BAB 7

1712 Kata
| 07 Keheningan yang tercipta pada ruang kelas Lala dan Belin menjadi sorotan tetangga kelas. bahkan banyak yang heran dengan kondisi tersebut. dimana kelas yang terkenal dengan rasa solidaritas yang tinggi, tiba-tiba dilanda konflik yang masih berjalan. Semua anggota kelas memilih diam dan membisu ketika berjumpa dengan sahabat Lala, yaitu Belin. Hal tersebut sangat mengusik Belin hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk mengawali dengan meminta maaf kepada teman satu kelasnya. Karena pada waktu itu ia memarahi teman-temannya tanpa menjelaskan permasalahan yang ada. “La, maafin aku ya...” pinta Belin dengan memegang tangan Lala yang sedang memainkan ponsel. “Maaf untuk apa? Tanya singkat Lala. “Aku minta maaf karna udah marah-marah dan bentak kamu serta teman yang lain.” Ucap Belin. “Baru sadar kalo ucapan kamu udah nyakitin banyak temen?” celoteh Lala sambil berdiri. “Iya aku sadar, La... makanya aku minta maaf ke kamu dulu, habis itu ke teman yang lainnya.” Ucap Belin menatap Lala. “Baguslah kalo kamu ngerti sama kesalahan kamu.” Sahut Lala singkat. “Maafin aku ya La...” pinta Belin tulus. “Iya aku maafin.” Ucap Lala enteng. “Oiya La, sesuai perjanjian kita kemarin, ini vocer kuota datanya.” Belin memberikan vocer kuota kepada Lala. “Iyuups, thanks...” ucap Lala. “Yaudah ya La, aku lanjut minta maaf ke teman yang lainnya. Kita sekarang baikan ya, La.. jangan berantem lagi.” Ucap Belin tulus dan melanjutkan meminta maaf kepada teman yang lainnya. Belin berjalan menuju panggung kelas dan berdiri menghadap semua teman yang ada di dalam kelas. “Mohon perhatiannya semua...” teriak Belin lembut. “Mau ngapain kamu? Mau pentas yak?” goda salah satu temannya. “Disini aku mau minta maaf kepada kalian semua atas kesalah aku waktu itu yang tiba-tiba memarahi kalian tanpa menjelaskan permasalahannya dengan baik! Ucap Belin tegas. “Sekali lagi, aku bener-bener minta maaf. Sebentar lagi kita mau lulus dari SMA, aku nggak mau kita berpisah dengan bekal konflik yang belum kelar.” Belin berusaha meyakinkan teman-temannya. Namun ucapan maaf yang Belin lontarkan belum juga mendapat jawaban dari teman-temannya. Ia sampai meneteskan air matanya demi mendapatkan maaf. “Udah deh, Bel. Kamu duduk aja” ucap Lala meledek. “Aku ingin kelas kita bisa akur seperti sebelum-sebelumnya.” Ucap Belin tersengal. “Kita di sini aman-aman aja kok, nggak ada yang merasa aneh, mungkin sendiri yang bermasalah.” Sahut Lala. “Baiklah, yang terpenting aku sudah menyampaikan ucapan minta maaf kepada kalian semua, terutama kamu, La... selebihnya terserah kalian mau memaafkan atau tidak.” Belin turun dari panggung kelas dan duduk dibangku kursinya sambil menangis. Saat jam istirahat berlangsung, seluruh anggota kelas Lala pergi menjalankan misinya mempersiapkan kejutan untuk Belin, yaitu mengisi balon air dalam wadah plastik sebanyak-banyaknya. Kemudian Lala mengkomando teman-temannya untuk menitipkan balon air pada pos satpam. “Pak, saya nitip ini ya” ucap Lala. “Isinya apa itu yang di dalam keresek?” tanya Pak satpam kepada Lala. “Ini isinya balon air, Pak. Hari ini ulang tahun Belin, saya dan teman-temannya ingin memberi kejutan kecil untuknya. Sekaligus untuk kenang-kenangan, Pak.” Penjelasan Lala untuk meyakinkan Pak satpam. “Lagian sebentar lagi kita mau lulus, Pak. Kita ingin menikmati detik-detik kelulusan.” Lanjut Lala. “Baiklah, tapi jangan bilang kepada anak kelas lain, ntar jadi heboh! dan kegiatan boleh dilaksanakan di luar jam sekolah, jangan sampai ada yang menggunakan tepung atau benda lain yang dapat menimbulkan kotoran, kalo air saja tidak apa.” Penjelasan Pak satpam. “Terimakasih banyak sudah memberi izin, Pak...” ucap Lala gembira. “Nanti sebelum pulang sekolah, aku mau ambil kue bolu dikantin. Tolong kalian awasi Belin jangan sampai curiga dengan gerak-gerik kita, sekarang kalian boleh bubar melanjutkan aktifitas masing-masing.” Ucap Lala. *** “Mak, saya mau ambil titipan yang tadi pagi..” ucap Lala kepada Mamak kantin. “Iya neng Lala, sebentar ya mamak ambilkan dulu.” Balas mamak kantin. “Ini neng titipannya.” Mamak kantin memberikan tiga box yang berisi kue. “Yang satu box ini untuk mamak, semoga mamak suka dengan kue bolu buatan Lala.. sekali lagi terimakasih banyak ya, Mak.” Ucap Lala ramah. “Waduh neng.. mamak yang berterimakasih karena sudah neng Lala kasih kue bolu.” Mamak tersenyum dan menerima pemberian Lala. “Emmb yasudah ya mak, Lala mau pergi dulu.” Pamit Lala. “Iya neng...” balas mamak kantin. “Semoga kamu suka dengan ini ya, Bel. Maafin aku hanya bisa ngasih ini.” Batin Lala saat ia berjalan menuju pos satpam untuk menitipkan kue. ~Tetttttt~ Bel sekolah berbunyi sebanyak tiga kali menandakan berakhirnya kegiatan belajar mengajar disekolah. Lala segera memberi aba-aba kepada teman-temannya untuk melakukan puncak rencana, yaitu suprize untuk Belin. Lala dan sebagian anak segera pergi menuju pos satpam untuk menyiapkan balon air dan kue bolu beserta hiasan lilin diatasnya. Dan sebagian anak sengaja menghadang Belin agar tidak segera pulang selama kurang lebih tujuh menit. Akhirnya usaha mereka tidak sia-sia, Belin nampak polos tidak tahu apa-apa tentang sekenario yang dibuat oleh sahabatnya. Kemudian Belin berjalan menuju pintu gerbang untuk menunggu jemputan. “Disana kok ramai banget, ada apa ya? Jangan-jangan ada yang lagi berantem?” batin Belin ketika melihat pos satpam dari kejahuan. “Jadi penasaran deh, aku lihat dulu ah.” Ucap Belin pelan dan berjalan menuju pos satpam. ~Pyook pyok pyok~ Bola air mulai dilemparkan ke arah Belin secara bergantian. Seketika ia terdiam dan tidak bisa berkutik. Belin hanya bisa menutupi bagian muka dengan tangannya, tas ransel yang ia kenakan senganja ditarik oleh seseorang dari arah belakang agar tidak basah terkena balon air. Sorakan ucapan ulang tahun tak henti-henti terdengar dari telinganya. Semua tubuhnya dibasahi oleh air, kemudian ia duduk jongkok dan menangis haru bercampur kebahagiaan yang terpampar jelas. “Selamat ulang tahun yang 18 Belin.. maaf ya beberapa hari ini kita semua sengaja ngerjain kamu.” Ucap teman-teman Belin. “Kalian keterlaluan deh, bikin aku kepikiran aja.” balas Belin merengek. Semua teman menertawakan belin yang sedang basah kuyup. “Suer deh! kalian itu bener-bener kelewatan, jangan-jangan kemarin yang ngacak-ngacak bangku kalian juga? Terus gara-gara itu aku jadi dimarahin sama Pak guru.” Ucap Belin sambil memegang rok. “Hahaaa iya emang.” Jawab teman-teman Belin kompak. “Siapa yang bikin ide kayak gini, ha?” tanya Belin akting marah. Kemudia semua mata tertuju ke belakang, dimana Lala sedang berjalan membelakangi Belin yang sedang membawa kue ulang tahun yang disertai hiasan lilin. ~Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga~ Lala menyanyikan lagu tersebut untuk sahabatnya kemudian disambung dengan ucapan ulang tahun. “Happy birthday Belin.. semoga semua impian kamu segea terkabulkan, semoga panjang umur dan sehat selalu, semoga menjadi anak yang sholehah dan berbakti kepada orang tua, semoga tambah cyantik, dan kurangi bawelnya.. wish you all the best my best friend.” Ucap Lala tulus dan penuh keceriaan. “Amin... uuuuu terimakasih banyak ya, La.. dan terimakasih juga untuk kalian teman-teman semua udah bikin aku speechless.” Mata Belin mulai berkaca-kaca. Kemudian Belin berdoa sebelum meniup lilin dan memeluk beberapa teman perempuannya sebagai tanda terimakasih. “Aku nggak di peluk juga nih?” tanya Lala dengan sesekali menciutkan matanya. “Kan udah pernah.” Jawab Belin sambil menjulurkan lidah. “Uuu dasar! yaudah ini kuenya buat kamu, terserah mau kamu apapakan. Dan yang satunya ini buat kalian semua manteman.” Ucap Lala dengan penuh keceriaan. “Wah.. makasih ya, La..” ucap teman-temannya. “Sama-sama.” Sahut Lala. Kemudian mereka berkumpul di teras aula untuk menyantap kue ulang tahun Belin. Belin merasa kedingingan dan Lala meminjamkan pakaian yang segaja ia bawakan untuknya. “Kuenya yummy banget brrrrr.” Belin menyantap kue dengan tubuh sedikit menggigil kedinginan. “Enak nggak? itu bikinan aku loh.” Ucap Lala. “Oiya, ini aku bawakan pakaian olahraga untuk ganti.” Lanjutnya. “Enak banget suer, lembut kayak aku. Kamu ini aneh ya, bikin acara ngerjain pake air terus dibawain pakaian ganti pula.” Ucap Belin sambil melahap kue. “Iya pasti aku bawakan, Bel.. gila kali aku ngebiarin kamu pulang dengan pakaian basah kuyup, sayang kalo kursi mobilnya ikutan basah.” Sahut Lala cengengesan. “Yaudah aku ganti pakaian dulu, kalian habiskan kuenya ya.. pasti kalian sudah pada laper!” ucap Belin ganjen. “Oiya, untuk kue yang ini kalian iris sendiri ya, dibawa pulang juga nggak papa.” Ucap Lala sambil menyiapkan kado untuk sahabatnya. “Oke, La makasih.. kalau gitu kami pamit pulang dulu.. udah hampir jam empat.” Ucap salah satu temannya. “Iya, hati-hati dijalan ya, trimakasih sudah meluangkan waktu.” Salam Lala. Kemudian semua teman-temannya bergegas pulang ke rumah masing-masing. Hanya tersisa Lala seorang diri di teras aula sembari menunggu Belin mengganti pakaian. “Hay, La.” gertak Belin. “Kebiasaan bikin kaget aja!” ucap Lala. “Temen-temen pada pulang ya?” tanya Belin. “Iya, mereka pulang.” Jawab Lala singkat. “La, trimakasih banyak ya untuk semuanya, aku terharu.. selama aku sekolah dari mulai dari taman kanak-kanak hingga saat ini, baru kali ini ada temen yang ngerayain ulang tahun aku.” Mata Belin berkaca-kaca tak kuat menahan air mata. “Hmm jangan curhat disini.” Ucap Lala dengan santai. “Ihh aku serius, La.” Belin menangis dan memeluk sahabatnya. “Cup cup udah jangan nangis, semoga kamu nggak nyesel udah aku kerjain, hahaa.” Lala berusaha menguatkan Belin dan sesekali ia menggodanya. “Peluknya udah dong, ntar diliatin banyak orang, dikira kita anu lagi.” Ucap Lala sambil melepaskan pelukan Belin. “Anu apa?” tanya Belin. “Itu loh, les....” Lala tak sanggup melanjutkan ucapannya. “Eh buset, mungkin mereka yang nggak ngerti apa itu sahabat.” Argumen Belin. “Bel, ini ada sesuatu dari aku, semoga kamu suka.” Lala memberikan sebuah gulungan kertas polos yang diikat pita berwarna merah kepada Belin. “Ini apa, La?” tanya Belin sambil menerima pemberian Lala. “Kamu buka sekarang juga nggak papa, kalau ragu, kamu buka dirumah aja.” Canda Lala. “Kamu so sweet banget, La.. aku buka sekarang aja.” Belin mulai penasaran dan perlahan membuka pita warna merah yang mengikat kertas tersebut. “Uhhh bagus banget...” Belin melihat isi kertas secara menyeluruh. “Semoga kamu suka.” Ucap Lala. “La, sumpah ini bagus banget lukisannya, lukisan gambar kita berdua akan aku tempelin di dinding kamar aku nanti.” Ucap Belin dengan penuh kebahagiaan. “Kamu kapan nyiapin kue sama lukisannya? Perasaan minggu-minggu ini kita sibuk karena tugas sekolah.” Ucap Belin. “Kalo lukisannya aku buat sejak dua minggu yang lalu, kalo kue bolunya aku buat tadi jam empat subuh, terus waktu disekolah aku titipin ke lemari es mamak kantin.” Jawab Lala tulus. “Perjuangan kamu La...” Belin salut dengan apa yang Lala berikan. “Semoga kamu suka, habis ini pulang yuk, udah sore nih.” Ajak Lala sambil melihat jam tangan favoritnya. “Andai kamu tau, bagi aku kamu adalah orang terbaik yang pernah aku temui selama ini, Bel...” batin Lala. “Iya, ayuk pulang.” Sahut Belin sambil menggulung lukisan tersebut. Kemudian mereka berdua berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil kendaraan. “Sekali lagi terimakasih banyak ya, La.” Ucap Belin meringis. “Iya Belin.. sama-sama.” Balas Lala. “Yuk kita pulang dulu, sampai ketemu besok disekolah.” Pamit Belin dan mereka berdua pulang menuju rumah masing-masing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN