Anak panah itu melesat keluar dari busurnya, diikuti oleh hembusan angin yang begitu kencang.
Semua orang terpana menyaksikan kehebatan cowok tersebut dalam hal memanah. Dari gosip yang beredar, selain memanah, dia juga pandai menembak dengan menggunakan pistol maupun senapan. Tak ayal, didukung dengan ketampanan dan tatapan tegas nan dingin itu, dia dikagumi oleh banyak cewek.
Di sisi lain, tak kalah hebatnya dengan cowok yang baru saja dipuji barusan, ada satu lagi kandidat yang pantas diperhitungkan dalam dunia memanah dan menembak. Selain menyabet beberapa piala karena lomba yang diadakan, dia juga rupanya berbakat dalam bidang seni dan olahraga lainnya. Sebut saja olah vokal, pemain gitaris berbakat serta juara umum dalam kejuaraan renang dan bulu tangkis.
Orang-orang mengenalnya dengan nama Revro Emerald Abimanyu Thampson. Sudah tidak asing lagi di telinga orang-orang mengenai nama Abimanyu. Dia adalah cucu dari salah satu tiga serangkai Abimanyu yang terkenal itu. Memiliki dua orang sepupu yang sudah berkecimpung di dunia bisnis, walau salah satunya masih duduk di bangku kuliah seperti dirinya dan hanya tinggal mengurus skripsi saja. Tristan Herzano Abimanyu dan Dergo Herganza Abimanyu.
“Boleh juga,” kata cowok yang selama ini menjadi rival Revro dalam dunia memanah dan menembak. Revro tersadar dari lamunannya barusan yang entah membawanya pergi ke alam mana, kemudian menoleh. Ditatapnya sosok tegap dengan wajah tampan seperti dewa Yunani kuno itu dengan alis terangkat satu.
“Compliment?”
“Kalau lo berharap demikian,” balas cowok itu seraya tersenyum miring. Senyuman khas dari seorang penerus keluarga Bagaskara. Revro kenal betul keluarga Bagaskara. Salah satu rival dari keluarganya dalam dunia bisnis. Meski begitu, keluarga Abimanyu tetap menduduki posisi teratas, yang kemudian diikuti oleh keluarga Bagaskara di peringkat kedua.
“Kalau gitu, gue anggap itu sebagai tantangan.” Revro mengangkat bahu tak acuh dan ikut tersenyum. Atmosfer yang tercipta di antara keduanya membuat semua orang merinding dan memutuskan untuk menjauh dari kerumunan. Tak pernah berubah sejak keduanya saling mengenal dan menjadi rival hingga detik ini.
Revro mengambil sebatang anak panah kemudian mengaturnya dalam posisi siap dilepaskan dari sang busur. Matanya menatap tajam dan fokus ke arah papan berbentuk orang di depan sana, mencari titik utama. Sebuah tanda berbentuk bulat berwarna merah yang berada tepat di kening.
Merasa sudah mendapatkan feelnya, Revro segera melepaskan sang anak panah. Dia melesat, menuju bulatan merah tersebut dan akhirnya menancap dengan tepat di tempatnya. Revro tersenyum puas, kemudian melirik ke samping. Di sana, sosok rivalnya sudah berdiri. Bersedekap, mengamati hasil kerja Revro barusan.
Bravonio Maladewa Bagaskara.
“Not bad.” Suara serak dan datar itu mulai membuat darah Revro mendidih. Tapi, cowok itu memaksakan diri untuk bersabar.
“Gue nggak butuh komentar lo, Vo,” kata Revro tak kalah datar. “Gue nggak butuh sama sekali.”
“Keliatannya lo kesal.”
Revro mendengus.
“Baguslah. Karena tujuan gue emang satu. Membuat lo kesal, lengah hingga akhirnya gue bisa balas dendam ke lo.”
Balas dendam?
“Karena udah bikin kembaran gue nangis.”
Kening Revro mengerut. Setelahnya, dia membiarkan Bravo pergi dari hadapannya, mengikuti kepergian cowok itu dengan tampan bete.
“Perasaan, kembarannya yang mutusin gue!”
###
Kembarannya Bravonio Maladewa Bagaskara itu bernama Bintang Maladewi Bagaskara.
Cewek itu lahir lima menit setelah Abang kembarnya. Wajahnya terkesan kebarat-baratan, sama seperti Bravo. Warna matanya cokelat. Cokelat yang sangat eksoktis. Memiliki aura memikat yang begitu dahsyat. Aura yang sanggup membuat seorang keturunan Abimanyu terpesona dan jatuh cinta.
Setelah berkenalan dan dekat, keduanya memutuskan untuk menjalin hubungan. Tapi, tahu-tahu saja, Bintang memutuskan hubungannya dengan Revro. Revro bahkan tidak tahu alasan dibaliknya. Bintang hanya mengeluarkan kata j*****m itu di depan wajah Revro dan... mereka selesai.
Awalnya, Revro galau. Benar-benar galau. Dia bahkan melakukan berbagai cara untuk melupakan Bintang. Mulai dari hang out bareng teman-temannya, bikin rusuh di rumah para sepupunya, sampai ngajakin Elif, anak dari sahabat orangtua Dergo buat gila-gilaan di tempat karaoke. Dia juga punya niat buat dekatin Elif, tapi langsung dipelototin sama Dergo. Katanya, Elif terlalu polos untuk ukuran cowok playboy macam dirinya.
Cih! Menyebalkan!
Saat itu, ingin rasanya dia meminta bantuan Reffal, saudara sepupu tirinya itu, untuk menghipnotis Bintang dan membuang cewek itu ke hutan. Tapi, nanti dia takut Bravo bakalan ngamuk dan mutilasi dia. Bukannya takut gimana, dia hanya masih banyak dosa. Pasti bakalan langsung dilempar Tuhan ke neraka.
Duh, nasib.
“Pasti ngelamunin Bintang lagi.”
Suara ceria itu membuat Revro menoleh dan tersenyum tipis. Dia menarik kursi di depan Revro dan menopang dagu dengan kedua tangan.
“Nggak ada kuliah, El?”
Elif mengerjap dan mendesis. Agak jengkel.
“Gue satu kelas sama lo, dodol!” omelnya kesal. Seakan baru sadar dengan kenyataan itu, Revro hanya terkekeh geli dan menarik napas panjang.
Teringat lagi akan Bintang.
“Elif...,” panggil Revro dengan nada menerawang. “Menurut lo, gue dipelet nggak sama si Bintang?”
Asli, di situ Elif melongo nggak karuan. Pasalnya, untuk ukuran keluarga Abimanyu, Revro ini yang paling aneh. Disaat semua keluarga Abimanyu menyelesaikan masalah mereka dengan rasional dan kepala dingin, Revro justru bergalau ria dan memikirkan kemungkinan yang tidak masuk akal.
Lihat saja persoalan Tristan dan istrinya Casey dulu. (Baca: Emergency Couple)
Atau, persoalan yang sedang dihadapi oleh Dergo dan sahabatnya semasa SMA, Cinta. (Baca: She’s Mine, Not Yours! #on going)
“Lo positif gila kayaknya, Rev,” ucap Elif pada akhirnya. Bingung harus berkomentar apa. Dia hanya bisa berdecak tidak percaya dengan penuturan Revro barusan dan menggelengkan kepala berulang kali.
Revro hanya bisa mendesah panjang dan memijat pelipisnya.
What did you do to me, Bintang?
###