Four

1281 Kata
Happy Reading. * Aliya berdiri canggung didepan semua siswa yang ada di aula sekolah. Bukannya apa-apa, tapi posisinya yang ada ditengah-tengah dengan Ten yang memberikan bunga mawar padanya membuat Aliya tidak nyaman. Ten sedang mengungkapkan perasaannya padanya dan itu dilakukan didepan umum. Sebenarnya semua siswa sedang berkumpul untuk pemberitahuan mengenai Ujian Nasional tapi justru Ten mengubahnya jadi acara pengungkapan perasaan. Oh apa yang harus Aliya lakukan saat ini? Ia sangat malu sekarang. "Aliya~~~" Aliya menggigit bibir bawahnya saat mendengar panggilan lembut Ten. "Uhm Ten aku tidak tau harus bilang apa, tapi kau tau ini begitu cepat. Kita bahkan baru berteman beberapa Minggu dan kau sudah mengungkapkan perasaanmu padaku. Apa itu tidak terlalu cepat?" Aliya tidak tau apa yang ia katakan ini benar. Tapi ia harus menghentikan kegilaan Ten sekarang juga. Bisa habis kena sembur Jimin jika sampai Jimin tau mengenai tindakan Ten yang mengungkapkan perasaannya pada Aliya. "Kau menolakku?" Tanya Ten yang sudah tau arah pembicaraan Aliya. "Bukan begitu hanya saja kita akan segera ujian dan kau justru melakukan ini. Tidakkah kau berfikir jika ujian kita lebih penting" kata Aliya berasalan dan justru ditangkap lain oleh Ten. "Berarti setelah ujian kau mau berkencan denganku?" Tanya Ten antusias dan membuat Aliya mati kutu. "Begini saja. Kita belum lama mengenal dan aku juga tidak ingin berkencan untuk saat ini. Aku memilih laki-laki yang akan kukencani dan aku tidak sembarangan memilihnya. Jadi mari lupakan ini dan jalani pertemanan kita dulu. Oke?" Kata Aliya pelan dan membuat Ten tersenyum manis. "Jadi aku harus terlihat pantas untuk masuk dalam kriteriamu. Baik aku akan mencobanya dan aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku pastikan kau akan jadi Yeojachingu-ku dan bisa lebih dari itu. Mari kita lihat kedepan Aliya Kim" Aliya benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Ten sangat keras kepala dan Aliya tidak bisa berasalan lagi. Tidak mungkin Aliya bilang jika ucapan Ten tidak akan pernah terjadi. Aliya sudah menikah dan ia tidak bisa membongkarnya didepan umum. "Terserah padamu. Aku pergi. Annyeong" Aliya buru-buru berbalik dan berjalan keluar dari aula. Ia tidak mau ini terus berlanjut dan membuat semuanya jadi semakin rumit. * "Mwo!" Jimin berteriak saat mendengar ucapan sekertaris-nya. "Ya Presdir. Ada seorang laki-laki yang mengungkapkan perasaannya pada Nyonya Park" Jimin mengeram mendengar ucapan sialan itu. Apa lagi yang diperbuat bocah itu hingga ada laki-laki yang menyukainya? Jangan kira Jimin membiarkan Aliya bebas tanpa mengawasinya darinya. Aliya dalam pengawasan Jimin selama 24 jam full dan Jimin tidak membiarkan Aliya bebas begitu saja, termasuk disekolah. Apa kalian lupa jika sekolah itu milik Jimin? "Lalu apa yang dilakukannya?" Tanya Jimin dingin dan membuat sekertaris-nya merinding. "Nyonya Park sengaja memberi alasan dan menolaknya, tapi dengan cara halus Presdir" jawaban itu cukup bagi Jimin. "Kau pergi dan terus awasi istriku" sekertaris Jimin mengangguk dan langsung pamit undur diri. "Awas saja jika dia sampai dirumah nanti" desis Jimin yang meremas kuat kertas yang ada ditangannya. * "Kau sudah ditolaknya Ten. Dan kau masih mau berusaha?" Tanya Yuta tidak percaya. "Kau pasti tau apa jadinya jika aku ingin sesuatu?" Tanya Ten datar pada Yuta. "Its Really? She is Aliya? You Crazy" Ten hanya mendesis mendengar ucapan Yuta. "What ever" jawab Ten datar dan meninggalkan Yuta sendiri. Sepeninggalan Ten, Yuta terlihat menghela nafas pasrah. "Kau terlalu keras kepala. Aku takut kau berbuat nekad pada Aliya dan berakhir menyakitinya" lirih Yuta pelan. Ia sangat tau karakter Ten dan Ten akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Dan Ten akan melakukan apapun untuk itu, termasuk cara kotor. * Aliya mencoba menjelaskan semuanya pada Jimin yang tengah marah karena insiden Ten yang mengungkapkan perasaannya tadi siang. Aliya baru pulang dan sudah diserang Jimin dengan pertanyaan dingin. "Tidak bisakah kau jujur jika kau sudah menikah?" Aliya menggeleng mendengar pertanyaan Jimin. Mana ada murid kelas 3 sekolah menengah atas yang sudah menikah. Jimin gila? "Hanya tinggal 3 bulan sebelum aku ujian. Dan aku tidak bisa membongkar semuanya. Aku akan segera lulus Jim dan mana mungkin aku bilang jika aku sudah menikah? Mau ditaruh dimana mukaku?" Tanya Aliya pelan dan membuat Jimin mendecih sinis. "Lalu kau suka jika dia terus menempelimu?" Tanya Jimin sinis dan membuat Aliya menggeleng. "Bukan begitu. Hanya saja tidak etis jika murid kelas 3 sekolah menengah atas yang berkata jika sudah menikah hanya karena dikejar-kejar oleh laki-laki. Kau tau itu sangat tidak mungkin?" Ujar Aliya kekeh dan membuat Jimin tertawa sinis. "Sepertinya kau juga tertarik padanya?" Aliya menghela nafas pasrah mendengar ucapan Jimin. "Sudahlah aku tidak mau membahasnya disini! Lagi pula akan tidak seru jika kita bertengkar hanya karena namja yang bahkan tidak aku pedulikan. Sekarang terserah padamu, aku mau mandi dan jika kau mau marah terserah. Aku bahkan tidak menanggapinya sama sekali" Aliya berjalan meninggalkan Jimin sendirian. Ia malas bertengkar dengan Jimin. * Malam harinya Aliya dan Jimin masih berperang dingin dan Aliya sungguh tidak tahan dengan semua ini. Ini bukan salahnya dan kenapa ia yang didiami? Seharusnya Jimin mencari tahu dulu dan baru bertanya padanya. Bukanya marah dulu dan langsung mengadilinya? Dasar menyebalkan. "Jim~~~" mendengar suara Aliya, Jimin justru semakin menaikkan selimutnya dan membuat Aliya menghela nafas pasrah. "Aku tidak tau apa alasanmu marah tapi seharusnya kau tau kejadian yang sebenarnya. Kau fikir aku tidak tau jika kau mengawasi ku selama ini? Tidak mungkin kau tidak tau kejadian yang sebenarnya? Dan seharusnya kau tidak menyalahkan aku? Ten yang mendekati ku dan aku tidak memberikan balasan apapun padanya. Terserah padamu mau percaya atau tidak. Jika kau waras kau pasti tau mana yang benar" mendengar ucapan Aliya, Jimin hanya menghela nafas. Kenapa terlihat seperti dirinya yang kekanakan sekarang. Demi Tuhan, Jimin tidak tau harus berekasi apa? Mendengar Informasi tadi Jimin jadi marah sendiri. "Aku tidak tertarik dengan Ten juga tidak tertarik denganmu. Jadi berhenti bersikap dingin dan berhenti pedulikan Ten. Otakku masih berguna dengan baik jika memikirkan berselingkuh dibelakang mu" Jimin melirik belakang tanpa berbalik. Kenapa Aliya kembali mengingatkan tentang kondisi mereka yang tidak saling mencintai? "Kau mungkin akan lebih nyaman jika tidur sendiri" cetus Aliya dan bangkit dari posisinya. Baru saja Aliya akan turun dari ranjang tanganya lebih dulu dicekal Jimin. "Tunggu~~~" Aliya hanya diam memperhatikan Jimin yang menahan tangannya. "Tidak perlu tidur diluar. Aku tidak merasa terganggu" lanjut Jimin yang kembali menarik Aliya untuk berbaring. "Mianhae!" Cetus Jimin pelan dan merengkuh Aliya dalam pelukannya. "Aku menuduhmu yang tidak-tidak" Aliya hanya diam menerima pelukan Jimin. Ia sendiri bingung harus bilang apa? "Kau tidak mungkin bermain api dibelakang ku" ujar Jimin lembut. "Kau mencintaiku?" Tanya Aliya yang menebak apa yang Jimin rasakan. "Bagaimana bisa kau berfikir seperti itu?" Balik Jimin bertanya. "Melihat sikapmu yang seperti ini. Aku jadi curiga" Jimin menunduk dan mengapit dagu Aliya. "Bagaimana bisa aku mencintai gadis yang tidak mencintaiku? Kau bahkan tidak menganggapku sebagai seorang suami? Memang kau tidak mau pernikahan ini berakhir. Tapi kau juga tidak punya perasaan apapun padaku. Dan aku tidak mungkin mencintai orang yang tidak mencintaiku" jawaban Jimin membuat Aliya tersenyum. "Bagus. Jangan cintai aku. Tetaplah seperti ini agar kita tidak merasakan sakit jika tidak bisa saling mencintai" Jimin tersenyum mendengar ucapan Aliya. "Mari saling menutup mata dan melupakan pembicaraan sialan ini?" Aliya mengangguk dan membiarkan Jimin mendekatkan wajah mereka. "Kau tidak keberatankan?" Aliya hanya menggeleng dan Jimin benar-benar menempelkan bibir mereka. "Hanya hubungan yang tidak akan pernah berakhir dan saling menguntungkan. Kau tidak akan berselingkuh dan aku tidak akan mencari penghangat ranjang yang lain. Kau dan aku terikat dalam pernikahan ini. Jadi mari saling tidak peduli dan menjalani hidup masing-masing. Park Jimin dan Aliya Kim" cetus Jimin melepaskan ciumannya. "Berhenti berbicara yang tidak perlu dan jalani apa yang ada. Aku tidak akan menuntut apapun darimu" balas Aliya dingin dan kembali menyatukan bibir mereka. Jimin hanya tersenyum dan membalas ciumannya. "Besok kau libur jadi tidak masalahkan?" Aliya hanya diam dan membiarkan Jimin menelanjanginya. "Ugh!" Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN