BAB 3 - Hal-hal Aneh

1010 Kata
BAB 3 - Hal-hal Aneh   "Perlahan-lahan semuanya bisa dilihat." ****      Setelah lima Hari kemudian akhirnya Keira sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Kini dia bisa melihat semuanya seperti awal kembali.     "Kak, kapan aku boleh masuk sekolah lagi?" tanya Keira kepada Keylo yang sedang menyetir mobil untuk mereka pulang ke rumah setelah kondisi Keira dinyatakan sudah membaik seratus persen.    "Kami yakin mau sekolah secepatnya? Kondisi kamu udah lebih baik emangnya?" tanya Keylo lagi.    "Kei mending kamu istirahat dulu di rumah kalau keadaan kamu sudah lebih baik kamu boleh ke sekolah lagi, Kei," ucap Sang papa. Keira hanya diam mendengar Papanya yang berbicara sejujurnya dia Masih sangat membenci sang papa. Semua karena Papanya kehidupannya hancur. Mamanya yang selalu dia acuhkan dan belum sempat Keira minta maaf sudah pergi meninggalkannya.     "Hmm...." Deheman Keira membuat Sang Papa hanya tersenyum kecut. Pasti anaknya membenci dirinya sekarang.    "Kakak awassss!!!!!" teriak Keira membuat Keylo terkejut dan mengerem mobilnya mendadak. Mobil di belakang mereka saling mengklakson karena melihat mobil Keylo yang berhenti mendadak. Untung saja tidak terjadi apapun dengan mereka.    "Kamu kenapa sih, Key! Kamu bikin kaget Kakak Aja tahu enggak sih!"    "Kakak tadi Kakak hampir nabrak orang makanya aku teriak!" Tapi, Keira bingung kenapa orang Itu tidak ada padahal dia dengan jelas melihat orang melintas di depan mobil mereka. Keira kemudian turun dari mobilnya melihat ke belakang. Benar-benar tidak ada apa-apa tapi tadi dia melihat sangat jelas ada orang yang melintas.    "Orang apa sih, Keira! Dari tadi enggak ada siapa-siapa! Kamu ini hampir buat Kita celaka lagi tahu enggak!" Kakaknya marah membuat Keira diam. Dia merasa bingung kenapa tidak ada apa-apa. Tapi, tadi dia melihat Itu semua dengan jelas kalau ada orang di sini.    "Ngapain Masih di situ buruan naek mobil lagi!" ucap Kakaknya kesal. Keira hanya menghentakkan kakinya kesal karena Kakaknya tidak percaya dengan dirinya.    "Kamu kenapa, nak? Kenapa tiba-tiba teriak kayak tadi?" tanya Papanya halus saat mereka sudah masuk mobil.    "Tahu tuh bikin hampir celaka Aja!" kesal Keylo. Keira hanya mendengus diam enggan menjawab pertanyaan mereka.    "Kei?"    "Diem Keira mau tidur enggak usah berisik." Keira memutuskan untuk memejamkan matanya saja. Sambil memikirkan hal tadi tapi yasudahlah mungkin dia memang salah lihat tadi. ....     Mereka sudah sampai di rumah. Masih ada beberapa karangan bunga yang belum sempat di buang. Ucapan tanda bela sungkawa kematian istrinya.    "Kei bangun Kita udah sampai," ucap Keylo menggoyangkan pundak adiknya.    "Hmmm...." Hanya deheman yang di dapat Keylo.    "Bangun, dek istirahat di kamar Aja."     "Ck ... Kakak berisik banget sih! Ganggu orang tidur Aja!" Keira terpaksa bangun dari rasa ngantuknya dan turun dari mobil. Dia melihat ke arah rumahnya yang Masih tercium aroma melati. Padahal sudah beberapa Hari yang lalu kematian Ibunya.      Dia masuk ke dalam rumah, kondisi di dalam Masih sama seperti sebelumnya. Biasanya saat dia masuk sang mama pasti sudah duduk di atas pianonya sambil memainkannya dan berbicara sendiri entah dengan siapa. Dia jarang dekat dengan Mamanya atau bahkan hampir tidak pernah.     "Kenapa enggak langsung masuk katanya ngantuk," ucap Keylo sambil membawa tas adiknya.    "Enggak papa." Keira segera berjalan masuk menuju ke kamarnya diikuti sang Kakak yang membawakan tas perlengkapan Keira.     "Yaudah kamu istirahat dulu, Kakak mau lihat papa dulu."    "Masih Aja diurusin padahal udah nelantarin Kita."    "Enggak boleh ngomong gitu, dek. Gitu juga dia papa Kita. Kita udah kehilangan Mama jangan sampai Kita kehilangan papa juga."    "Menurut aku, aku udah kehilangan semuanya dari aku kecil, kak. Wajar aku benci mereka!"    "Keira kamu enggak boleh ngomong gitu. Itu juga 'kan Papa Mama Kita. Tanpa mereka Kita enggak ada di sini, Dek."    "Lebih baik enggak ada kak sekalian dari pada ada tapi enggak berguna jadi orang tua. Cuma sibuk ngurus bisnis. Terus mama? Sibuk sama dunia hayalannya yang ngomong sendiri. Miris banget aku jadi anak."    "Kamu mending istirahat dulu, tenangin pikiran kamu. Percuma kamu ngomong kalau kamu emosi. Kakak turun dulu." Keira hanya memutar bola matanya malas. Dia enggan menjawab ucapan sang Kakak. Biarin Aja dia turun malas Keira meresponnya.     Keira duduk di meja riasnya. Matanya sudah berbeda kini dia melihat menggunakan mata mendiang Mamanya. Walaupun begitu dia tetap terlihat cantik dan menawan.     Dia memoleskan sedikit cream agar mukanya tidak terlalu pucat dan memoleskan lipbalm di bibirnya. Tiba-tiba saat dia sedang memoleskan lipbalmnya dia melihat pantulan aneh di cerminnya membuat Keira terperanjat. Keira mundur dari duduknya tapi bayangan aneh Itu seakan keluar dari cermin dia mundur terus. Keira ingin berteriak tapi lidahnya kelu untuk membuka mulutnya. Dia menggelengkan kepalanya saat tubuhnya sudah berada di ujung tembok.     "ARGHHHHHHHHH....." Keira teriak dengan kencang membuat Keylo yang dibawah langsung berlari ke atas melihat keadaan sang adik. Papanya pun meminta pembantunya untuk membawa dia ke kamar anaknya.     Keira terduduk merengkuk di ujung tembok sambil menjabak rambutnya. Bayangan tadi cukup mengerikan seumur-umur Keira belum pernah melihat apa Itu tadi.    "Keira kamu kenapa?!!!!" tanya Keylo yang datang tiba-tiba. Keylo mendekat ke arah adiknya yang terlihat sangat ketakutan sekarang. Keylo memeluk adiknya menenangkannya.     "Kak Keira takut kak Keira takut!!!!"     "Keira kamu kenapa, Nak?" tanya Papanya mendekat ke arah mereka berdua.     "Kei kamu enggak papa 'kan? Kamu kenapa Kei."    "Keira takut.... Keira takut...." Keira hanya mengulang ucapannya berkali-kali bahwa dia takut.    "Bi tolong ambilkan minum untuk Keira ya, supaya dia lebih tenang," ucap Papanya menyuruh pembantunya mengambilkan minum.    "Baik, Pak." Pembantunya kemudian segera turun dan mengambil minum untuk majikannya.     Keylo terpaksa menggendong Keyla yang ketakutan dengan badan yang bergetar. Dia tidak tahu ada apa dengan adiknya.    "Kamu kenapa, Kei?" tanya Keylo saat adiknya sudah sedikit tenang. Beberapa saat kemudian pembantunya datang sambil membawa segelas air minum.    "Ini den, minumnya." Pembantunya menyodorkan gelas tersebut ke Keylo.    "Makasih, bi."    "Sama-sama, den Saya pamit dulu." Pembantunya kemudian pamit meninggalkan mereka.    "Minum dulu, dek." Keira menurut untuk minum air yang disodorkan sang Kakak.    "Udah lebih baik?" tanya Keylo.   "Heem."    "Kamu kenapa teriak-teriak kayak tadi?" tanya Keylo lagi. Papanya hanya bisa diam melihat keduanya tanpa bisa berbuat apa-apa.    "Aku tadi lihat bayangan serem keluar dari cermin, Kak. Tadi dia ke luar dari cermin Itu buat aku takut, Kak." Keira menunjuk ke arah meja riasnya.    "Kami ini kecapekaan, Kei. Kamu perlu istirahat dari tadi kamu menghayal aja," jawab sang Kakak yang lagi-lagi tidak mempercayainya. ......  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN