2

1066 Kata
Sesuai janjiku pada Bima dimana kami bertemu di apartemen tempat kami berdua menghabiskan waktu, apartemen ini berbeda dengan yang papa miliki dan kadang tinggal disana bersama Tania. Lokasinya jauh dari apartemen papa, gak mungkin juga Bima membeli apartemen yang berdekatan. Melihat jamnya aku yakin jika Bima masih berada di kantor, aku sudah membeli beberapa makanan kesukaan Bima yaitu sate kambing yang sudah menjadi langganan dan akan membuat stamina tahan lama ini bukan berarti loyo tapi aku suka dia memainkan vaginaku.. Segera aku menata makanan di piring dan meletakkannya di meja makan sebelum Bima datang, setelahnya aku membersihkan diri dan menggunakan lingerie untuk menyambut kedatangan Bima. Aku duduk di sofa sambil memainkan ponsel, ketika melihat jam pasti sebentar lagi Bima akan datang membuat hatiku tidak sabar atas hukuman apa yang akan dilakukan padaku nanti. Beberapa jam sebelumnya aku mengirim foto menggunakan pakaian seksi ini dan balasan dari Bima adalah foto penisnya yang sudah tegang, aku jadi merindukan penisnya dalam v****a walaupun tadi sudah merasakan dalam mulut. Awal mula aku bisa bersama Bima adalah dengan menggoda Bima ya aku tertarik dengan Bima di awal papa meletakkan bersama Devan, kesempatan semakin besar ketika Bima menjadi tangan kanan papa menggantikan seketaris papa yang sudah tua berarti secara otomatis Bima sering datang ke rumah membicarakan apapun. Awal mulanya Bima selalu menolakku dengan alasan mencintai istrinya tapi terlalu lama bersama dengan godaan yang selalu aku berikan akhirnya jatuh dalam pelukan, aku tidak mempermasalahkan menjadi jalang kecil untuknya. Setidaknya jalang ini yang bisa memuaskan Bima dalam keadaan apapun dibandingkan istri sahnya yang tidak bisa memuaskannya, jika istri bisa memuaskan pasangan maka sang pasangan tidak akan tergoda. "Wow sudah siap saja" ucap Bima seketika membuyarkan lamunanku seketika aku tersenyum saat menatapnya berjalan kearahku "aku mandi dulu" mencium bibirku lembut. Bima memang lembut jika hanya sekedar berciuman tapi tidak jika berkaitan dengan seks ketika berada di ranjang dimana Bima akan menjadi sosok yang berbeda dan aku menyukainya semua sikap kasarnya di ranjang. Aku menunggu dengan tidak sabar di sofa sambil bermain ponsel kembali dengan membaca beberapa berita tidak penting. "Sudah makan?" tanya Bima dari meja makan namun aku menggeleng "makanlah setelah itu puaskan aku" menarik kursi di sebelahnya. Aku mengangguk dan berjalan ke arah Bima, aku membuka pakaian semuanya lalu naik ke meja bukan kursi yang ditarik tadi Bima menatapku tanpa berkedip lalu meletakkan makanannya di kursi. Diturunkan beberapa makanan ke kursi yang dilakukan Bima setelahnya meletakkan daging sate yang sudah dilepaskan dari tusuk di atas badanku yang telah berbaring di meja makan, bumbunya diletakkan di atas perut sedangkan nasi dibawah perut mendekati v****a. Bima memandang hasil karyanya dengan segera memotret diriku dengan makanan di atas badanku. Bima mencium bibirku lembut namun menuntut dengan memainkan lidah dan bertukar air liur, ciuman Bima turun kebawah disekitar leherku dijlatinnya leherku. Ketika sampai di payudaraku diambilnya daging sambil mengulum pentilku lalu menjilat perutku yang terdapat bumbu sate. "Akhhh" erangku atas apa yang Bima perbuat. Perbuatan Bima dilakukan sampai makanan tersebut habis dan sudah berapa kali aku mengalami o*****e, setelahnya Bima menyuapkan makanan kepadaku dan setelah aku kenyang Bima menggendongku menuju kamar mandi dan dinyalakan shower. Bima membersihkan tubuhku dari hasil perbuatannya, setelah bersih dan kering Bima meletakkan di ranjang dengan segera membuka pakaian yang digunakannya. Aku melihat p***s Bima yang sudah berdiri sempurna berada di bibir v****a sambil menggerakkannya, Bima menatapku dengan nafsu membuatku semakin tidak sabar p***s itu masuk ke v****a. Aku menggigit bibir bawahku agar Bima semakin tergoda dan nafsu melihatnya tapi Bima hanya diam tidak melakukan apa-apa. "Cepat masukin" pintaku dengan memohon karena Bima hanya diam. Bima tersenyum "memohon yang benar jalang kecil." "Om masukkan penismu ke vaginaku" ucapku dengan tatapan memohon "ahhh" desahku ketika Bima memasukkan kepala penisnya dengan kasar. "Bagaimana rasanya jalang?" tanya Bima dengan membiarkan kepala penisnya berhenti di v****a. "Masukkan semua penismu, om" pintaku dengan tatapan sayu "akhhhh" Bima mendorong penisnya semakin masuk lebih dalam. "Vaginamu memang terbaik gak sia-sia aku membohongi istri" ucap Bima “dan kamu selalu memuaskan kapan dan dimanapun” di dorong kembali penisnya masuk kedalam v****a. Aku merasakan vaginaku penuh dengan p***s Bima dan p***s ini rasanya menyentuh rahim. Aku mulai mendesah ketika Bima menggerakkan pinggulnya dengan sangat lembut, aku menatap Bima yang juga menatapku dan aku tidak tahu arti tatapan ini. Bima mencium bibirku dengan lembut sambil kami menggerakkan tubuh bagian bawah kami, Bima menatapku setelah melepaskan ciuman dimana tatapan yanh sama seperti sebelumnya "Akhhhh" desahku ketika merasakan gerakan p***s Bima semakin cepat "oughhh cepat, om" "s**t v****a kamu enak jalang" erangnya sambil meremas kedua payudaraku "oughhhh kamu selalu memuaskan" "Akhhhhhh lebih cepat, om" desahku rasanya aku ingin keluar "akhhhhh aku keluar, om" dan tidak lama o*****e keluar Bima memelankan gerakan penisnya lalu menatapku yang mencapai o*****e pertama kali di ranjang ini, o*****e ketiga dengan permainan di meja makan. Kedutan di dinding v****a yang sudah berkurang menandakan cairan telah keluar. Bima merubah posisi kami dimana aku berada diatas, aku menatap Bima dimana memberikan isyarat bahwa aku harus bergerak Perlahan aku menggerakkan pinggul naik turun secara perlahan, memberikan gerakan memutar. Dapat kulihat Bima merasakan kenikmatan atas apa yang aku lakukan, melihat ekspresi Bima membuatku bersemangat kembali. Gerakanku semakin cepat membuat Bima semakin keras meremas kedua payudaraku "Akhhhh" desah kami bersamaan "s**t penisku seperti di tarik kedalam akhhhh" desah Bima "vaginamu luar biasa jalang" "Akhhhh nikmatilah om" desahku "nikmati v****a ini yang gak kamu dapat dari istrimu akhhhhhh" membuat gerakanku semakin cepat "ouww" teriakku ketika Bima memukul pantatku "Kurang ajar mulutmu jalang" ucap Bima dengan marah menarik diriku untuk mencium bibirku "sayangnya ucapanmu benar akhhhhh lebih cepat" Aku mengikuti permintaan Bima dengan mempercepat gerakan membuat p***s Bima semakin tidak tahan, hal ini terlihat dari wajah Bima yang aku yakini sebentar lagi akan mengeluarkan spermanya "Oughhhhh cepat, Via" desah Bima yang semakin erat meremas payudaraku "oughhh Via aku mau keluar" sambil menutup mata Aku semakin mempercepat gerakan pinggul, remasan di kedua payudaraku semakin kencang "Sama-sama sayang" ucapku "Akhhhhh" teriak kita bersamaan ketika merasakan cairan kami keluar Aku menjatuhkan diri dalam pelukan Bima, Bima semakin erat memelukku sambil membelai rambutku. Aku menatap wajah Bima yang tampak puas dengan apa yang terjadi tadi "Kamu luar biasa" ucap Bima membelai wajahku "Apa yang tidak buatmu, om" ucapku dengan nada menggoda membuat Bima tersenyum "tadi aku lihat Billy di kantor" Bima mengangguk "tadi aku jemput bawa kantor" aku mengangguk "Billy tadi mencarimu" Bima mengangguk dengan yakin "kamu berhasil memikat anakku juga" mencium hidungku sekilas Pembicaraan ringan ini mengiringi malam kami, hal yang selalu kami lakukan setelah mendapatkan kepuasan satu dengan yang lain. Tidak lama kami tidur dengan posisi saling berpelukan, cinta? kita tidak tahu apa yang terjadi saat ini atau nanti kedepannya karena aku ingin menjalani ini secara normal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN