Happy Reading.
*
Aliya mengamuk saat sampai dirumah. Apalagi melihat Jimin yang tengah tertidur pulas diatas ranjang mereka. Aliya jadi kebakaran jenggot sendiri.
"Park Jimin" Aliya melompat keatas ranjang dan langsung memukul Jimin, Jimin tentu saja kaget dan tidak bisa menghindar.
"Yakh sakit" teriak Jimin keras dan Aliya tetap tidak peduli dan semakin memukul Jimin.
"Hiks gara-gara kau aku dikeluarkan dari kelas. Aku mengantuk saat ujian dan itu karena kau yang menyerangku semalaman. Hiks aku dapat nilai E" isakan Aliya membuat Jimin tertawa. Aliya terlihat lucu saat menangis dan terus merancau, apalagi Aliya yang masih memukulnya. Tidak sakit sih, Jimin hanya menikmati wajah Aliya yang terlihat aneh saat menangis.
"Apanya yang lucu hiks" Aliya masih memukul Jimin dan Jimin hanya diam. Biarkan Aliya melampiaskan kekesalannya, ini juga salah Jimin.
"Sudah?" Tanya Jimin saat Aliya tidak memukulnya lagi. Dan anggukan kecil dari Aliya membuat Jimin tersenyum manis lalu menarik Aliya dalam pelukannya.
"Maaf lain kali aku akan melihat hari jika ingin menidurimu semalaman" ujar Jimin lembut sambil mengusap Surai hitam pekat Aliya.
"Jangan ulangi lagi" Jimin menggeleng dan mengecup pucuk kepala Aliya.
"Tumben kau sudah pulang?" Tanya Aliya sambil menelusupkan kepalanya di d**a Jimin.
"Aku lelah dan ingin istirahat" jawab Jimin mengeratkan pelukannya dan Aliya hanya diam dan menikmati harum tubuh Jimin menggelitik indra penciumannya.
"Jim"
"Hem"
"Sepertinya ada Namja seangkatanku yang menyukaiku. Dia memberikan bunga padaku dan terus menatapku" ucapan jujur Aliya membuat Jimin kesal dan melepaskan pelukannya.
"Kau menerima bunganya?" Aliya mengangguk pelan dan membuat Jimin semakin kesal.
"Kau mau selingkuh?" Tanya Jimin tajam dan membuat Aliya tersenyum.
"Jika aku mau selingkuh untuk apa aku berkata jujur padamu" kekeh Aliya dan kembali memeluk Jimin. Benar juga sih, untuk apa Aliya berucap jujur jika mau selingkuh? Dasar Jimin Pabo.
"Lalu apa yang kau lakukan?" Aliya menggeleng tidak tau dan mengecup d**a Jimin yang terbuka karena tiga kancing atasnya yang terbuka.
"Dia mau berteman denganku dan aku menerimanya. Aish sudahlah, aku lelah, aku mau tidur" Jimin masih diam saat Aliya tidur dalam pelukannya. Sepertinya kata-kata Aliya mengganggu Jimin.
Sebenarnya Jimin dan Aliya sudah terbiasa hidup bersama sejak kecil. Aliya tidak bermasalah saat Jimin berada didekatnya hanya saja status mereka sebagai suami-istri sedikit aneh bagi Aliya.
Aliya masih berusia 17 tahun dan masih sekolah bagaimana bisa punya suami orang yang ia kenal dari kecil. Aliya tidak keberatan Jimin ada disampingnya dan Aliya juga tidak mencintai Jimin.
Lalu mengenai hubungan ranjang mereka Aliya sendiri tidak tahu dengan pasti. Ia hanya mengikuti apa yang Jimin lakukan. Awalnya Aliya marah karena Jimin mengambilnya secara paksa waktu itu. Apalagi tempat yang mereka gunakan adalah gudang sekolahnya dan Aliya sedikit merasa aneh.
Tapi saat ingat jika Jimin melakukannya dengan lembut Aliya tidak jadi protes. Walaupun setelah itu Aliya mengumpat Jimin dan menyuruh Jimin tidur dengan jalang tapi sekarang Jimin tidak boleh tidur dengan wanita lain. Hanya Aliya yang boleh tidur dengan Jimin.
Enak saja ada yang melihat tubuh sexy Jimin. Hanya Aliya yang boleh melihatnya dan yang lain tidak boleh. Jimin kan suaminya dan Jimin hanya boleh memuaskanya.
"Jim jangan tidur dengan wanita lain nde?" Jimin tersentak saat mendengar rancauan Aliya. Apa Aliya sedang bermimpi?
Jimin menunduk dan menatap wajah Aliya yang terlihat damai saat tidur. Ada satu hal yang Jimin sesali dari Aliya. Begitu polos dan tidak bisa mengerti semuanya dengan baik. Apalagi Aliya yang tidak bisa membedakan mana orang baik dan orang jahat. Aliya terlalu polos menghadapi dunia luar dan Jimin dibuat khawatir dengan itu.
"Jangan buat keputusan yang salah Child Girls" Jimin mengecup kening Aliya dan memejamkan matanya untuk menyusul Aliya dalam alam mimpi.
"Jangan jauh-jauh dariku Jim" Aliya kembali mengigau dan Jimin tidak tau karena Jimin sudah tidur.
*
Aliya terbangun dan menemukan tubuhnya yang hanya berbalut selimut dengan keadaan acak-acakan. Melirik bawah dimana pakaianya dan Jimin berserakan dilantai. Aliya melirik samping meja nakas dan menemukan jam Beker kecil miliknya yang sudah menunjukkan pukul tengah malam.
Tubuh Aliya lengket tapi Aliya malas mandi tengah malam. Tapi dimana Jimin? Apa pria pendek itu mandi? Tapi mana suaranya.
"Jim~~~" Aliya sedikit berteriak untuk memanggil Jimin tapi belum ada jawaban.
"Jim~~~" Aliya turun dari ranjang dan melilitkan selimut pada tubuhnya. Agak susah karena selimutnya agak panjang.
"Jim~~~"
"Wae?" Aliya tersentak saat mendengar suara Jimin dari belakang tubuhnya. Sontak Aliya barbalik dan menatap Jimin.
"Aku lapar" kata Aliya pelan dan membuat Jimin menunjukkan meja nakas yang sudah terisi penuh dengan makanan. Aliya langsung berbalik dan menuju ranjang.
"Kau sudah mandi?" Melihat Aliya yang kesusahan berjalan karena selimutnya Jimin langsung menggendong Aliya dan mendudukkan Aliya di ranjang.
"Hem. Makanlah" Aliya mengucapkan terima kasih karena Jimin membantunya dan memakan makanannya.
"Jangan menyentuhku untuk beberapa hari ini" kata Aliya menginstruksi Jimin.
"Wae?" Aliya menghentikan kunyahannya dan menatap Jimin.
"Aku dalam masa subur. Kau mau aku hamil? Aku masih sekolah dan akan sangat tidak lucu jika aku pergi ke sekolah dengan perut membesar. Walaupun sekolah itu milikmu tapi tetap saja. Jika kau ngotot mau tidur dengan ku kau beli saja kondom yang banyak. Oke?" Kata Aliya dan menarik perhatian Jimin.
"Kau serius dengan pernikahan ini?" Aliya mengangguk tanpa menatap Jimin.
"Aku tidak berniat menyandang nama 'Janda' dan aku tidak sudi memikirkan itu. Aku menikah sekali untuk seumur hidup dan aku tidak berniat mencari laki-laki lain. Lagi pula kau sangat tampan dan sexy. Hanya orang bodoh yang akan meninggalkan mu, terlepas dari sikap mu yang menyebalkan itu. Aku memang masih muda dan aku tidak berniat main-main dengan laki-laki lain. Kau sudah lebih dari cukup" Jimin terpana mendengar jawaban jujur Aliya.
Apa ini nyata? Aliya tidak main-main dengan pernikahan ini? Apa Aliya mau mencintainya?
"Wae~~~emph~~" suara Aliya terhenti begitu saja saat Jimin menciuminya. Apalagi mau pria ini? Tidak lelah kah tubuhnya?
"Jhim~~~" Aliya mencengkram piama bagian depan Jimin saat ciuman mereka semakin memanas. Jimin sepertinya akan menyerangnya lagi.
"Jangan sampai pagi. Aku tidak mau dikeluarkan dari kelas lagi" Jimin mengangguk dan menarik selimut Aliya dan membuat tubuh full naked Aliya terlihat jelas. Seringai iblis Jimin terlihat jelas dan Aliya jadi tergidik ngeri melihatnya.
"Jangan tunjukkan seringai itu. Kau jelek tau" Jimin hanya tersenyum dan menindih tubuh Aliya.
"Kau tidak keberatan jadi ibu muda kan?" Tanya Jimin sensual.
"Hah?"
Tbc.