#Dosen yang Seperti Itu

1571 Kata
“…….” “hahahahh… lah kok bisa sih Ren… hahahha” Wendy selalu saja menertawakan setiap ceritaku seperti sekarang ini. “ehm… suaranya bener-bener jelas kok Wen… aku aja sampe kayak… kaget gitu loh” “ini sih… harus ketemu Pak Lim. konsultasi sana sama dia… mumpung punya dosen psikolog kan yaa...” Usul Wendy. “iih ogah… males banget harus konsultasi sama dosen yang kaya Dumbledore alias sesepuh kampus itu… hhh… itu tuh Pak Lim kenapa gak pensiun aja si sebenernya… udah di kelas suka gak nyambung lagi kalo bahas…” Kataku jadi bergosip dosen yang setiap ku ikuti kelasnya itu seperti sedang mendengarkan kakek tua yang memberikan wejangan untuk cucunya. Meskipun memang tipikal dosen seperti itu memiliki kebijaksanaan yang sudah tak di ragukan lagi, tapi tetap saja ada banyak kekurangan yang kurasakan saat ia mengajar. Belum lagi saat mahasiswa sekarang ini sudah mengikuti cara pembelajaran yang cukup canggih tapi Pak Lim masih saja mengikuti metode yang terbilang kolot. Pernah sekali Roy yang saat itu memilih menggunakan Prezy dan Haiku Deck untuk tugas presentasinya, ia sudah berusaha yan terbaik untuk men-design presentasinya itu. Pokoknya aku juga bisa menilai itu adalah salah satu presentasi yang cukup artisktik. Tapi kemudian ia malahdi beri B- karena Pak Lim tak mengerti dengan presentasi yang di buat oleh Roy. Karena Pak Lim jauh lebih mengerti Power Point biasa yang langsung di copy paste dari MOW. Aku masih ingat betapa marah dan emosinya dia saat itu karena merasa di perlakukan tak adil. “eeh… kok gitu sih, beliau itu psikolog yang paling punya nama dari semua pesikolog yang ngajar di kampus kita buat tanganin pasien yang suka berdelusi kaya kamu ini… ya pasti bisa di tanganin dengan baik…” “tapi tetep aja gak mau…” Tolak atas usulnya, karena aku ini masih normal dan aku bukan pasien psikotik yang suka berdelusi. Suara yang terus memanggil Reyna belakangan itu mungkin hanya… ehm… apa ya… entahlah… “Wen tau gak… ternyata Pak Jackson itu termasuk dosen yang kaya guru SMA gitu. dia tuh ya rajin banget omelin mahasiswa yang gak ngerjain tugas, (esp. aku), rajin kirim materi, bahas tuntas materi sampe abis, pokoknya beda jauh deh sama Pak Daren yang ganteng tapi baik plus pengertian banget sama mahasiswa… “ Ku bandingkan dirinya dengan Pak Daren yang sangat ku kagumi. beliau itu termasuk dosen super cakep yang pengertian lagi dengan kondisi mahasiswanya. Tak banyak menuntut, tugas juga fleksible dengan tenggang waktu yang tak menyulitkan mahasiswa. Bahkan UAS pun Pak Daren memilih take home untuk mahasiswanya. kulihat Wendy lagi-lagi tersenyum saat aku membicarakan Pak Jackson. “jadi gimana rasanya di omelin dosen ganteng?” “hhh… ganteng tapi nyebelin mah percuma…” “sekarang nyebelin siapa tau nanti ngangenin… hahahah” “ngangenin dari mananya … dari nyebelin tuh malah nyeremin yang ada” Balasku, jadi mengingat pertemuan kemarin dengan Pak Jackson. …. ~ flashback Setelah keluar dari ruangannya kemarin dengan sedikit awkwrd karena sampai akan jatuh dan malah jadi duduk di atas pangkuannya. aku langsung pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku bahan materi kuis yang akan ku pelajari. Tapi saat aku berjalan di lorong menuju perpustakaan ternyata Pak Jackson mengikutiku dari belakang. Aku jadi berjalan sangat cepat sekali dan… Bukkk Lagi-lagi kepalaku terkena palang tralis pintu perpustakaan yang tak ku lihat karena terburu-buru ingin melarikan diri dari Pak Jackson. “aww… sakit” “ckckck… kebentur itu sepertinya hobimu ya” Ucapnya menyindirku. “Pak Jackson sih… pake ikutin Irene segala, bikin takut tau… jadi kebentur gini kan” Kataku menyalahkannya. “lah… bebas dong saya juga mau masuk perpustakaan” Ucapnya sambil melangkah masuk ke dalam perpustakaan lebih dulu. “shh… kalo aja bukan dosen udah aku pitesin juga tu orang…” Gerutuku karena kesal sekali padanya. Di dalam perpustakaan hari kemarin kulihat tak begitu ramai dan hanya sedikit pengunjung. Aku langsung mencari dan mengambil beberapa buku yang ku butuhkan. “hey… you, belum bisa pinjem buku hari ini, soalnya buku filsafat, biopsikologi sama teori-teory kepribadian 1 aja belum kamu balikin” Ucap penjaga perpustakaan begitu ku serahkan buku yang akan ku pinjam dan kartu perpustakaanku. “yahh… yang satu ini aja, boleh ya Ginnn…” Aku memelas pada Gina yang sudah ku kenal lama, sebelumnya dia adalah patner sitfku untuk menjaga perpustakaan kampus ini. “besok deh aku balikin yah, yang satu ini aja …. Boleh yaa..” Gina hanya menjawab dengan gelengan kepalanya yang berarti tak memperbolehkanku untuk meminjam. “hhhftttt….” Aku memang selalu lupa dan malas untuk mengembalikan buku yang kupinjam itu. karena tak sempat dan belum lagi dendanya yang harus ku bayar karena telah meminjam over dari waktu peminjaman bukunya. Terpaksa aku harus membaca kilat semua buku itu, atau merangkumnya atau cara tercepat yang ku pikirkan adalah memfotonya saja. Hari kemarin itu, aku jadi duduk di lantai di antara rak-rak buku perpustakaan, membuka lembaran buku-buku yang tak jadi kupinjam itu dan mulai memotretnya. aku memang selalu malas duduk di meja dan kursi yang di ada di perpustakaan. Hhh… Padahal aku sendiri selalu menyindir tak suka pada beberapa mahasiswa yang memotret materi presentasi yang sedang di jelaskan di kelas. karena rasanya kelas seketika berubah menjadi seperti sebuah konfrensi pers yang di hadiri oleh banyak wartawan dan media dengan kamera yang siap untuk memotret. Padahal bisa saja mereka meminta file materinya di akhir bukan? seperti yang selalu ku lakukan untuk modus agar bisa memiliki waktu tambahan bersama Pak Daren hehehe. Tapi lihat apa yang kulakuan kemarin itu, aku seperti sedang menjilat ludahku sendiri, memotret bahan materi kuis. Untuk kasusku ini anggap saja karena situasinya berbeda. Jadi tak apa. “dasar mahasiswa…” Tiba-tiba ku dengar suara itu dan aku langsung menoleh. “aaaahhh… bikin kaget aja si Pak!” Kataku saat ku temukan wajah Pak Jackson tepat di sampingku. Tengah berjongkok di sisi kananku. “sssttt… ini perpustakaan Irene jadi gak boleh berisik” Pak Jackson malah berkata seperti itu tanpa sedikitpun merasa bersalah, telah membuatku kaget sampai hampir terkena serangan jantung. “main foto-foto aja… pasti buat di jadiin contekan ya… cih dasar” Apa yang di katakan Pak Jackson baru saja soal contekan itu, sebenarnya adalah yang juga ku pikirkan saat melihat mahasiswa lain yang memotret materi yang sedang di jelaskan di kelas. dan kemarin aku malah mendengar anggapan miring seperti yang selalu ku pikirkan itu dari Pak Jackson. “jangan mikir yang negative dulu Pak, aku ini cuma gak bisa pinjem buku ini… soalnya bukuku yang lama belum di balikin” Jelasku, Pak Jackson kemudian terkehkeh mendengar penjelasanku “dasar mahasiswa… buku yang di pinjem itu ya harusnya di kembaliin” Dia malah menambahku pusing saja. “hhhh…. Pak, saya lagi gak mau ribut, jadi intinya aja kenapa Pak Jackson ganggu saya sekarang?” “ini…” Ucapnya singkat sambil menyerahkan satu buku besar tentang ensiklopedia mutiara. “ahh.. berat” “dibaca. dua hari lagi penelitiannya di mulai. Pastiin semua isinya hapal di luar kepala” Dia itu gila atau apa, mana bisa aku menghapal semua isi buku yang beribu-ribu halaman itu, gerutuku dalam hati kemarin. “Pak Jackson ingetkan aku lagi gak bisa pinjem buk-“ “gampang, nanti saya yang bilang kepetugas di depan biar kamu bisa pinjem bukunya” Ucapnya, terlintas di pikiranku untuk sekalian saja meminta tolong padanya. “kalo gituu… sama buku yang ini juga yaa, bolehkan?” Kataku sambil menujukan satu buku yang menjadi materi kuis minggu depan kepadanya. “ehmmm… iya” Aku lalu tersenyum padanya. “heheh” “nanti malam saya chat kamu, saya mau pastiin kamu baca materinya atau engga… anggap aja evaluasi PR dari saya” PR katanya, dia ini pasti merasa sedang menggurui anak SMA sekarang ini, pikirku kemarin itu soal Pak Jackson. “yaaa baik Pak” Kriuuuk kriukk Tiba-tiba suara perutku berbunyi di ruangan perpustakaan yang sepi itu, sampai suaranya terdengar sangat keras. Pak Jackson sampai mengulum senyumnya lalu berusaha menahan tawanya karena mendengar suara perut keronconganku itu. “jangan ketawa Pak, saya jadi lewatin makan siang tadi gara-gara Pak Jackson yang majuin jam pertemuan tadi…” Kataku. “ya… masalah perut kamu sii… itu bukan urusan saya… Ya sudah bukunya mau saya bawa ke meja petugas di depan buat di masukin ke data buku yang di pinjam” Pak Alex kemudian mengambil buku ensiklopedia mutiara yang tadi diberikannya padaku juga satu buku bahan kuisku. “ini, harus di kembaliin lagi, jangan di perbanyak terus kamu jual… inget itu” “aaishhhh… Pak Jackson buat apa juga aku kaya gitu dan-” Dia tak mendengarkanku, malah langsung pergi begitu saja. Pak Jackson itu benar-benar dosen menyebalkan, tak pengertian dan seenaknya sekali saat memberikan tugas padaku. Flashback end~ ….. “benarkah? Dia semenyabalkan itu? ehm…” Tanya Wendy padaku, setelah ku ceritakan betapa menyebalkannya Pak Jackson saat di perpustakaan kemarin. “ya… tapi untunglah kemarin itu ada yang-“ “ada yang apa?” Aku merapatkan bibirku, untuk aku cepat sadar. seharusnya aku tak boleh menceritakan hal-hal manis seperti kemarin itu pada Wendy. atau tidak dia akan sangat menggangguku dengan terus menggodaku. “Irene… ada yang apa?? ayo bilang!!” “ooh itu, ehm… untung kemarin ada…. ada yang kasih diskon di rumah makan, jadi aku bisa makan banyak hehehe” Aku jadi berdalih mendapat diskonan di rumah makan padanya. Padahal sebenarnya kemarin saat aku akan mengambil buku yang sudah di pinjam atas nama Pak Jackson, kutemukan ada sekotak s**u pisang diatasnya. Saat ku tanya pada Gina, karena memang buku dan sekotak s**u pisang itu ada tak jauh di depan mejanya, ia menjawab tak melihat siapa orang yang sudah meletakan s**u pisang itu untukku kemarin. Aku sempat bertanya-tanya, apa mungkin itu pemberian dari Pak Jackson. tapi jelas itu tak mungkin. Karena dia juga sudah berkata kalau urusan perutku itu bukanlah urusan dirinya. jadi tak mungkin Pak Jackson mau berbaik hati memberikan s**u pisang itu padaku. Dan karena kemarin aku sudah terlanjur kelaparan, tanpa mengetahui siapa si pemberi yang sangat baik hati itu, aku meminumnya dengan hati yang sangat berterimakasih padanya. ….
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN