bc

We Miss You, Dad

book_age18+
956
IKUTI
11.8K
BACA
HE
pregnant
heir/heiress
tragedy
addiction
like
intro-logo
Uraian

Dijebak oleh saudara tiri yang iri dengan apa pun yang dimiliki oleh Meisya, membuat gadis belia itu harus mengalami nasib tragis di acara malam perpisahan yang diadakan sekolahnya. Meisya yang sudah mabuk dan di bawah kendali obat perangsang, dilempar begitu saja di sebuah klub malam. Lalu, gadis belia itu pun menghabiskan malam panjang dengan orang asing di bawah kendali obat laknat tersebut.

Nasib buruk yang dialami Meisya, tidak berhenti sampai disitu. Di pagi buta ketika Meisya pulang ke rumah, sang papa yang sudah termakan hasutan menghadang di depan pintu gerbang, dan langsung mengusir gadis itu tanpa mau mendengarkan penjelasannya.

Sanggupkah Meisya melanjutkan hidup yang harus terbuang dari keluarga, terlebih setelah dia mengetahui bahwa benih yang ditanam oleh pria yang tidak dia kenali, tumbuh subur di rahimnya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab. 1 - Jalang Kecil
A-apa yang kamu lakukan padaku, Sher? Minuman apa yang kamu berikan tadi? Ke-kenapa kepalaku jadi pusing seperti ini?" Seorang gadis belia yang baru saja dipaksa masuk ke dalam mobil, memegangi kepalanya yang terasa sangat berat. Dua remaja yang membawanya dengan paksa itu tak ada yang menjawab. Mereka berdua hanya tertawa, tanpa bersuara. Lalu, masing-masing duduk di tempatnya. "Owh ... panas! Nyalakan AC-nya, Glen! Aku tidak tahan." Gadis yang mengenakan seragam sekolah itu terus saja meracau dan tangannya mulai bergerak, melepaskan kancing baju seragam bagian atas karena merasa kepanasan. "AC-nya udah maksimal, Mei. Lepasin aja semua bajumu kalau kamu merasa gerah," kata Sherly yang duduk di samping bangku pengemudi, seraya tertawa jahat. Tangan gadis itu memegang ponsel, mengarahkan pada Meisya, dan merekam apa saja yang dilakukan oleh gadis yang berada dalam pengaruh obat tersebut. Sementara remaja pria yang juga mengenakan seragam sama seperti dua gadis teman sekolahnya itu, mulai melajukan mobil meninggalkan halaman gedung tempat acara perpisahan sekolah berlangsung. Glen semakin mempercepat laju kendaraan milik Sherly, menuju tempat yang diminta oleh sang kekasih. Di bangku belakang, Meisya masih saja ngoceh tak karuan seraya bergerak-gerak bak cacing kepanasan. "Tolong aku, Sher. Bawa aku ke dokter. A-aku, aku merasa ada yang tidak beres dengan tubuhku," pinta Meisya memelas. Wajah gadis belia itu memerah karena hawa panas akibat minuman yang tadi diberikan oleh Sherly kepadanya. Minuman beralkohol yang telah dicampur dengan zat afrodisiak, yaitu sebuah senyawa kimia yang mampu meningkatkan libido, kemampuan, dan kenikmatan seksual pada manusia. Sherly yang masih merekam tanpa mengaktifkan audio, semakin keras tertawa mendengar permintaan Meisya. "Rumah sakit? Jangan harap aku akan membawamu ke sana, Mei! Aku akan membawamu, tapi tidak ke rumah sakit! Melainkan, ke tempat di mana kamu akan mendapatkan kenikmatan yang tidak akan pernah bisa kamu lupakan seumur hidupmu!' kata Sherly, penuh penekanan di setiap kalimatnya. "Tidak, Sher! Kumohon, jangan bawa aku ke tempat yang tidak-tidak." Meisya yang kesadarannya masih sedikit tersisa, terus memohon. Sebagai remaja masa kini, Meisya bukannya tidak tahu apa yang dia alami saat ini. Dia dapat merasakan jika Sherly memang sengaja mencampur minuman yang dia konsumsi dengan zat tertentu hingga membuat Meisya seperti melayang, juga gairahnya meledak-ledak, dan sulit untuk dia kendalikan. Mobil itu terus melaju, membelah jalanan kota yang sangat ramai karena saat ini masih pukul sembilan malam. Kedua remaja yang duduk di bangku depan tersebut, tak ada yang peduli dengan apa yang saat ini Meisya rasakan. Sherly yang sudah berhenti merekam, kini malah asyik menggoda sang kekasih yang sedang mengendalikan laju kendaraan. "Ah ... kamu nakal, Beib! Aku masih nyetir!" Glen melancarkan protes karena konsentrasinya jadi terpecah, akibat ulah nakal Sherly. Sherly tak mengindahkan protes yang dilontarkan kekasihnya. Gadis belia itu terus menggoda sang kekasih hingga hampir saja mereka bertiga mengalami celaka. Sebab, tiba-tiba dari arah depan ada kendaraan yang melaju kencang tanpa kendali dan hampir saja menabrak mobil yang mereka tumpangi, andai Glen tak sigap membanting setir ke kiri. Glen memutuskan untuk menghentikan laju mobil di tempat sepi untuk sekadar menenangkan diri. "Lepas tanganmu, Beib! Gara-gara ulahmu yang terus menggangguku, kita semua hampir celaka!" Bukannya menyesal, Sherly justru tertawa, dan semakin menggoda kekasihnya. "Kamu kalau marah-marah kayak gini, tambah ganteng tahu," rayu Sherly, sambil mencubit mesra pipi Glen. Glen yang tak pernah bisa marah lama-lama pada kekasihnya itu pun luluh. Mereka berdua lalu bercanda ria dan sejenak melupakan keberadaan Meisya. Menyadari jika tak ada yang memperhatikan dirinya, Meisya yang duduk di bangku belakang sendirian berniat kabur. Di sisa kesadarannya, Meisya mencoba membuka pintu di sisi kiri. Pintu tersebut berhasil dibuka karena kebetulan tak terkunci secara otomatis. Perlahan, Meisya turun dari sana lalu berjalan mengendap menjauh dari mobil. Naas. Meisya yang berjalan sempoyongan, tersandung batu di pinggir jalan hingga gadis itu terjatuh. Tanpa sadar, Meisya mengaduh hingga membuat Glen yang membuka jendela kaca mobil di sisi kanan, mendengar suaranya. Kedua remaja itu pun kemudian menyadari jika Meisya berusaha melarikan diri. "Si Mei mau kabur, Beib!" seru Glen yang langsung turun dari mobil lalu menghampiri Meisya yang terlihat kepayahan hendak bangun. "Mau kabur ke mana, kamu?" Sherly yang baru saja menyusul membentak sambil melayangkan tangannya, menampar pipi Meisya. Gadis itu pun menjerit karena merasakan panas di pipinya, tetapi Sherly seolah tak peduli dengan kesakitan yang Meisya alami. Sherly kemudian menyeret lengan Meisya dan membawa gadis itu kembali ke mobil. Glen membantunya, menaikkan Meisya yang mencoba berontak, dan mendudukkan gadis malang tersebut ke tempat semula. Glen kembali melajukan kendaraan, setelah sang kekasih duduk di sampingnya. Meisya yang duduk di bangku belakang sendirian dan merasakan hawa di tubuhnya semakin memanas, mulai membuka kancing baju yang masih tersisa. Melihat hal itu, Sherly menyeringai licik. "Hidupmu sebentar lagi akan hancur, Mei!" batin Sherly, seraya tersenyum penuh kemenangan "Lebih cepat lagi jalannya, Glen! Kita harus segera tiba di sana, sebelum dia semakin menggila, dan melepaskan semua pakaiannya di dalam mobilku! Aku tak mau kalau sampai kamu melihatnya tanpa busana!" perintah Sherly pada sang kekasih yang tengah fokus dengan kemudi. "Iya, Beib. Ini juga udah cepat, kok. Lagian, aku juga enggak bakal tertarik kalaupun dia enggak pakai apa-apa," jawab Glen yang kini tatapannya fokus ke depan. "Aku hanya tertarik pada tubuhmu, Beib. Tubuhmu itu udah seperti candu bagiku," lanjut Glen seraya sekilas menoleh ke arah Sherly, membuat gadis itu tersenyum senang. Setelah lima belas menit melaju, mobil yang dikendarai Glen memasuki kawasan pusat hiburan terbesar di daerah tersebut. Remaja pria itu segera memarkirkan mobil lalu membuka pintu bagian belakang. Kasar, Sherly yang juga sudah turun segera menyeret lengan Meisya, dan melempar gadis yang saat ini pakaian atasnya sudah terbuka itu tepat ke depan pintu kaca sebuah klub malam. "Nikmati malam panjangmu di sini, saudaraku, Sayang," kata Sherly sambil mencubit dagu Meisya yang kini bersandar di dinding sebelah pintu kaca. "To-tolong aku, Sher. Bawa aku pulang. Tubuhku panas, panas sekali. Aku sudah tidak tahan," pinta Meisya dengan tatapan memohon, tetapi Sherly sama sekali tak mengindahkan. "Ayo, Glen, kita cabut!" Sherly melenggang yang diikuti oleh Glen, tanpa mempedulikan Meisya yang terlihat sangat kacau. Kedua sejoli itu segera masuk ke dalam mobil, meninggalkan Meisya sendirian yang saat ini penampilannya sudah tak karuan. Tepat setelah kepergian Sherly dan Glen, nampak seorang pria dewasa keluar dari klub malam tersebut dengan sorot mata penuh kemarahan. Di belakang pria itu, mengekor sosok pria bertubuh tinggi besar yang mengenakan seragam layaknya seorang pengawal. "Tuan Muda. Apa yang harus saya lakukan? Apa saya harus menyeret wanita itu keluar dari sana, sekarang juga?" Pria yang disapa tuan muda itu memberikan kode melalui isyarat tangannya agar sang pengawal diam. Pria yang saat ini berdiri di depan pintu kaca itu lalu menoleh ke arah samping, di mana dia mendengar dengan lirih suara seseorang meminta tolong. "To-tolong saya, Om," pinta Meisya ketika melihat seorang pria asing menoleh ke arahnya. Gadis itu benar-benar terlihat sangat kacau. Dia bahkan sudah tak mampu lagi untuk berdiri dengan tegak. Melihat keberadaan Meisya yang acak-acakan dan seperti sedang berada di bawah kendali obat, pria itu pun geleng-geleng kepala. Terdengar, dia berdecak kesal. "Kelakuan anak gadis zaman sekarang, sungguh di luar nalar!" Pria itu segera berbalik dan hendak melanjutkan langkah karena tak ingin mempedulikan keberadaan Meisya di sana. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar gadis itu kembali meminta tolong. Pria berambut ikal sebahu itu menghela napas panjang lalu mendekati Meisya. Dia amati gadis belia itu dengan seksama. "Bawa Jalang Kecil ini ke mobilku, Tom!" perintahnya kemudian pada sang pengawal. bersambung...

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
51.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook