bc

Paint Our Love Story

book_age18+
1.3K
IKUTI
6.9K
BACA
possessive
dominant
CEO
bxb
icy
first love
lonely
Writing Academy
waitress
naive
like
intro-logo
Uraian

[WARNING: MENGANDUNG KONTEN l***q] Sosok pria tampan dan dingin begitu menginginkan Yuri, si pemuda manis dan polos. Akankah ia berhasil mendapatkannya?

Yuri Aomori Nogami, merupakan sosok pemuda manis yang memiliki kehidupan kelam. Sejak ia kecil hingga dewasa, Yuri selalu tertatih-tatih hanya untuk dapat melewati lika-liku kehidupan yang terlampau kejam menghujam. Seluruh keluarganya sudah terbunuh habis akibat suatu persitiwa, hal itu berimbas pada dirinya yang kini hanya hidup sebatang kara.

Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan seseorang pria tampan, dan orang itu bernama Sean.

Semenjak bertemu dengan Sean, hidup Yuri kembali berwarna. Pemuda manis itu lebih sering tersenyum dan tertawa pada saat dirinya bersama dengan Sean. Bagi Yuri, Sean adalah Onii-chan nya yang berarti kakak laki-laki untuknya. Namun, Sean nampak tidak menyukai hal itu. Entahlah, Sean yang notabenenya sebagai pria dingin dan memiliki hati yang kaku, menginginkan jika Yuri menganggap keberadaannya melebihi dari seorang kakak.

Hingga suatu ketika, tadir terus bergulir dengan semestinya, menyampaikan kemelut rasa yang terbalut dalam asa. Akankah hidup Yuri kembali berwarna setelah mengetahui bahwa Sean sangat mencintainya?

IG: Chelsealiaa_

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog.
Sesosok lelaki manis dengan baju lusuh itu kini tengah berada di pojok taman yang sepi, sembari mengayunkan tangan guna melukiskan pensil yang berada di genggamannya, pada sebuah sketchbook. Ia, sesekali juga menatap langit cantik yang tampak membiru lembut.   Bibir mungilnya, bersenandung lucu dengan tempo yang berirama sesuai gerak tangannya. Poninya yang panjang, tertiup oleh hembusan angin yang menyejukkan. Siapakah dia? Lelaki manis itu bernama Yuri Aomori Nogami.   “Ah?!” kagetnya sambil terus menatap langit yang entah mengapa berubah menjadi kelabu, pertanda bahwa hujan akan segera turun.   “Aku harus segera kembali. Jika tidak, maka sketchbook milikku akan basah nantinya,” gumam Yuri lalu bergegas bangkit dari duduknya dan segera melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah yang tampak kecil dan rentan.   Brukk ...!!!   Tubuh mungil itu tersentak mundur saat tertabrak oleh seseorang yang lebih tinggi darinya. Yuri tidak fokus, karena sketchbook satu-satunya jatuh tepat di atas genangan air yang membuat lembar demi lembar pun basah karenanya. Dengan hati-hati, Yuri pun berusaha menyelamatkan sketchbook nya itu untuk ia keringkan ketika di rumah nanti.   “Maaf,” ujar si penabrak pada Yuri yang sontak membuat lelaki manis itu mendongak menatap sosok tersebut yang tengah menatapnya dengan wajah dingin dan tatapan tak berminat. Yuri, hanya tersenyum membalasnya. Ia mengerti, karena setiap orang yang menatapnya, selalu memiliki pandangan itu.   “Tidak apa-apa kak. Permisi, maaf menyita waktunya,” balas Yuri dengan ramahnya lalu dengan sopan pergi dari hadapan pria tersebut.   ***   Saat ini, Yuri sudah berada di rumah kecilnya. Ia kini tengah sibuk berusaha mengeringkan sketchbook nya yang benar-benar lusuh karena terendam dalam genangan air tadi. Sesekali, ia juga membantu meniup berharap agar sketchbook itu dapat kering dan pada akhirnya layak untuk ia gunakan seperti biasa.   “Ah, sudah jam segini, aku harus segera berangkat bekerja,” gumam Yuri kaget ketika melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam.   Bekerja? Ya, tentu saja. Siapa yang akan memberikan uang untuk makan dan memenuhi kebutuhan hidup selain dirinya sendiri? Yuri, adalah anak yatim-piatu. Ibu dan ayahnya, terbunuh oleh para pembunuh yang memang sedang mengejar keluarga mereka.   Kalian sadar? Yuri, merupakan nama Jepang yang berarti lelaki manis itu memang lahir di Negeri Sakura. Lalu, bagaimana Yuri bisa pindah dari negaranya sampai ke sini? Jawabannya adalah, Yuri sempat di rawat oleh sang nenek di negara ini. Mungkin lebih tepatnya, di rumah yang Yuri tempati kini.   Jika ada yang bertanya kemana nenek Yuri saat ini? Jawabannya, beliau tewas oleh pembunuh bayaran yang saat itu juga membunuh kedua orang tua Yuri.   Kala itu ...   Flashback On.   “Yuri pulang! Nenek? Nenek di mana? Lihat! Yuri mendapatkan nilai A di ulangan matematika Yuri.” Kaki mungil itu melangkah dengan riangnya menuju kamar sang nenek. Yuri, yang berumur 9 tahun itu baru saja mendapatkan nilai A di mata pelajaran yang teramat sulit baginya. Saat ini, Yuri baru saja menduduki kelas 3 SD.   “Nenek?” panggil Yuri saat langkahnya sudah dekat dengan ruangan tersebut.   “Nenek kenapa tidak—”   Brakk ...!!!   Tas yang semula berada di dalam genggamannya pun tiba-tiba saja terlepas ketika melihat sosok yang terbujur kaku dengan darah yang berceceran memenuhi lantai kamar sang nenek.   “Nenek!” pekik Yuri dengan matanya yang terbelalak dan langsung melangkahkan kaki tremornya mendekat ke arah mayat tersebut.   “N-nenek?” panggilnya dengan suara bergetar menahan tangis yang sebentar lagi akan meledak.   Brukk ...!!!   Yuri bersimpuh di hadapan mayat sang nenek yang terbilang sangat mengenaskan. Wajahnya, sudah tak nampak akibat tusukan dan sayatan di mata, pipi dan dahi mayat tersebut. Yuri meringis saat menyadari bahwa tak hanya kedua mata sang nenek saja yang tertusuk, namun kedua sudut bibir sang nenek pun tampak robek hingga batas telinga. Beralih dari wajah, bagian tubuh lain dari neneknya pun juga terkoyak habis sehingga meninggalkan darah yang sangat berlimpah.   “N-nenek,” ucapnya lirih sambil menyentuh wajah sang nenek dengan tangan dan tubuhnya yang gemetar hebat.   “Nenek!!” tangis Yuri pecah seketika. Kepalanya terasa pening dan berdenyut secara bersamaan.   “Nenek!! Jangan tinggalkan Yuri nenek!! Yuri tidak ingin sendiri!! Nenek jangan tinggalkan Yuri... Yuri mohon... nenek... Hikss... nenek!! Yuri sedih, Yuri sangat sedih nenek!! Yuri tidak punya siapa-siapa lagi, nenek jangan tinggalkan Yuri di sini sendiri... Yuri takut,” lirih Yuri menangis tersedu-sedu di hadapan mayat sang nenek. Ia tak peduli lagi, bahkan bajunya kini sudah berlumuran darah sang nenek yang sangat ia sayangi.   Entah, namun kepala Yuri benar-benar terasa pening. Pandangannya pun perlahan memudar, hingga pada akhirnya menggelap. Yuri, terbaring tak sadarkan diri tepat di samping mayat sang nenek.   Flashback Off.   Saat ini, Yuri sudah berada di restoran tempat ia bekerja. Yuri memang sengaja mengambil shift malam. Karena pagi, siang, dan sore ia harus bekerja di tempat lain. Ya, Yuri memang mengambil 4 pekerjaan sekaligus.   Ketika pagi, dia akan bekerja sebagai guru melukis di sebuah taman kanak-kanak. Kebetulan, ia diterima di sana karena sang pemilik merasa kasihan pada lelaki manis itu. Di samping itu, sang pemilik juga kagum melihat bakat Yuri yang memang berada di seni lukis. Maka dari itu, ia pun menerima Yuri untuk mengajarkan para muridnya untuk melukis meskipun dengan pakaian yang sedikit lusuh itu.   Ketika siang, Yuri akan berkerja menjadi pelayan cafe dekat rumahnya. Dan ketika sore, barulah ia bekerja sebagai kuli cuci piring di sebuah rumah makan yang terbilang cukup besar.   Balik pada Yuri, saat ini ia tengah sibuk mencatat pesanan pelanggan restoran yang tengah mengadakan acara makan malam bersama. Tentu, pesanan tersebut banyak yang membuatnya sedikit kewalahan.   “..., Dan French fries,” Ujar pelanggan tersebut setelah menyebutkan pesanannya tadi pada Yuri.   “Baik, terima kasih, pesanan sudah saya catat. Mohon ditunggu tuan-tuan dan nyonya-nyonya,”  balas Yuri dengan sangat ramah pada mereka semua. Lalu dengan sopan, ia pun segera pergi menjauh menuju belakang untuk memberitahukan pesanan.   Namun saat ia akan masuk ke dalam sana, Tiba-tiba saja seseorang memanggilnya dengan lantang. Sadar bahwa dirinyalah yang dipanggil, Yuri pun sontak menoleh dengan senyum manis yang ia tampilkan.   “Ada apa nona? Atau ingin pesan apa?” tanya Yuri setelah menghampiri meja pelanggan yang memanggilnya tadi.   “Aku ingin carbonara with spicy sauce dan vodka,” jawab wanita tersebut memesan apa yang ingin ia pesan.   “Apa ada lagi yang ingin dipesan?” tanya Yuri lagi pada wanita itu dengan senyum yang tak henti ia pancarkan.   “Oh, sayang ... kamu mau pesan apa?” tanya wanita itu pada sosok lain yang membuat pandangan Yuri pun teralih pada sosok itu.   Deg!   Ah, bukankah dia adalah orang yang aku tabrak tadi?— Tanya Yuri dalam hati.   “Tidak,” jawab pria tersebut dengan nada dinginnya.   “Serius sayang, hanya aku sendiri yang makan? Kamu makan ya ... agar tetap sehat. Kalau sakit siapa yang khawatir coba?” tanya wanita itu membujuk pria yang tak lain tak bukan merupakan kekasihnya.   “Tidak,” jawab kekasihnya lagi dengan penekanan yang membuat sang wanita pun mengerti.   “I-iya baiklah kalau begitu,” balas wanita itu yang tak berani untuk membujuk lagi.   “Nah pelayan, pacar saya tidak ingin makan malam. Sudah sana pergi,” ujar wanita itu pada Yuri. Tunggu, kenapa wanita itu malah mengusir Yuri seperti itu?   “Baiklah nona, kalau begitu saya permisi,” balas Yuri dengan ramah lalu pergi ke belakang untuk menyerahkan semua pesanan pada orang belakang yang bertugas khusus untuk memasak. ~~Bersambung~~

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
61.3K
bc

Mrs. Rivera

read
47.1K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
51.4K
bc

Dependencia

read
194.0K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
952.3K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
78.0K
bc

Hubungan Terlarang

read
506.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook