Rasanya putus cinta?
Tanyakan itu pada Revro. Si laki-laki berkacamata yang masih menimba ilmu di salah satu universitas swasta di Jakarta. Bagi Revro, putus cinta memang menyakitkan, tapi dia berusaha untuk bersikap cool. Masalahnya, nggak lucu, dong, kalau seorang penerus dari keluarga Abimanyu harus galau karena masalah cinta? Mau ditaruh di mana harga diri dan wajah tampannya, coba?
Semua hal sudah dia lakukan. Belajar sampai larut malam, hang-out bersama teman-temannya, sampai melakukan aksi rusuh di rumah para sepupunya. Tapi, bayangan sang mantan masih saja betah mengendap di otak juga hatinya.
“Kayaknya gue dipelet, deh.” Revro menaruh gelas di atas meja sambil mengangguk mantap. Sementara itu, Tristan dan Dergo, dua sepupunya yang lain, hanya menatap aneh ke arah laki-laki itu.
“Pelet? Zaman udah kelewat modern begini, lo masih percaya sama hal begitu?” tanya Tristan yang memang selalu menomorsatukan logika. Dergo hanya terkekeh geli, kemudian menunjuk Tristan dengan jari-jarinya yang dibentuk menyerupai pistol, sambil berkata bingo tanpa suara.
“Terus, asalan logis apa yang ada di dalam pikiran lo itu, mengenai gue yang belum bisa move on dari Bintang?” tanya Revro ketus. Agak jengkel dengan kalimat Tristan barusan.
“Sederhana.” Tristan melirik Dergo sekilas dan tersenyum misterius. “Lo masih cinta sama dia.”
“Cinta mati,” tambah Dergo mengompori.
Mendengar itu, Revro hanya bisa mendengus jengkel dan mengacungkan jari tengahnya ke arah dua sepupunya itu.
Dan, begitulah seterusnya. Revro selalu bersikap tenang dan santai jika di kampus, terlebih jika berpapasan dengan Bintang secara tidak sengaja. Padahal, dalam hatinya dia ingin berteriak di depan gadis berambut bob itu, bahwa dia masih sangat mencintainya.
Sampai kemudian, Revro tidak sengaja mendapati Bintang sedang berlari ke arah kelas kosong. Laki-laki itu mengangkat satu alisnya dan mengikuti. Ketika dia masuk ke dalam kelas kosong tersebut, Bintang sedang dipojokkan oleh seorang laki-laki.
“Bintang?”
Panggilan Revro itu membuat Bintang dan laki-laki yang mengurung gadis itu di dinding menoleh. Revro mengerutkan kening. Laki-laki itu kemungkinan besar masih duduk di semester bawah. Adik tingkatnya dan Bintang.
“Revro!” seru Bintang lega. Dia mendorong tubuh laki-laki yang mengurungnya, kemudian berlari ke arah Revro. Dipeluknya dengan erat lengan Revro, membuat laki-laki itu langsung menunduk untuk menatap wajah Bintang yang mendongak. “Kenalin, ya... dia Revro. Pacar gue.”