tanya Hania. "Boleh, kasih tau aja. " jawab Gunawan. "Jadi, permintaan kami tidak begitu sulit kok. Kami meminta kalau kamu bisa mandiri dan mendapatkan pekerjaan yang bagus. " ucap Hania. "Itu lagi? Mah, kok gitu banget sih, kayak nggak yakin aja sama Ina. " tanya Selina. "Belum selesai, kami juga meminta kamu untuk dijauhi dari orang-orang yang jahat dan dapat meracuni pikiranmu, dan kami ingin kamu bisa mendapatkan jodoh yang baik untuk kehidupanmu nantinya. " lanjut Hania. "Pokoknya, semua permintaan kami semuanya untuk kamu, intinya semua yang baik untuk kamu. " ucap Gunawan. Selina ber oh ria, ia kemudian diam, dan kembali fokus dengan jalanan sembari menghidupkan AC mobilnya. Sebuah kejutan untuk Selina, tempat yang diarahkan oleh mobilnya menuju ke tempat aquarium terbesar di kota Bangkok, dan juga ia langsung melihat ke arah luar kaca. Gunawan memarkirkan mobilnya di parkiran mobil, dengan istri dan anaknya, mereka bertiga berjalan menuju ke arah tempat wisata itu bersama-sama. "Gimana destinasi wisata yang terakhir ini? " tanya Gunawan. "Papa kok nggak kasih tau kalau mau berkunjung di Siam Ocean World? Ini tempat yang Ina mau kunjungin dari dulu, cuma gara-gara tiketnya mahal dan mama yang selalu protes untuk nggak buang-buang uang, jadi mau kesini hanya wacana aja. " tanya Selina. Gunawan tertawa, ia merangkul bahu anaknya dan mengelusnya. "Anggap aja liburan terakhir kita disini, kan besok udah mau balik ke Indonesia, nggak papa sesekali kalau papa sama mama ajak kamu kesini, kita nikmati kelulusan kamu dengan jalan-jalan seperti ini. " ucap Gunawan. Selina menjadi bersemangat, sedangkan Hania menggelengkan kepalanya ketika melihat kelakuan suami dan anaknya itu. Selina terus memotret ikan-ikan yang ada di dalam aquarium tersebut, dan tak jarang juga ia meminta Gunawan untuk memotretnya yang membelakangi ikan-ikan yang ada di belakangnya. "Papa, yang bener ya fotoinnya. " ucap Selina. "Iya nak, ini bakalan bagus. " Selesai memotret, Gunawan memberikan ponsel milik Selina, Selina mengambilnya dan melihat hasil fotonya yang sangat bagus. "Bagus pah. " puji Selina. "Mama pengen kita foto bertiga, kali ini kamu harus mau ya. " ucap Hania. "Foto sendiri-sendiri aja kenapa mah? " tanya Selina. "Udah ah, mama mau kita bertiga lengkap fotonya. " jawab Hania. Selina hanya menganggukkan kepalanya, akhirnya ia meminta salah satu turis untuk memotretnya bersama dengan kedua orangtuanya. "Can you please take a picture of the three of us? " mohon Gunawan kepada salah satu turis. "Sure, i will take a picture. " jawab turis tersebut. Setelah berhasil meminta tolong kepada turis, Selina kembali kepada kedua orangtuanya, tetap ia yang berada di tengah-tengah kedua orangtuanya. Tak lama setelahnya, Gunawan dan Hania melepas kancing kemeja, dan terlihat baju kaos tema keluarga yang berlapis di dalam baju kemeja yang dikenakan oleh keduanya. "Kalian ngapain pakai baju kaos begini? Kayak anak kecil. " tanya Selina. "Udah, kita foto aja, kamu senyum ya. " jawab Hania. Turis tersebut mulai menghitung mundur, Gunawan dan Hania tersenyum lebar, kedua pasangan paruh baya itu sesekali tersenyum dan membentuk cinta di belakang Selina, sedangkan Selina tersenyum kaku karena tingkah kedua orangtuanya. "Okay, done. " "Thank you, mister. " ucap Selina. Selina mengambil ponselnya, Hania mendekat ke arah Selina sambil membuka aplikasi di ponselnya, Selina menatap ke belakang sambil mengerutkan keningnya. "Kirim sama mama ya, biar nanti dicuci fotonya sama tukang foto di dekat rumah kita. " ucap Hania. "Iya, nanti Ina kirimin. " ucap Selina. "Sekarang aja, kamu sering lupa. " Selina berdecak, ia memberikan beberapa foto tersebut dan mengirimkannya kepada Hania, setelah mendapatkan foto tersebut, Hania tersenyum dan mulai mengirimkan beberapa foto tersebut kepada tukang foto yang dimaksud. "Kamu nikmati lagi foto-foto sama ikannya, mama dan papa mau duduk dulu. " ucap Hania. "Oke, Ina kesana dulu ya. " ucap Selina. Selina berjalan, sedangkan Gunawan dan Hania melihat anak semata wayangnya yang masih senang melihat aquarium, Gunawan merangkul pundak Hania, sedangkan Hania memeluk pinggang Gunawan. "Semakin Ina dewasa, banyak sekali kekhawatiran kita sama dia ya, mah. " ucap Gunawan. "Iya pah, terkadang mama selalu khawatir, jika kita nggak bisa lama sama dia, kemana petunjuk arahnya nanti? " tanya Hania. "Walaupun nanti seperti itu, kita harus tetap berada di samping dia terus. " jawab Gunawan. "Iya pah. " --- Keesokan harinya, akhirnya Selina bersama kedua orangtuanya pulang bersama menuju ke Indonesia, dan juga mereka menghabiskan sekitar 5 jam penerbangan, sesampainya di bandara, Gunawan mengambil barang-barang maupun koper milik mereka, dengan Selina yang mendorong troli koper menuju keluar bandara. Sesampainya di parkiran, Gunawan dan Selina mengangkut satu persatu koper milik mereka ke dalam bagasi mobil mereka, kemudian ketiga orang tersebut masuk ke dalam mobil, dan berjalan meninggalkan lingkungan bandara. Sepanjang perjalanan, Selina sibuk memotret dirinya, sedangkan Hania menatap anaknya sambil menggelengkan kepalanya. "Ina, sepulangnya kamu ke Indonesia, kamu ada rencana mau kerja atau apa? " tanya Hania. Selina menatap ke arah Hania. "Ina mau liburan dulu di Indonesia, setelah itu baru kerja di usaha papa dan mama, atau nggak, nikah. " jawab Selina. Hania terdiam, ia terus menatap ke arah Selina, dari kursi penumpang depan, ia menggelengkan kepalanya. "Ina, bisa kita ngobrol lagi? Tolong ponselnya dimatikan dulu. " Selina menoleh, ia menuruti ucapan mamanya, kemudian menatap remeh ke arah mamanya itu. "Ina, mama nggak banyak meminta, hanya ingin Ina bisa mandiri saja. Mama mau Ina bisa mengatur kehidupan Ina sendiri tanpa bergantung sama orang lain. Mama harap, kamu mengerti maksud mama ya, sayang. " ucap Hania. Selina hanya diam, ia kemudian melihat suasana di luar kaca mobil, Hania menatapnya dari belakang kemudian berbalik ke depan, dan Gunawan juga melihat anaknya. "Mama kamu ngasih tau itu karena dia sayang sama kamu, kamu jangan ambil hati ya, papa yakin, Ina pasti bisa menuruti keinginan dari mama. Kamu adalah harapan kami, kamu adalah kesayangan, kami ingin kamu menjadi yang terbaik, walaupun dunia nggak sepenuhnya bisa menuruti kehendakmu, tapi kami akan tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk kamu, walaupun kami tidak tahu berapa lama lagi bisa bersama kamu. " Ucapan Gunawan begitu mendalam, dan langsung membuat Selina merespon apa yang diucapkan oleh papanya itu, ia menganggukkan kepalanya. "Papa, fokus ke jalanan! " Hania tiba-tiba berteriak, Gunawan langsung menatap ke arah depan, sebuah mobil yang menyalip dari depan, ia membanting setir mobilnya. Sayangnya, mobil lawan menabrak bagian sisi kanan pengemudi, sehingga suara dentuman keras terdengar, dan mobil mengarah jauh dari garis jalan bahkan pada akhirnya mobil terlempar jauh. Teriakan, rasa ketakutan, itu hanya berselang sebentar, dengan keadaaan mobil yang terbalik dan membentur aspal, sehingga mobil seketika rusak parah. Selina, beserta kedua orangtuanya mengalami kecelakaan, dengan mobil mereka yang terlempar jauh hampir 7 meter dari tabrakan tersebut terjadi, dan ia dapat mendengarkan langsung bahwa mobilnya terseret oleh aspal jalanan dengan posisi mobilnya yang sudah terbalik. Selina yang berada di kursi penumpang terlempar bersama pintu belakang mobil hampir satu meter, ia dengan pandangan yang kabur menatap ke arah mobilnya yang sudah terbalik, dirinya tak mampu bangkit dan mengandalkan sedikit tenaganya untuk melihat ke arah mobilnya beberapa kali. Pandangan terakhir Selina, ia menatap Hania yang juga keluar dari mobil, namun dengan keadaan yang lebih parah darinya, membuatnya berpikiran bahwa mamanya itu tidak sadarkan diri. "Ma--mama... " Selina meneteskan air matanya, ia ingin meraih ke arah mobil yang jaraknya satu meter darinya, tak lama pengelihatannya seketika menghitam, ia tidak sadarkan diri di atas pintu mobil yang menopang tubuhnya itu. ......................................
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN