Malam Panas

418 Kata
Aku tak tahu apa maksud dari semua pertemuan yang sangat kebetulan ini, kenapa aku bahkan tidak bisa menolak setiap sentuhan pria yang bahkan baru pertama kalinya aku temui setelah sebulan kedatangannya di asrama kami sebagai komandan suamiku. Pria tampan dengan sejuta pesona, yang saat ini sedang menikmati setiap inch lekuk tubuhku dengan penuh gairah. "Ahh! Syafiraa...aku sungguh tidak kuat..." desisnya dengan atraksi liarnya di atasku. Semua gerakan semakin liar semua terpacu semakin bersemangat, dia yang awalnya di atas, berpindah posisi, dia yang tadi menggigil tak bertenaga, kini bak pemacu kuda yang perkasa dengan keahliannya. Dan kami sudah mencapai puncak berkali-kali. "Ahhh! Firaaa,...aku sampaiii...." Jeritnya untuk kesekian kalinya dan menancapkakn miliknya makin dalam, dia menciumi wajahku dengan penuh kehangatan. Seolah aku adalah miliknya, dan aku adalah wanita yang belum menikah. "Makasih, Firaa...untuk semuanya. Aku sudah bisa kembali bernafas ringan, tapi aku lelah..." bisiknya memelukku dan mengecup pipiku lembut. "Pak, maaf atas kelancangan saya..." ucapku menundukkan kepala. "Saya yang minta maaf sudah menodai kamu. Tapi, jujur saya memang tiadk bisa menahan diri sejak lihat kamu tadi..." ucapnya berbisik. "Aku pasti akan bertanggung jawab atas semua ini..." ucapnya membuatku menelan ludah. Dia kembali mencium bibirku. "Bibirmu benar-benar membuatku candu, Fira..." bisiknya dan kembali dia menciumi leherku dan kembali dia beraksi, dia benar-benar tidak pernah puas dengan apa yang sudah dia gapai saat ini. "Ahhh! Firaa...aku benar-benar mabuk kepayang olehmu..." ucapnya lagi sambil menghembuskan nafas kasar. "Ahh! Shiit! Tapi, kenapa aku merasa kamu masih sempit banget ya? Kayak masih perawan" bisiknya setelah dia kembali terkulai lemas di sampingku. Aku yang sudah kewalahan dibuatnya benar-benar lelah. "Firr...kamu-kamu?" Dia menjeda kailmatnya dan bertanya dalam kegelapan malam. "Iya, Pak. Saya belum pernah melakukannya secara sempurna dengan mas Reza..." akhirnya aku mengaku. "Trus, selama ini?" Tanyanya heran. "Ehm...Mas Reza tiba-tiba mati di tengah jalan, Pak. Setelah sedikit masuk..." Dia menatapku tak percaya. "Trus, kamu diam saja, tidak protes?" Suaranya meninggi seolah dia yang kecewa atas pernikahanku. Aku hanya diam sampai dia merasa kembali terpancing. "Sudah berapa lama kamu menikah?" "Jalan dua tahun, Pak..." sahutku tertunduk. "Apaa?! Selama dua tahun kamu tidak tidur dengannya? Atau dia memiliki kelainan?" Tanyanya penasaran, dengan tegas aku menggeleng. "Tidak, Pak..." "Darimana kamu tahu enggak? Sedangkan dua tahun sanggup dia tidak tidur dengan kamu...aku yakin dia Gay!" Tegasnya percaya diri, dan aku menggeleng tegas. "Tidak, Pak." "Kenapa kamu begitu yakin?" Tatapnya di tengah gelapnya malam dan hanya lampu senter dari ponsel mahal milik komandan suamiku. "Dia punya wanita lain, Pak..." balasku setengah berbisik, seolah lidahku kelu untuk mengatakan pada pria itu. "Apaaa?!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN