| 09
Menikmati senja bersama secangkir chocolatos hangat sebagai penambah mood bagi Lala. Ditambah dengan camilan kue sus kering yang berisikan coklat buatannya sendiri menjadi pelengkap hidangan. Suara burung gereja dan semilir angin menambah keindahan nuansa senja kala itu. Kepergian Susi selama dua hari sangat berati bagi Lala, hal tersebut menjadikan hatinya terasa tenang tanpa adanya omelan dan siksaan.
“Andai setiap hari seperti ini, hidup aku akan tenang dan damai sejahtera.” ucap Lala sebelum menyeruput chocolatos hangat. “Oiya pintu rumah belum aku kunci. Kok aku bisa teledor gini sih.” Batin Lala. Kemudian ia bergegas turun dari kamar dan segera mengunci pintu rumahnya. Usai mengunci pintu, ia melihat sekeliling rumah sembari melihat foto almarhum kedua orang tuanya yang menempel di dinding. “Pah, Mah, Lala rindu kalian berdua. Lala ingin merasakan kehangatan dan kasing sayang kalian. Lala juga ingin bermain bersama kalian, bercanda gurau bersama seperti layaknya keluarga yang utuh. Kenapa kalian berdua meninggalkan Lala saat Lala baru terlahir di dunia ini. Apa salah Lala, Pah, Mah? apakah anak perempuanmu ini terlahir sebagai pembawa malapetaka sehingga kalian berdua harus pergi meninggalkan Lala di hari yang sama dan hanya selisih beberapa menit.” Lala menangis sambil mengusap lembut foto almarhum kedua orang tuanya.
“Tapi anak perempuan Papah dan Mamah kuat kok, Lala menerima asuhan tante Susi meskipun hanya rasa sakit yang Lala rasakan dari kecil hingga saat ini. Doakan Lala sukses dan bisa hidup mandiri ya, Pah.” Lala menghapus air matanya dan segera melanjutkan menaiki tangga menuju kamarnya.
~Clek~
Lala membuka pintu kamar dan segera menuju kamar mandi untuk mencuci tangan dan kaki. Kemudian melanjutkan duduk dikursi dekat cendela kamar sambil menikmati hidangan yang telah ia siapkan.
“Ngomong-ngomong aku bisa juga buat ginian, kira-kira kalo dibuat usaha laku gak ya?” Lala sambil menyantap kue kering buatannya. Tak Lama kemudian adzan magrib berkumandang, Lala menutup toples dan segera menghabiskan chocolatos yang sudah dingin lalu bergegas mensucikan diri untuk menjalankan ibadah sholat magrib.
Setiap selesai menjalankan sholat, Lala selalu mendoakan kedua orang tuanya, teman-temannya dan tak lupa juga berdoa untuk Susi supaya perlakuannya bisa berubah menjadi lebih baik lagi menghargai keberadaan Lala sebagai keponakannya.
“Ya Allah, tempatkan kedua orang tua hamba di surga terindahmu. Terimakasih banyak Ya Allah engkau telah mengirimkan teman dan sahabat yang baik dan tulus kepada hamba. Lapangkan hati hamba, semoga hamba kuat menjalani semua ujian atas kehendak-Mu. Dan hamba berharap, semoga perlakuan tante Susi segera berubah dan menerima kehadiran Lala sebagai keponakannya, Aminnnn.” Lala membasuh muka dengan kedua telapak tangannya usai berdoa. Kemudian segera memberekan alat sholatnya dan menyimpannya di dalam nakas.
“Perut aku kok udah keroncongan yah.” Ucap Lala. “Masak dulu ah didapur.” Lala segera turun dari kamarnya dan berjalan menuju dapur untuk memasak makan malam. Sesampai dapur Lala membuka kulkas dan melihat isi dari kulkas tersebut. “Adanya tinggal sayur wortel dan kacang panjang aja ternyata.” Ucap Lala sambil memilah isi kulkas. “Yaudah deh aku bikin tumis aja, simpel.” Lala semangat dan menyiapkan bumbu. “Emmm aromanya bikin tambah laper aja.” Gumam Lala sambil menumis bumbu. Tak lama kemudian Lala memasukkan sayur wortel dan kacang panjang yang sudah ia cuci bersih dan potong-potong, lalu melanjutkan menumis hingga sayur tersebut matang.
“Alhamdulillah kenyang.” Ucap Lala usai memakan masakannya. Kemudian Lala segera mencuci piring dan peralatan dapur lainnya. Setelah itu Lala kembali ke kamar untuk melanjutkan aktifitasnya, yaitu belajar.
“Besok jadwalnya pelajaran sejarah, ada PR nggak ya?” ucap Lala sambil membuka laci. “Nah, ini dia bukunya.” Lala sambil membuka halaman-halaman buku. “Wadaw ternyata ada PR 10 soal, saking repotnya nih sampai nggak ke kontrol tugas yang lain.” Teriak Lala kaget. Kemudian Lala segera menyiapkan lembar kertas jawaban dan segera mengerjakan PR tersebut. “Lumayan juga kuota internet dari Belin kemarin, bisa buat browsing deh wakakak.” Ucap Lala cekikikan. “Sejarah terbentuknya RIS adalah...” ucap Lala sambil menulis soal. “Nah, ketemu deh jawabannya. Zaman sekarang enak ya udah nggak usah baca buku tebal-tebal buat ngerjakan soal sejarah. Tinggal gugeling aja kelar.” Ucap Lala sambil memainkan ponselnya mencari jawaban di google. “Tinggal nulis aja deh.” lanjutnya.
Setelah menyelesaikan 10 PR sejarah, Lala membereskan buku-buku tersebut dan menumpuknya menjadi satu bersama buku yang lain. “Alhamdulillah PR sejarah udah kelar, tinggal nyiapin buku pelajaran yang lain dan dimasukin totebag deh.” Ucap Lala dengan semangat. “Ternyata masih belum larut malam.” Ucap Lala sambil sesekali melirik jam dinding kamarnya. Lalu ia segera mengambil totebag dan memasukkan buku-bukunya. “Loh.” Lala kaget saat melihat kondisi totebagnya. “Ya ampun ini kok udah robek, padahal belum lama belinya.” Lala meraba totebagnya. “Kira-kira masih tahan dipakai sampai berapa lama ya?” ucap Lala sedih. “Tabungan aku juga udah nipis lagi.” mata Lala berkaca-kaca.
Lala berjalan menuju nakas untuk mengambil celengan berbentuk tabung yang ia buat dari toples sosis dengan berbagai tempelan hiasan karakter lucu. “Kira-kira uang aku masih berapa ya?” tanya Lala pada diri sendiri. Lalu ia membuka celengan tersebut dengan perlahan agar tidak merusak perekat tutupnya. Ia sengaja tidak memberi perekat permanen karena untuk mempermudah saat ia ingin mengambil uang secara tiba-tiba. Begitu celengan tersebut berhasil dibuka, Lala terkejut melihat isinya. “Ternyata uangnya tinggal segini.” Ucap Lala pelan.
Kemudian Lala menghitung satu persatu sisa uang yang ia kumpulkan. “Masih kurang ini kalau dibuat beli tas yang layak.” Uang Lala tinggal enam puluh ribu lima ratus rupiah. “Aku harus cari alternatif lain.” Batin Lala. “Yaudah deh aku jahit dulu tasnya, besok kalau uangnya sudah cukup baru beli tas.” Lala membereskan uangnya ke dalam celengan lagi, kemudian ia mencari benang dan jarum untuk menjahit bagian tasnya yang robek beberapa centi. “Warna benangnya kok nggak ada yang cocok sih.” Lala memeriksa kotak peralatan jahit yang ada didekat kamarnya. “Totebag aku warna coklat masak dijahit pakai warna benang ungu? Aneh sekali.” Ucap Lala. “Masak aku harus keluar malam hanya untuk beli benang?” batin Lala. “Nah kalo warna merah ini masih cocok.” Akhirnya Lala menemukan warna benang yang cocok dan bergegas kembali ke dalam kamar untuk segera menjahit totebag.
“Nggak sia-sia juga deh dulu pernah diajarin jahit sama guru prakarnya, sekarang ilmunya jadi bermanfaat bagi kehidupan.” Lala mulai menjahit totebagnya dengan telaten. Tak terasa setelah kurang dari 15 menit robekan yang dan terdapat pada totebagnya sudah mulai tertutup oleh jahitan benang. Lala segera membereskan alat jahitnya dan mengembalikan ke tempat semula. “Alhamdulillah udah selesai, semoga kamu nggak robek lagi ya biar uangnya bisa aku gunakan untuk keperluan lain.” Ucap Lala pada totebagnya. “Tinggal masukin buku yang tadi aku siapin deh.” Lala semangat untuk menata buku.
“Akhirnya bisa rebahan juga ni punggung.” Lala tidur terlentang sambil menggeliat. “Kok tumben grub w******p nggak ada yang heboh malam ini, biasanya udah ratusan spam.” Lala mengecek handphonenya. “Iseng-iseng ngerjakan latihan soal Ujian Nasional ah.” Lala membuka salah satu aplikasi bimbel yang berisi tentang seputar kisi-kisi dan latihan soal UN.
“Malam ini aku malas sama yang berhubungan dengan angka, aku pilih mata pelajaran Bahasa Indonesia aja deh. Bisa dikerjakan sambil rebahan.” Ucap Lala sambil menscroll layar ponselnya. Lala fokus mengerjakan latihan soal ujian nasional hingga ia lalai bahwa jam dinding sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB.
“Astaga udah larut malam ternyata.” Sesekali Lala melirik jam dinding. “Kurang lima soal lagi baru selesai 50 soal, penasaran banget sama hasil latihan barusan.” Ucap Lala sambil merubah posisi tidurnya. “Bismillah semoga hasilnya tidak megecewakan.” ucap Lala ketika ingin menekan tombol finish. Akhirnya nilai hasil latihan Lala muncul, Lala dibuat terpukau oleh nilai yang ia capai. “Alhamdulillah dapat nilai 92.” Seketika Lala melonjak-lonjak di atas kasur. “Semoga nilai aku bisa stabil semua, aminnn.” Doa Lala sambil sujud syukur.
“Sekarang udah malam, waktunya putri kecil Mamah dan Papah tidur dulu biar besok nggak bangun kesiangan.” Lala bergegas pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka. “Aw sakit.” Saat Lala membasuk muka. “Ini kenapa ya?” Lala sambil melihat cermin yang berada di dalam kamar mandi. “Oh ternyata dahi aku mau tumbuh jerawat.” Lala sedikit kesal. “Mungkin beberapa hari lagi datang bulan deh.” Lala sambil mengusap wajahnya dengan pelan menggunakan handuk khuhus. “Totol jerawat yang kemarin masih ada nggak ya? Semoga aja masih ada.” Batin Lala saat keluar dari kamar mandi.
Lala memeriksa meja rias mungil yang berada di pojok kamarnya untuk mencari totol jerawat. “Syukurlah totol jerawatnya masil ada setengah.” Batin Lala. “Lumayan kan, nggak jadi nambah pengeluaran wakakak.” Lala cekikikan sambil bercermin. Kemudian ia mengoleskan totol jerawat tersebut kepada dahi yang akan ditumbuhi jerawat. “Sip.” Ucap Lala. “Sekarang waktunya tidur.” Ucap Lala menuju tempat tidur.
“Oiya pasang alarm dulu, biar nggak bangun kesiangan.” Lala segera mengambil jam weker dan menyetel alarm sesuai keinginannya. “Andai Mamah masih hidup, pasti Mamah kan yang setia bangunin Lala.” Lala tersenyum sambil membayangan raut wajah mamahnya seperti yang terdapat pada foto diatas nakasnya. “Anak Mamah sekarang sudah besar, Mamah nggak kangen sama Lala ya? Kenapa Mamah nggak pernah datang di mimpi Lala?” Lala protes kepada bingkai foto orang tuanya. Lala memeluk foto kedua orang tuanya dan menangis hingga ia tertidur pulas.
***
Jam weker merah muda yang berada diatas nakas berbunyi pada pukul 04.45 WIB. Lala terbangun dan segera ke kamar mandi untuk mencuci muka. Usai mencuci muka Lala segera turun dari tangga menuju dapur untuk memasak nasi.
“Berasnya tinggal sedikit.” Batin Lala. “Kalo berasnya aku masak nanti tante Susi marah...” Lala bingung. “Yaudah deh aku nggak usah masak nasi, semoga masih ada roti tawar dikulkas.” Lala berjalan menuju kulkas. “Syukurlah rotinya masih ada, lumayan kan bisa untuk sarapan sebelum berangkat sekolah nanti.” Ucap Lala.
Kemudian Lala kembali ke kamar untuk membersihkan diri dan menjalankan ibadah sholat subuh bagi umat muslim yang menjalankan.
“Sekarang udah selesai semua, tinggal sarapan aja terus berangat sekolah deh.” Ucap Lala dengan penuh semangat. Setelah semua aktifitas Lala selesai, ia segera menyiapkan sepeda pancal miliknya dan tidak lupa untuk mengunci semua pintu termasuk gerbang sebelum berangkat sekolah. “Bismillah semoga selamat sampai sekolah.” Ucap Lala sebelum menggayuh sepeda pancalnya.