3

1037 Kata
Aku bangun menatap Bima yang tidur dengan nyenyak berpikir bagaimana bisa aku terjebak bersamanya dan berpikir untuk menggoda dirinya pada saat itu, melihat jam yang sudah mendekati waktu untuk aktivitas dengan segera aku beranjak ke kamar mandi membersihkan diri setelahnya ke arah dapur yang masih kacau atas apa yang kami perbuat dan aku langsung membersihkan kekacauan semalam. Setelah sedikit lebih bersih dimana pada dasarnya aku tidak terlalu bisa bersih-bersih aku langsung membuatkan sarapan untuk Bima karena sudah mendekati waktunya berangkat kerja, ponsel Bima berbunyi aku melihat sekilas dimana terdapat nama istrinya namun aku biarkan saja karena memang aku tidak ingin ikut campur tapi ada satu hal yang membuatku selalu menatap aneh pada istri Bima ini dalam mereka berdua berhubungan. Cemburu? entahlah karena aku tidak berhak dan aku tidak tahu hubungan kita ini bagaimana. Bima mendekatiku mencium bibirku lembut, aku memberi kode jika ponselnya berbunyi. Bima menjauh dariku dan aku tidak peduli dengan pembicaraan mereka, aku menyibukkan diri membuat sarapan untuk kami berdua. Mengenal Bima lama aku sudah tahu kebiasaannya sehari-hari dan apa yang disukai atau tidak disukai jadi tidak susah untukku menyiapkan makanan. "Kamu yang membersihkan?" bisik Bima sambil menjilat telingaku setelah selesai dengan istrinya. "Siapa lagi" jawabku asal dengan nada menyindir "sudah sama tante?." "Kenapa cemburu?" aku dapat merasakan tangan Bima berada di p******a sambil meremasnya lembut. "Aku gak berhak cemburu" jawabku "akhhh" desahku ketika remasan Bima semakin keras. "Aku suka jika kamu cemburu" bisik Bima "seksi" dengan tangannya masih meremas payudaraku. "Akhhhhh ssstttt" desahku ketika merasakan jari Bima masuk ke v****a. "Sudah basah, sayang" bisik Bima menjilat leher dan bahuku "kamu selalu membuatku ketagihan bahkan aku sudah lupa rasanya v****a dia." "Akhhhh" desahku ketika gerakan jari Bima semakin cepat "akhhh apa yang kamu lakukan akhhhh" ketika merasakan daging di v****a dicubit keras namun yang dilakukan Bima mencium pipiku lembut. Bima menarik jarinya lalu menjilatnya depan mataku sedangkan aku menatap Bima dengan kesal karena aku belum o*****e. Bima menarik daguku dan mencium bibirku lembut memainkan lidah kami membuatku mengalungkan tangan di lehernya. Bima menatapku lembut "semenjak mendapatkan kepuasan darimu aku bahkan tidak menyentuh dia" aku melotot "ada rahasia yang gak akan aku ceritakan cukup berada di sisiku apapun itu dan puaskan aku." Bima menggendongku sebelum aku menjawab pertanyaannya, diletakkan diriku diatas meja dengan cepat langsung memasukkan penisnya yang telah tegang kedalam vaginaku. "Akhhhh" desahku ketika kepala p***s yang masuk "akhhhh" Bima mencium bibirku lembut dan dalam hentakan selanjutnya p***s Bima masuk semua ke v****a "akhhhhhh om" Bima semakin cepat menggerakkan penisnya diimbangi dengan gerakan tangannya meremas kedua payudaraku, kadang Bima menyusu di payudaraku dengan kencang tanpa ampun sedangkan kakiku sendiri semakin lebar dan menggantung di sisi meja. Bima menarikku mendekat tanpa mengurangi tempo gerakan penisnya seakan paham aku menerima ciuman darinya, ciumannya turun ke leher memberikan tanda disana "Akhhhh om akhhhh" desahku sambil meremas kepala Bima "aku mau keluar" Bima semakin cepat "akhhh" cairanku akhirnya keluar dengan segera Bima menghentikan gerakan merasakan kedutan dari vagina Aku mengambil nafas ketika Bima menghentikan gerakan, Bima melingkarkan kaki di pinggang mencium bibirku lembut dan dalam satu gerakan Bima melepaskan penisnya "Menunduklah" perintah Bima Dengan segera aku menunduk berpegangan pada pinggiran meja dari belakang dapat kurasakan p***s Bima masuk ke v****a, digerakkan penisnya perlahan dengan tangannya membelai punggungku. Bima mengangkat kakiku untuk menginjak kakinya dengan tangannya melingkar di kaki "Lepaskan tanganmu dan letakkan dilantai" perintah Bima yang segera aku lakukan "jalan" Aku berjalan perlahan dengan posisi menunduk dan p***s berada di v****a, tangan Bima masih melingkar di kaki untuk membuatku seimbang melakukannya sedangkan tangan yang lain membelai punggungku. "Akhhhh" desahku ketika merasakan gesekan di v****a. Jalanku yang pelan membuat gesekan p***s di v****a membuatku gatal, Bima mengarahkan langkah kami di sofa. Aku berpegangan pada pinggiran sofa tidak lama aku merasakan gerakan p***s Bima semakin cepat "Rasakan ini jalang" ucap Bima yang semakin cepat menggerakkan penisnya "akhhh v****a kamu memang terbaik jalang" "Akhhhh" desahku merasakan gerakan Bima Aku meremas payudaraku sendiri ketika gerakan p***s semakin cepat, aku merasa tidak kuat dengan serangan yang dilakukan Bima "Aku mau keluar" teriakku yang membuat gerakkan p***s Bima semakin cepat "akhhhh" tidak lama cairan o*****e keluar Aku langsung jatuh ke sofa dengan tangan Bima masih memegang diriku, Bima mendiamkan penisnya di dalam. Aku menatap Bima dengan langsung menciumku lembut "Lelah?" tanya Bima Aku menggelengkan kepala "om belum keluar" Bima menciumku kembali Bima menarik penisnya keluar dan duduk di sofa aku segera paham apa yang diinginkan dengan segera aku memposisikan v****a depan p***s Bima secara perlahan aku memasukkannya hingga tidak lama p***s Bima masuk dengan mudah karena cairan yang berada di v****a, aku diamkan sebentar dan menatap wajah Bima dengan segera Bima mencium bibirku lembut dengan tangannya meremas kedua payudaraku Aku yang merasakan rangsangan ini segera menggerakkan pinggulku memberikan sensasi yang berbeda dimana aku merasakan p***s Bima ikut berputar di dalam v****a, mulut Bima berada di payudaraku dijilatinnya p****l dan mengulumnya. Gerakanku semakin cepat memutar dan menaik turunkan v****a dapat kurasakan Bima tidak tahan dari remasan di payudaraku "Dasar jalang kecil akhhhhh" desah Bima "oughhh v****a kamu ahhhh" Aku semakin mempercepat gerakan v****a mendengar desahan Bima, Bima semakin keras meremas payudaraku "Oughhhh" erang Bima diikuti gerakan di penisnya "ougghh selalu gak mengecewakan vaginamu ahhhh" Aku mencium bibir Bima yang langsung disambutnya, gerakan di m***k tidak berhenti dan semakin cepat. Suara kecupan kami terdengar di penjuru ruangan diikuti suara penyatuan kelamin kami berdua "Oughhhhh om" desahku "Luar biasa kamu jalang akhhhhh" erang Bima "aku mau keluar" ucap Bima "Bersama om" ucapku yang semakin mempercepat tempo kami berdua "akhhhhh" "Akhhhhhh" Kami keluar bersamaan seketika aku jatuh di d**a Bima yang dibalas dengan pelukan erat dari Bima, Bima mencium rambutku dan membelai punggungku "Luar biasa kamu" ucap Bima ketika aku menatap wajahnya lalu menghadiahiku dengan ciuman "malam ini aku akan dirumah tidak bisa kemari jadi pulanglah" "Apa tante mencari, om?" Bima mengangguk "aku tidak mau dia curiga" Aku memasukkan diri dalam pelukan Bima, apakah aku cemburu? aku tidak tahu perasaan apa ini. Bima hanya mendekatiku ketika membutuhkan pemuas akan kebutuhan seks yang tidak di dapat dari istri. Istri Bima hanya mau melakukan satu gaya yaitu dia berada di bawah dan Bima diatas, sedangkan denganku Bima bisa mewujudkan semua fantasinya dan aku dengan senang hati mengikuti "Pak Wijaya katanya akan ke Bali?" aku mengangguk "Tania benar-benar hamil?" aku mengangguk lagi "Bagaimana jika aku hamil anakmu?" tanyaku tiba-tiba "Aku akan menikahimu" jawab Bima santai "menjadi istri kedua" lanjutnya "Gak akan menceraikan tante?" Bima menggelengkan kepala "aku gak akan menceraikan dia kecuali Billy yang meminta" sambil mengedipkan mata “atau mungkin akan aku ceraikan jika dia tidak menyetujui hubungan kita.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN