| 06
“Selamat pagi calon-calon orang sukses dan penerus generasi bangsa.” Salam guru bimbingan konseling. “Selamat pagi juga, Bu...” sahut para siswa serentak. “Hari ini kita di sini semua, akan sharing mengenai kelanjutan setelah pendidikan SMA, di sini ada yang ingin melanjutkan kuliah atau bekerja? Atau masih ingin tetap sekolah SMA? tentu tidak kan ya, nggak mungkin kalian terus menerus menjadi siswa SMA. Bahkan setelah ini ada yang ingin menikah?” tanya bu guru dengan sabar. “Belum ada calon, Bu.” Iseng Lala pelan.
Siswa yang berada di dalam kelas tersebut terdiam dan mendengarkan perkataaan guru bimbingan konseling dengan seksama.
“Coba tangannya di angkat yang setelah lulus SMA ingin melanjutnya status baru atau menikah?” tanya Bu guru penuh keceriaan. “Belin nih, Bu.” Teriak Lala dan teman-temannya sambil menunjuk Belin. “Belin, benarkah setelah lulus SMA, kamu akan menikah?” tanya Bu guru dengan sabar. “Ya jelas menikah dong, Bu.. tapi tidak langsung usai kelulusan. Mungkin nunggu saya sukses dulu, kalau nggak menikah ya gawat.” Jawab Belin cekikikan. “Nah, ini jawaban yang sangat saya idamkan. Manusia tentu akan menikah, namun tidak boleh tergesa-gesa. Apalagi diusia kalian yang masih belum sepenuhnya dewasa, iya kan? Kalian masih labil dan mudah sekali tergoncang. Semuanya harus dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh atau dengan matang, karena menikah untuk satu kali dalam seumur hidup, kita tidak boleh berganti-ganti pasangan, kecuali ada faktor tertentu, seperti dipisahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui kematian dan lain-lain.” Nasihat guru bimbingan konseling sembari berjalan mengelilingi siswa. “Kalau dipisahkan karena ada orang ketiga bagaimana, Bu?” tanya salah satu siswa dengan polos. “Oleh karena itu kita harus setia pada pasangan, jangan sampai ada orang ketiga, kalau kita mencintai pasangan dengan tulus, saling terbuka satu sama lain serta saling menerima kekurangan, Insyaallah tidak akan ada orang ketiga.” Ucap guru tersebut.
“Di zaman yang milenial ini, zaman yang serba canggih ini, manfaatkanlah, Nak!.” Jangan kalian sia-siakan waktu di usia muda kalian hanya untuk bersenang-senang saja. Kelak, saat kalian tua nanti akan menyesal.” Karena lambat laun usia kita akan terus berkurang, jangan sampai menyesal di hari tua nanti, kejar semua cita-cita kalian setinggi langit, disana ada banyak bintang yang bertebaran, kalau perlu, gapailah bulan di angkasa raya sana." Tunjukkan kerja keras kamu dalam menggapai mimpi serta keinginan yang mulia, Insyaallah usaha tidak akan menghianati hasil, Nak. Percayalah...” tutur guru bimbingan konseling. “Baik, Bu...” ucap siswa. “Kasihan orang tua kalian, sudah sersusah payah mencari nafkah, mencari uang untuk membesarkan dan menyekolahkan kalian dengan sunggug-sungguh. Coba kalian renungkan, betapa sedihnya apabila setelah lulus SMA ini kalian hanya berdiam saja, alias menganggur.” Tutur guru sembari mengambil boardmarker warna hitam dan biru.
Coba duduknya jangan berdempetan dengan teman satu bangku.” Pinta guru bimbingan konseling. “Baik, Bu...” Ucap siswa serentak. “Renungkan dan fikirkan baik-baik, setelah ini kalian akan melanjutkan di mana.” Ujar guru tersebut. Setelah tiga menit merenungkan, para siswa membuka pembicaraan kepada guru konseling. Siswa tersebut mengatakan berbagai macam profesi dan perguruan tinggi, kemudian guru tersebut menjelaskan alurnya.
“Yang pertama saya akan menjelaskan tahapan perkuliahan, tolong disimak baik-baik bagi yang ingin melanjutkan perkuliahan.” Tutur guru tersebut sembari meluliskan langkah-langkah dan tahapan dalam mendaftar kuliah. “Nanti akan saya beri lembaran, kalian isi sesuai identitas dengan disertai PTN atau PTS mana yang kalian inginkan.” Lanjutnya. “Baik, Bu...” ucap siswa yang akan melanjutkan kuliah.
“Selanjutnya bagi siswa yang ingin melajutkan sebagai akpol atau akmil dan lain sebagainya, tahapnya dan yang harus kalian siapkan seperti ini.... ” tutur guru bimbingan konseling. “Untuk yang ingin bekerja, carilah pekerjaan yang benefit, seperti yang berbau BUMN dan masih ada yg lain. Apabila sudah memiliki modal, gunakan untuk merintis usaha, kalian harus optimis dan yakin terhadap kemampuan diri sendiri.” Lanjut guru tersebut.
~Kriinnggg~
Lonceng sudah berbunyi sebanyak tiga kali, kini waktu memasuki jam istirahat dimulai. Semua guru pengajar akan segera mengakhiri jam pelajaran. Dan para siswa akan melanjutkan kegiatannya.
“Saya kira ini yang dapat saya sampaikan, apabila ada keganjalan atau pertanyaan bisa datang ke ruangan bimbingan konseling. Saya akhiri, selamat siang, salam sukses.” Pamit guru tersebut dan meninggalkan kelas Lala. “Salam...” sahut siswa serentak.”
“Ke kantin yuk guys...” teriak Belin mengajak teman-teman. “Eh, La. Ayuk ke kantin, aku udah laper.” Ajaknya. “Males.” Jawab Lala singkat. “Tumben kali kau malas ku ajak ke kantin?” tanya Belin dengan gelat sulawesi. Ajakan Belin tak kunjung ada yang merespon, bahkan teman satu bangkunya malah pergi meninggalkannya sendiri di dalam kelas. “La, kamu mau kemana sih? Aku ikut.” Teriak Belin. Lala tidak berhenti berjalan, justru ia malah lari dan meninggalkan Belin. Belin berusaha mengejar Lala, namun tak kunjung mendekatinya, bahkan kehilangan jejak sahabatnya. “Iihhh, kemana sih larinya si Lala, bikin aku ngos-ngosan kayak gini.” Ucap Belin tersengal-sengal. “Jadi tambah lemes deh, huhh.” Lanjutnya sambil membalikkan badan.
Kemudia Belin berjalan menuju koprasi siswa yang tak jauh dari tempat ia berdiri untuk membeli minuman gelas, tidak sengaja Belin bertabrakan saat ia ingin masuk, dan Lala ingin kelua dari koprasi siswa.
“Aku beli minuman di koprasi siswa aja deh, lebih deket dari pada dikantin.” Ucapnya pelan sambil berlajan. “suii-suitt...” goda laki-laki yang duduk di bawah pohon mangga. “Dasar alay!” Teriak Belin kesal. “Jadi meledak-ledak kan emosi aku kalo kayak gini.” Ucapnya pelan.
~Bruk~
Belin dan Lala bertabrakan. “Loh, La?” ucap Belin kaget. “Iya, kenapa?” Tanya Lala mengambil camilan dan minuman botol yang jatuh saat bertabrakan. “Kamu tadi kenapa malah kabur waktu aku triak dan ngejar-ngejar?” celoteh Belin. “Aku nggak dengar teriakan kamu, Bel! Sahut Lala ketus. “Kamu kok nggak ngajak aku sih, ke koprasi siswanya?” aku kan lagi laper juga.” Tanya Belin lagi. “Kayak anak kecil aja, kemana-kemana harus bersama.” Ucap Lala dan kemudian pergi meninggalkan Belin. “Iihh kenapa sih tu anak, kayak lagi kesambet gitu, lagi pms kali.” Batin Belin dan berjalan memasuki koprasi siswa. “Aku beli apa ya enaknya?” tanya pada dirinya sendiri dan membuka kulkas. “Nah, beli cimori rasa anggur seger nih.” Ia mengambil satu bolol cimori dan menuju kasir. “Eh ini ada jajan tradisional kue onde-onde juga, beli ah.. aku udah lama nggak makan ini.” Ucapnya sambil melihat kue onde-onde dan mengambil beberapa makanan tersebut. “Totalnya berapa, mbak?” tanya Belin pada kasir koprasi siswa. “Sepuluh ribu rupiah, Mbak.” Sahut kasir koprasi siswa. “Ini mbak, uangnya pas ya.” Ucap Belin dan pergi meninggalkan koprasi siswa.
Ia berjalan menuju kelas, begitu sampai kelas dan membuka pintu. Ia tak menjumpai satupun teman dalam kelasnya. Meja dan kursi siswa berantakan, terutama kursi duduknya tidak ada pada tempatnya. “Ini kelas siapa yang bikin berantakan kayak kapal pecah?” Belin kaget saat membuka pintu. “Kursi duduk aku juga nggak ada di sini. Kurang ajar banget yang bikin kerusuhan dikelas.” Teriaknya. “Bentar deh, aku telfon temen-temen biar pada tahu kalau kelasnya dibuat kayak kapal pecah sama entah siapa dia.” Ucapnya sambil memanggil temannya via w******p. “Ayolah, angkat telfonnya...” gumamnya. “Lala pasti juga nggak bisa aku telfon, kuota datanya kan abis.” Batinnya. “Bodo amat deh, yang penting aku makan dan minum duluan.” Ucapnya dengan santai. Kemudian ia duduk di salah satu kursi temannya dan menyantap lahap kue tradisional onde-onde yang dibelinya. “Emm lumer sekali kue onde-ondenya, isian kacang hijaunya juga banyak banget, teksturnya lembut banget, bikin nagih nih.” Ucapnya sambil melahap kue. “Nyesel deh tadi beli 3 biji aja.” Ia membersihkan sisa minyak kue tradisional onde-onde pada mulut dan tangannya, kemudian menyeruput minuman botol yang ia beli pada koprasi siswa. “Alhamdulillah, kenyang banget.. cimorinya seger banget, lengkap syudah hidup aku kalo kenyung begini.” Ucapnya sambil melonggarkan ikat pinggang.
Tiba-tiba ada salah satu guru yang berjalan melintasi kelas Belin dan melirik ke dalam ruangan kelas.
“Kelas macam apa ini kok berantakan sekali, ha? Tanya Pak guru marah. “Saya tidak tahu, Pak.” Ucap Belin gugup. “Kok bisa tidak tahu? Bukankah hanya ada kamu yang di dalam kelas?” sahut Pak guru. “Tadi pas saya masuk, kondisi dalam kelas sudah berantakan, Pak.” Penjelasannya. “Lalu, kenapa tidak kamu bereskan? Kalau tiba-tiba ada tamu dan tidak sengaja melihat kelas kamu yang seperti ini, bagaimana? Jangan malu-maluin, kamu!” Pak guru memarahi Belin. “Maaf, Pak. Setelah ini saya rapikan tanpa harus menunggu teman-teman.” Ucap Belin lugu. “Yasudah, silahkan.” Kemudian Pak guru berjalan meninggalkan kelas Belin.
“Wah, akting Bapak keren banget... Trimakasih banyak ya, Pak.” Ucap Lala dan teman-temannya. “Sama-sama, tapi setelah ini kalian jangan ngerjain Belin lagi, kasihan dia.” Tutur Pak guru. “Hehe ini buat kenang-kenangan Pak, kan setelah ini udah lulus dan pasti akan terpisah jarak, Iya kan?” sahut Lala dengan riang. “Iya, bener..” lanjut teman-temannya. “Yasudah kalau begitu, Bapak ke kantor dulu ya.” Pamit Pak guru.
“Trimakasih banyak ya temen-temen, kalian mau bantu aku jahilin Belin.” Ucap Lala. “Iya, La.. santui aja kali, aku juga seneng liat Belin dikerjain gini, lucu banget.” Ucap salah satu teman Lala. “Oiya, sepuluh menit lagi kita kembali ke kelas ya, dan lanjut ke rencara ke 3, okeh!” ajak Lala kepada teman-temannya. “Eh, besok waktu hari H ulang tahun Belin, aku bawakan plastik ya, ntar kalian isi air dan kita titipkan ke pos Pak satpam, pas pulang sekolah kita lemparin ke Belin. Menurut kalian gimana?” tanya Lala. “Kalo air aja sih nggak papa, La.. asal nggak ada tepung dan segala macam yang dapat mengotori sekolahan.” Ucap salah satu temannya. “Oke deh mantap itu.” Sahut Lala singkat. “Yaudah, ayuk menuju kelas, tapi jangan bersamaan ya, kita atur temponya. Kalian masuk dulu, aku masuknya belakangan.” Lala memberi arahan.
Beberapa anak sudah berjalan menuju kelas. Sesampai depan pintu, mendengar suara dorongan bangku dan kursi.
“Eh, lihat tuh.” Ucap temannya sambil melihat Belin merapikan meja dan kursi. “Hehe nggak papa, lagian baru kali ini Belin dikerjain saat ulang tahun.” Sahut teman lainnya pelan. “Yaudah ayuk masuk.” Temannya memasuki kelas.
“Kalian dari mana saja? Kelas kita dirusak sama orang lain nih.” Teriak Belin kesal. “Ya, mana ku tahu.” Jawab singkat temannya kemudian langsung duduk. “Enak aja langsung duduk, bantuin dong!” teriak Belin kesal. “Apaan ini teriak-teriak?” Lala datang dan bertanya. “Tanya aja sama temen yang laen!” jawab Belin ketus. “Rasain lo, Bel.” Batin Lala tertawa melihat Belin kesal. “Bodo amat deh, yang penting aku duduk dan makan cireng.” Lala berjalan menuju tempat duduknya. “Hm, bagus.. kalian semua datang-datang tinggal duduk aja.” Sindir Belin keras. “Kamu kalo ngomong yang santai dong, nggak usah teriak-teriak semua anak disini juga pada denger!” Sahut Lala tak kalah keras dari Belin. “Lagian kelasnya dibuat berantakan sama orang kalian diam aja, giliran aku telfon nggak ada yang angkat. Pas ada guru lewat dan liat keadaan kelas berantakan, aku dimarahin tau!” Belin menjelaskan dengan kesal. “Terus pas kalian masuk kelas, tinggal duduk aja. Kan nggak adil.” Lanjutnya. “Siapa suruh kamu yang nata? Kan bisa ditata nunggu temen-temen masuk kelas.” Ucap Lala keras.
Kemudian Lala meninggalkan Belin dan memindahkan tempat duduknya berjauhan. “Lama-lama duduk disamping kamu tuh nggak betah!” ucap Lala ketus.