bc

What's going on Chanie?

book_age18+
6
IKUTI
1K
BACA
love-triangle
possessive
sex
family
pregnant
K-pop
bxb
mpreg
Bright x Win
like
intro-logo
Uraian

Haechan X all (oneshoot!)

don't salpak! ini lapak bxb oke

markhyuckiest, nohyuckiest, and other let's merapat hhshshsh

#Haechanharem

#bxb

#allpair

#yaoi

#mature

original story on wp @itsgurrun

suka ceritanya: sukai authornya

By: yaya

chap-preview
Pratinjau gratis
Nahyuck - Nerd
"Pokoknya Haechan gak mau tinggal satu apartemen sama makhluk cupu kaya dia!" sungut Haechan menunjuk laki-laki yang duduk manis di ujung sofa. "Haechan! Jaemin punya nama" bentak Ten tak habis pikir dengan kelakuan anak bungsunya itu. Selain masuk keluar club, balapan, membangkang apa yang Haechan bisa? "Papa ngebentak Haechan!?" "Haechanie udah jangan ngelawan, turutin aja apa mau papa kamu" ujar daddy Johnny. "Tapi dad–" "Gak ada bantahan, atau semua properti kamu papa sita!" Final Ten kemudian beranjak pergi dari ruang tamu. Johnny mengangguk pelan, "papa kamu cuma lagi emosi. Lain kali jangan buat papa marah. Sekarang kamu beres-beres" ujar Johnny lembut sembari mengelus surai madu Haechan. Setelah mengatakan itu, Johnny langsung pergi menyusul Ten ke kamar mereka. Ten pasti marah dengannya karena tidak bisa bersikap tegas kepada si bungsu. Dada Haechan kembang kempis menahan amarahnya. Dia kemudian menatap laki-laki yang tadi dia tunjuk. "Lo! Ini semua karena lo!" Bentak Haechan padanya. Padahal laki-laki tadi hanya duduk diam tanpa berkata apa-apa. Kenapa jadi dia yang disalahkan. "Maaf" ujarnya pelan membuat Haechan hanya menatap laki-laki itu datar. Johnny side.. "Sayang~" panggil Johnny setelah masuk ke dalam kamar. Ten yang sedang duduk di pinggiran ranjang hanya diam tanpa mau menjawab. Dilihat dari raut wajahnya masih sedikit merah karena menahan marah. "Sayang~~" panggil Johnny lagi, kali ini dia sudah duduk di samping Ten. Ten melotot menatap Johnny. "Apa? Mau ngebela anak kamu itu?" Johnny menggeleng. "Gak sayang, aku cuma mau pamit nganter Jaemin sama Haechan ke apartemen mereka." Ujar Johnny sekenanya. Padahal memang tadi dia ingin membela Haechan, tapi karena Ten memberinya tatapan tajam dia kan jadi takut salah bicara dan berakhir tidur di sofa selama seminggu. Oh NOoo. Nanti John banana tidak bisa bertemu dengan sarangnya. Johnny bergidik ngeri membayangkan itu. "Kenapa pamit, sana pergi" usir Ten kemudian laki-laki manis itu masuk ke dalam kamar mandi. Entah untuk apa Johnny tidak tahu. "Tunggu!" Teriak Ten sambil menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar mandi. Johnny yang hendak keluar kamar sontak berbalik. Alisnya tertarik kenapa? "Suruh Haechan melayani Jaemin dengan baik." Johnny melotot melayani apa yang Ten maksud? Ten memutar bola matanya malas. "Maksud aku suruh Haechan masak dan nyiapin keperluan Jaemin" "Tapi itu kan tugas istri sayang" bingung Johnny karena Ten seperti sedang membuat sebuah rencana yang menurut Johnny tidak akan baik. "Ck, mereka emang mau dijodohin, kamu lupa?" Johnny memasang wajah bodohnya setelah mendengar itu. Kapan, kenapa dia tidak ingat??? "Udah sana pergi" teriak Ten kemudian.. Blamm Dia menutup pintu kamar mandi dengan keras membuat Johnny terlonjak kaget. "Sabar, kalo sabar dikasih jatah sama Ten" gumamnya mengelus dadanya sendiri. *** "Ini apartemen kalian berdua. Dan ini kuncinya" Haechan hanya berdehem singkat berbeda dengan Jaemin yang tersenyum sambil berterimakasih kepada Johnny. "Haechanie, jangan macem-macem. Kalo kamu ketauan papa mabuk sambil balapan lagi. Daddy gak mau ikut-ikutan kalo nanti kamu bakal dinikahin" ujar Johnny yang sontak membuat Haechan melotot. Dia menunjuk wajahnya sendiri. "Haechan, Mau dinikahin? BIG NO" bentaknya kemudian pergi menuju kamar apartemennya. "Jaemin, maafin Haechan ya. Dia emang kaya gitu, tolong kamu ajarin dia biar bisa jadi anak baik. Apapun caranya om gak perduli, yang penting Haechan bisa jinak" ucap Johnny. Jaemin? Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tapi tetap mengangguk kaku. "Apapun om?" Johnny mengangguk kemudian pamit pulang. Melihat kepergian Johnny, Jaemin menarik kopernya beserta tas yang dia tenteng menuju kamarnya untuk menyusul Haechan. Baru saja masuk, dia mendapati Haechan sedang berdiri menghadapnya sambil tersenyum manis (?) "K-kenapa?" Gugup Jaemin. Haechan menunjuknya "kamar disini cuma ada satu, Lo tidur di sofa" ujarnya kemudian beranjak pergi untuk tidur. Laki-laki tampan yang sayangnya cupu(?) Eh nerd itu hanya menghela nafas panjang, dan meletakkan koper beserta tasnya dilantai. Setelahnya dia berbaring di sofa depan tv untuk tidur. Besok dia harus bangun pagi untuk pergi ke sekolah. *** Matahari bersinar dengan terang, tapi laki-laki gembil yang tidur beralaskan ranjang empuk itu tidak terganggu sama sekali. Bahkan laki-laki gembil itu malah semakin mengeratkan pelukannya pada guling yang menemani nya semalam. Tapi tunggu, ada yang aneh. Kenapa guling yang Haechan peluk tidak seempuk yang semalam? Kenapa ini sangat keras? Perlahan namun pasti Haechan membuka matanya dan langsung terlonjak kaget karena didepannya saat ini yang dia peluk bukan guling melainkan tubuh bidang seorang laki-laki. "YAKKK! Lo ngapain anjing?" Pekik Haechan menendang Jaemin dengan keras hingga sang empu terjatuh dengan tidak elitnya di lantai. "Shhh" Jaemin berdesis pelan merasakan sakit pada punggung hingga pantatnya. Dia mendongak dan mendapati tatapan tajam dari Haechan. "Lo ngapain tidur disini hah?" Sinis Haechan membuat Jaemin gelagapan sendiri. "M-maaf aku gak terbiasa tidur di tempat dingin" ujar Jaemin seraya menunduk. Haechan menghela nafas, kemudian bangkit sembari melepas piyamanya. "Udahlah mending lo keluar sana, gue mau mandi" sungut Haechan. Dan wushh Jaemin langsung berlari keluar dari kamar. Sampainya di meja makan, "Huft, dia kok galak banget sih" Jaemin menggerutu dengan suara sangat kecil, takut Haechan mendengarnya. *** Haechan dan Jaemin berangkat ke sekolah dengan menggunakan kendaraan yang berbeda. Haechan dijemput oleh temannya menggunakan mobil, dan Jaemin menggunakan angkutan umum. Bus Sarapan? Jaemin yang membuatnya. Karena Haechan sengaja mengabaikan semua pesan Johnny untuk memperlakukan Jaemin dengan baik. Oke, kembali ke cerita. Jaemin berjalan dari halte bus menuju sekolahnya dengan menunduk. Mengabaikan semua tatapan meremehkan dari teman sekolahnya. Sudah biasa. Batinnya Dia terus saja berjalan sampai... Bruk Seseorang menjulurkan kakinya membuat Jaemin terjatuh ke lantai koridor yang kotor. Semua siswa yang ada disana sontak menertawakan kebodohan Jaemin. Jaemin? Dia hendak marah tapi disaat dia mendongak, matanya bertemu langsung dengan netra kembar milik Haechan. Ternyata Haechan yang membuatnya terjatuh. Atau lebih tepatnya Haechan menjahilinya. "Ups sorry gue gak sengaja" ujar Haechan kemudian pergi meninggalkan Jaemin menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Jaemin segera berdiri dan tersenyum, dia mengabaikan tawa teman sekolahnya dan melanjutkan jalannya menuju ke kelas. Baru saja masuk ke kelas, ada seseorang yang merangkul pundaknya kasar. "Heh cupu, Lo udah ngerjain tugas biologi?" Tanya orang itu sedikit keras. Jaemin mengangguk sambil tersenyum, dan orang itu bersmirk. "Gue nyontek dong" Tanpa mendengar jawaban Jaemin, orang itu langsung menarik tas Jaemin dan mengambil buku tugas miliknya. Laki-laki nerd itu hanya menghembuskan nafasnya pasrah dengan semua perlakuan teman sekelasnya yang sebenarnya sudah sangat keterlaluan. "Sialan" *** Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu. Saat ini Jaemin sedang membereskan peralatan sekolahnya yang berserakan di atas meja. Baru saja dia ingin meresletingkan tasnya, seseorang di belakang lebih dulu menabrak bahunya keras. Membuat tasnya jatuh dengan isinya yang berserakan di lantai. "Eh cupu, gue gak sengaja. Sorry" ujar laki-laki bermata sipit yang baru saja menabrak bahu Jaemin. "Iya Jeno" jawab pelan Jaemin sambil memunguti barang miliknya. Melihat itu, laki-laki yang dipanggil Jeno dengan kurang ajarnya menginjak tangan Jaemin yang masih sibuk meraba sekitar lantai. "Shh" Jeno menoleh ke bawah, kemudian tawanya menggema di ruangan kelas yang sepi itu. "Sorry yang kali ini gue emang sengaja" Menghela nafas panjang, Jaemin menghiraukan Jeno dan kembali memunguti barangnya. "Heh cupu! Lo bisu?!" "Heh!! Lo–" "JENO!! Lo ngapain sih lama banget?" Jeno menoleh ke pintu, dan mendapati Haechan sedang memandangnya tajam. Dia terkekeh dan pergi menuju Haechan. "Sorry babe, biasa kuman" ujarnya kemudian merangkul bahu Haechan dan membawa laki-laki manis itu pergi dari sana. Jaemin yang melihat interaksi antara Haechan dan Jeno merasakan sedikit sesak di dadanya. Tapi setelahnya dia langsung pulang ke apartemen mengabaikan semua pertanyaan yang bersarang di otaknya. *** Hari sudah sangat malam, tapi Haechan belum pulang juga ke apartemen membuat Jaemin uring-uringan mengkhawatirkan keadaan Haechan saat ini. "Dia sebenernya ada dimana? Ini udah tengah malem" Hela Jaemin kembali duduk di sofa. Sedari tadi dia berjalan kesana kemari menunggu kepulangan Haechan. Tapi yang ditunggu ternyata malah sedang party berama teman-temannya yang lain. Jaemin melihat postingan i********: salah satu teman dekat Haechan yang memperlihatkan Haechan sedang menari-nari di tengah dance floor. "Apapun huh?" Lama menunggu, yang ditunggu baru saja membuka pintu apartemen dengan suara cukup kencang. Tapi Jaemin hanya duduk diam di sofa tanpa mengalihkan pandangannya. "Darimana?" Haechan melirik Jaemin sekilas dan kembali berjalan menuju kamarnya. Sampai sebuah tarikan membuatnya terjatuh di pangkuan laki-laki yang sedang duduk di sofa. "Aku nanya, kamu darimana?" Ujar Jaemin masih lembut seperti biasanya. Haechan? Dia mengerjap lucu dan belum menyadari posisinya saat ini. "Lo ngapain sih? Minggir gak!!" Sentak Haechan mencoba berdiri, tapi sayang Jaemin memeluk pinggangnya dengan sangat erat. Oke tunggu, kenapa Haechan merasa aura Jaemin sedikit berbeda(?) Dan kenapa tenaga Jaemin sangat kuat. "Gue nanya sama lo Lee Haechan. Lo darimana hm?" Tanya Jaemin tepat di samping telinga Haechan. Ughh, Haechan meremang seketika. Kenapa suara Jaemin terdengar sangat rendah dan juga err–seksi(?) "L-lo apa apaansih, lepasin gak!?" Haechan mencoba memberontak tapi sayang tenaga Jaemin sangat besar. Jaemin terkekeh pelan, kemudian menumpukkan dagunya pada bahu Haechan. Meniupnya dengan nafas hangatnya juga memberikan beberapa kecupan ringan disana. "Enghh J-jaem" Sial kenapa dia malah mendesah? Rutuk Haechan dalam hati. Mendengar desahan Haechan, Jaemin menyeringai tipis. Tangannya yang tadi memeluk pinggang Haechan kini sudah berada di tengkuk mulus si manis dan mulai menempelkan bibir keduanya. Haechan melotot kaget saat jaemin melumat bibirnya dengan rakus. Tangannya dia gunakan untuk meremat kuat-kuat kaos yang Jaemin pakai. Sampai saat pasokan oksigennya menipis, Haechan memukuli d**a bidang Jaemin dengan pelan. Kemudian menatap wajah Jaemin dengan tatapan sayunya. Dadanya kembang kempis meraup udara dengan rakus. Air liur tidak berhenti mengalir dari bibirnya yang mulai membengkak karena ciuman Jaemin. Melihat itu, Jaemin memajukan wajahnya dan mengecup singkat bibir basah Haechan. Hanya sebentar dan tidak ada lumatan sama sekali. "Menikmati hukumanmu bear?" Seringai Jaemin menatap wajah merona Haechan. "Dimana lagi si b******k Jeno itu menyentuhmu?" Tanya Jaemin dengan suara dinginnya. Haechan menciut, entah karena apa. Dirinya sangat takut dengan aura yang dikeluarkan oleh Jaemin. Tidak mendapatkan balasan dari Haechan membuat Jaemin menggeram marah. Lalu dengan cepat tangannya meraih ponsel di meja dan mendial nomor seseorang. "Habisi dia, jangan beri ampun." Ujar Jaemin pada seseorang di seberang telepon sambil menatap wajah terkejut Haechan. "Tunggu, aku berubah pikiran." Haechan menatap Jaemin cemas. "Berikan si b******k itu pada hewan peliharaanku hidup-hidup" Tut. Jaemin menutup telponnya sepihak dan kembali menatap wajah ketakutan Haechan. "J-jaem siapa yang kau maksud si b******k?" "Lupakan si b******k itu, kali ini nikmati hukumanmu bear" ujar Jaemin menyeringai tipis. Oke Haechan yang melihatnya sontak bergidik ngeri. Badannya menegang sempurna. *** "Ahh ah j-jaem stophh" desah Haechan sembari meremat kuat bisep berotot milik Jaemin. Jaemin, laki-laki itu sama sekali tidak menghiraukan Haechan. Dirinya semakin memacu kejantanannya agar masuk lebih dalam ke lubang sempit si manis. Si manis terus-terusan mendesah pasrah dibawah kukungan dominan setampan Jaemin. Argh kenapa dia bisa tidak sadar ketampanan yang dimilik seorang Na Jaemin? "J-jaem anghh hh ouchh ahh ah" Haechan meracau, dan mendesahkan nama Jaemin berkali-kali. Membuat laki-laki dengan surai hitamnya itu menyeringai disela tusukannya pada lubang Haechan. "Jaem s-stoph ahh ARGHH!?" Pekik Haechan setelah mendapat pelepasannya kembali. Tidak untuk Jaemin, laki-laki itu sama sekali tidak memberi Haechan waktu untuk sekedar beristirahat. Dia terus saja memacu kejantanannya, arrrrrhh rasanya Jaemin bisa gila. Lubang Haechan melahap habis p***s besarnya dengan rematan-rematan manja dinding rektum si manis. "Ahh j-jaem sensitif nghh a–mphhh" Jaemin kembali membungkam bibir bengkak Haechan dengan bibir basahnya. Menyecap hingga melumat dan menggigitinya perlahan. "Sebentar lagi grhh" "Sangat nikmat nghh" "Ahh Jaemin, ahh nghh ouch yah disanahhh AHHHH" Haechan kembali o*****e. Entah untuk yang keberapa kalinya, yang pasti sama seperti sebelumnya. Sangat sempurna Jaemin yang melihat Haechan kembali menyemburkan cairannya, kembali memberikan kenikmatan pada p***s mungil Haechan. Dengan pelan dan pasti dia mengocoknya, membuat tubuh Haechan melengkung merasakan kenikmatan yang datang bertubi-tubi. "Nghh ahh ah oh ahhh yahhh ngh" "Grhh aku keluar babe hh" "c*m J-jaem c*m nghh ahhh" "Bersama hh" Jaemin semakin mempercepat tempo tusukannya, juga kocokannya pada p***s si manis. Penisnya yang bersarang di dalam lubang si manis membesar karena sebentar lagi akan menyemburkan cairannya. Tangannya yang satu membengkam mulut Haechan yang masih berteriak mendesahkan namanya. Haechan menggeleng ribut karena tidak bisa mendesah, tangannya dia gunakan untuk menyingkirkan tangan Jaemin yang berada di mulutnya. Lelah memberontak, akhirnya Haechan pasrah dengan semua yang Jaemin berikan dan lakukan padanya. Sungguh dia sudah sangat lelah dengan pergumulan nya dengan Jaemin. Jaemin sangat kuat dan tidak kenal lelah. Haechan pasrah, dia membanting kepalanya pada bantal dibelakangnya. Tangannya dia gunakan untuk meremat sprei yang sudah tidak berbentuk itu. Dia terus menggeleng juga mendesah dalam bungkaman Jaemin. Bahkan air matanya sedari tadi mengalir karena kenikmatan yang Jaemin berikan terlalu gila. "Mphhh hhh mphhh" Hingga tepat tusukan ketiga, keduanya keluar bersamaan. "ARGHHH!" Bruk Jaemin langsung ambruk di atas tubuh Haechan tanpa melepas penyatuan mereka. Haechan meringis pelan karena tubuh Jaemin sangat-sangat berat. Ughh sepertinya dia tidak akan bisa berjalan besok. *** Dua minggu berlalu, hubungan Jaemin dan Haechan semakin dekat. Jaemin juga sudah memberitahu Haechan tentang alasan dia menyamar menjadi nerd. Dan juga tentang usia Jaemin yang ternyata sudah menginjak 21 tahun. "Nana~" Jaemin berdehem pelan menanggapi panggilan Haechan. Dirinya kembali fokus pada leptop yang ada di pangkuannya menghiraukan tatapan berkaca-kaca milik si manis. Sampai.. "Hiks.." Jaemin langsung menoleh saat mendengar suara isakan. Matanya sontak melotot saat mendapati Haechan sedang menangis sekarang. "Hei kamu kenapa nangis? Aku minta maaf, jangan nangis lagi" ujar Jaemin lembut sembari meletakkan laptop nya pada meja. Dengan perlahan Jaemin memeluk tubuh Haechan. Tangannya mengelus surai si manis sayang dan mengecup dahi Haechan berkali-kali. "Hiks.. Nana udah gak sayang Echan lagi hiks.." Jaemin kelabakan dia salah apa? "Siapa yang bilang hm? Aku sayang kamu kok" Haechan menggeleng kemudian mendorong tubuh Jaemin untuk menjauh. Dia menatap Jaemin sendu. "Nana dari tadi sibuk, sampe Echan dilupain hiks.." "Enggak sayang, Nana gak ngelupain kamu. Yaudah Nana minta maaf, Echan mau apa?" Mendengar pertanyaan Jaemin, sontak mata Haechan berbinar. "Es krim" serunya. Raut wajah Jaemin berubah datar. "Gak, kamu kemarin udah makan es krim banyak banget. Aku gak mau kamu sakit" ujar Jaemin. Haechan yang mendengarnya kembali terisak, kali ini dengan suara cukup keras. "HUWEEEE Echan mau pulang ke rumah Mae. Nana nakal huwee" "Eh eh jangan sayang, ck iya deh ayo kita beli eskrim" final Jaemin, sontak Haechan tersenyum manis dan mencium bibir Jaemin sekilas. Jaemin? Dia hanya tersenyum senang saat Haechan menciumnya duluan. Setelah membeli eskrim untuk Haechan, Jaemin langsung pergi membeli martabak matcha keju karena tiba-tiba saat dia akan pulang. Haechan menginginkan itu. Dan berakhir saat ini mereka berdua sedang makan eskrim dengan martabak di ruang tamu apartemen mereka. "Enak?" Tanya Jaemin, dan Haechan mengangguk lucu dengan mulut penuhnya. Jaemin terkekeh, dia akan mencuri kecupan pada bibir Haechan tetapi bel apartemennya tiba-tiba berbunyi. Menandakan ada tamu yang datang. "Biar aku yang–" "Gak aku aja" tolak Haechan, dia langsung beranjak membuka pintu. Sedangkan Jaemin membuang bungkus sisa makanan mereka ke dapur. Ceklek Haechan membuka pintu apartemennya. Matanya membola penuh saat menyadari siapa yang bertamu di apartemennya. "Dad–" "Sayang, siapa yang dat– Om Mae?" Jaemin terlonjak kaget, pelukannya pada tubuh Haechan sontak terlepas. Johnny dan Ten mengeryit bingung melihat keduanya. Apa tadi, Jaemin memanggil Haechan sayang? "Sayang?" Bingung Johnny dan Ten. "Ah itu, om dan Mae ayo masuk dulu" Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Haechan? Dia hanya diam karena malu sudah keciduk di panggil sayang oleh Jaemin. *** Johnny menatap Haechan dan Jaemin bergantian. "Jadi bisa jelasin semua ini?" "Om Mae saya bisa jelasin. Jadi–" Uhuk, Haechan terbatuk dan langsung berlari menuju kamar mandi. Setelahnya yang dia lakukan hanya mengeluarkan isi perutnya. Entah kenapa melihat wajah Daddy dan Maenya dia menjadi mual. Hoek Hoek Jaemin kelimpungan, dengan telaten dia memijat tengkuk Haechan dengan perlahan. "Udah? Masih mual gak? Ayo ke dokter aja" "Nana, aku gak papa" ujar Haechan dengan suara lemahnya. Ahh Jaemin jadi makin khawatir. Oke tinggalkan Jaemin dan Haechan, ayo liat Johnny dan Ten yang masih mematung di tempat mereka duduk. Sebelum.. "John, kayaknya kita bakal punya cucu" ujar Ten ngawur yang sayangnya BENAR. Yeayyy Johnny? Dia melongo dengan wajah bodohnya. *** "Gimana dok keadaan Haechan?" Tanya Jaemin pada laki-laki yang memakai jas berwarna putih. Dibelakangnya ada Ten dan Johnny yang juga menunggu kabar tentang keadaan Haechan. Dokter itu mengangguk, dari raut wajahnya terlihat tidak ada kekhawatiran sedikitpun. "Istri Tuan baik-baik saja, mungkin karena kandungannya masih ada di trimester pertama jadi mudah lelah juga tiba-tiba pingsan seperti tadi. Saya sudah tuliskan resep pereda mual juga vitamin. Nanti bisa tuan tebus di apotek" terang dokter panjang lebar. Jaemin mengeryit bingung dengan apa yang dokter katakan. Kandungan? Trimester? Mual? Vitamin? Oke Jaemin masih belum paham. Sampai.. "Na Jaemin, kami butuh penjelasan" ujar Johnny kelewat– dingin(?) Matilah Jaemin, tapi tidak papa yang penting Haechan yang hamil bukan janda yang tinggal di samping apartemennya dan Haechan. Hmzz Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kemudian menatap Johnny dan Ten bergantian. "Maaf om Mae Jaemin khilaf" Johnny memegang dadanya, hah jika dia punya penyakit jantung sudah dipastikan saat ini dia hanya tinggal nama. Ten? Dia tidak perduli. Yang penting Haechan hamil. Ini kan memang rencananya sedari awal saat menyuruh Haechan tinggal satu apartemen dengan Jaemin. Akhirnya dia tidak perlu berebut cucu dengan Winwin. Uhuy cucu baru, suami baru. G Johnny yang melihat Ten hanya tersenyum tidak jelas memutar bola matanya malas. Sepertinya dia tahu ini semua rencana siapa. "Sayang, ini rencanamu?" Tanya Johnny sinis. Laki-laki manis paruh baya itu hanya mengedikkan bahunya acuh dan kembali membayangkan dirinya menggendong cucu dari Haechan. Ah senangnya.. *** "Masih mual? Mau makan apa, biar aku beliin" Haechan menggeleng lemah, dia kembali menyembunyikan wajahnya pada d**a bidang Jaemin yang tidak berbalut kain. "Sayang dingin, aku pake baju ya" Haechan kembali menggeleng. Dia hanya ingin menghirup wangi Jaemin saat ini. Entah, mungkin keinginan aegi. Mengingat tentang janin yang ada di perutnya, Haechan menjadi merona. Dia teringat awal percintaannya dengan Jaemin dulu. Itu sudah sangat lama, saat ini kandungan Haechan sudah hampir berumur 7 bulan. Ah sebentar lagi ya? Tentang hubungan keduanya, setelah tau Haechan hamil Jaemin langsung melamar Haechan kepada Johnny. Dan melangsungkan pernikahan saat itu juga. Duk Aegi yang ada di perut Haechan tiba-tiba menendang membuat Haechan yang sedang melamun terlonjak kaget. "Aghhh" "Sayang, kau mendesah?" Haechan melotot tajam. "Gak, baru aja aegi nendang. Aku cuma kaget" elak Haechan. Memang benar dia mendesah tapi kan karena tendangan manja si mungil di dalam sana. Jaemin tersenyum penuh arti, "sayang, kata dokter udah boleh kan?" Bisiknya tepat di depan wajah si manis. Haechan merona tapi kemudian dia mengangguk. Tidak bisa dipungkiri, dia sebenarnya juga sangat rindu dengan kegiatan panasnya bersama Jaemin. Mendapati lampu hijau dari Haechan, Jaemin langsung beralih mengukung tubuh mungil Haechan. Tubuhnya dia tumpukan pada tangan agar tidak menggencet si mungil. "Haechanie, aku mencintaimu" "Nado" dan setelahnya berlangsunglah sebuah adegan yang 'iya iya' end 3,0k kata

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.4K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.0K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
38.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook