"Tante tolong..."
"kamu ini kenapa keras kepala sekali. ini demi kamu, demi kebaikan mu, demi masa depan mu. kami semua selalu mengkhawatirkan mu. kau tahu ?" bentak Juwita.
"memang nya kamu fikir, wanita yang berstatus seperti diri mu itu akan ada yang mau dengan mu. diluar sana, wanita seperti mu hanya berakhir menjadi wanita penghibur dan pemuas nafsu sesaat. kamu sudah tidak ada harga nya lagi."
"lagian, kita cuma prihatin. jika tidak ingin dinasehati, untuk apa kamu datang kesini. kami fikir, kamu datang sebab menyesal dan akan meminta maaf. tapi ternyata ciiih " kata Sulis sambil menyilang kan tangan nya bersedekap didepan badan nya. Lalu orang lain yang berada diruang itu mulai lagi berbisik-bisik,
"oh, jadi dia itu orangnya."
"benar-benar keras kepala"
"kasian Zian yang sudah terlanjur jatuh cinta"
Dan masih banyak lagi omongan yang menyudutkan Nayla. Bahkan ada yang membawa-bawa nyawa Yang sempat dia kandung nya. Dia berusaha keras meredam emosi nya, namun sepertinya kewalahan. dia memejamkan sejenak mata nya , menarik nafas dan berbalik badan kearah Tante nya dengan leher yang terangkat dan postur tubuh yang tegap...
"bagaimana bisa mulut murahan kalian berkomentar tentang masa depan ku. Memang nya siapa yang mau bertanggung jawab saat aku dipaksa pulang lalu dijanjikan untuk dikuliahkan. Namun pada kenyataannya aku malah dijebak dalam perjodohan yang tidak masuk akal. Sadarkah kalian saat itu aku masih berumur 19 tahun. Aku masih kecil untuk menjadi istri bahkan ibu. Aku belum siap. Aku tidak pernah diedukasi untuk itu. Pernah tidak kalian memikirkan bagaimana hancur nya perasaan ku saat kalian hanya sibuk menceritakan keburukan ku karena tidak berbakti kepala lelaki sialan itu saat aku tertatih meminta bantuan untuk seorang balita yang tidak tahu apa-apa. Penyakit nya lahir dari bibir kalian yang tidak tahu malu. Kenapa ? Aku jahat. Aku hanya berkata jujur . Sekarang pun kalian tidak berhak mendikte masa depan ku. Aku bukan anak kecil berusia 19 tahun lagi. Jadi berhentilah sok tahu"
"heh jangan sembarang kamu yah. cucuku meninggal karena keras kepala mu. "
"memang nya kenapa ? semua itu karena anak mu tidak becus menjadi ayah ataupun suami. sebelum kamu berkomentar banyak tentang ku setidaknya ajari dulu anak mu menjadi laki-laki yang benar. dasar wanita tua egois" bentak Nayla tak mau kalah. Baru saja Nayla akan kembali membuka suara, seorang laki-laki menghampiri nya dan menarik tangan nya untuk pergi dari sana. dengan tergesa-gesa dia melangkah dan membawa paksa Nayla pergi.
"Tunggu saja, kalian akan melihat kehancuran keluarga ini. aku benci kalian semuA." teriak Nayla saat telah hampir keluar pintu, dan orang terakhir yang dia lihat dari sekian banyak nya tatapan mata mengarah kepada nya itu adalah David. laki-laki yang sempat menitip kan nyawa dirahim nya, laki-laki yang membuat nya seperti saat ini. dia langsung meludah ketanah dan masuk kedalam mobil. seperti itu lah kebencian nya.
"aaaargh, lepasin gak ?" bentak Nayla saat merasakan nyeri dipergelangan tangan nya karena genggaman erat si laki-laki tadi. Dia melajukan mobil nya bahkan dengan satu tangan menjauh dari gedung besar nan megah itu. Lelaki tadi tidak mendengar ucapan Nayla, bahkan Nayla mengumpat nya beberapa kali. dia terus berontak tapi tidak membahayakan pengemudi. dia sadar, mobil yang dia kendarai melaju dengan kecepatan yang tidak normal. jika dia berbuat sesuatu yang nekat, ini akan membahayakan nyawa nya sendiri. dia harus berumur panjang.
Dia menarik nafas dalam-dalam, untuk menenangkan diri nya. setelah terlihat tenang, baru lah Nugraha melepas tangan nya.
"tolong hentikan mobil nya." ucap Nayla pelan. Nugraha menurut, mengurangi kecepatan dan berhenti dipinggir jalan. Nayla keluar dengan meninggalkan tas tangan nya, berjalan melewati trotoar dan berdiri disisi jembatan yang berukuran raksasa itu. dia berdiri menatap hamparan sungai besar yang aliran air nya tenang. walau berukuran besar, namun air itu memiliki kedalaman yang tidak seberapa. bahkan jika Nayla melompat, tidak akan mati tenggelam. mungkin mati sebab patah tulang.
Semilir angin yang sejuk menyibak rambutnya, membiarkan udara dingin membelai wajah nya dan menenangkan emosi nya. dia berulang kali menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan nya perlahan. lelaki disampingnya menyodorkan bungkusan rokok kepada nya. dia menoleh dan tersenyum.
"aku harus berumur panjang untuk membalas mereka semua. merokok sama dengan bunuh diri. jika aku memilih itu sebaiknya bunuh diri ku lakukan sejak tadi. aku cukup memutar stir mobil mu, dan kita akan ditemukan mati bersama."
Nugraha hanya mengangguk dan mengambil rokok itu sebatang untuk diri nya, lalu menyulut nya. menghisap nya dalam-dalam, lalu membuat kepulan-kepulan bulat yang tercipta dari ujung bibir nya. ekspresi nya yang lucu membuat Nayla sontak menyunggingkan senyum.
"kamu cantik nay, " ucap graha seperti tanpa berfikir. Nayla mengabaikan nya dan kembali menatap kedepan.
"apa kita boleh membuat kesepakatan ?" tanya Nugraha.
"untuk apa ?"
"untuk impian mu."
"aku tidak punya impian,"
"keinginan ?"
"tidak juga "
"kamu bahkan menjawab ku tanpa berfikir."
"aku tidak ingin apapun dalam hidup ku. jika aku berharap, sesuatu yang ku sayangi saat ini akan diambil paksa oleh sesuatu. dan aku tidak suka itu. kecewa berkali-kali mengajar kan ku untuk tidak berharap, memiliki impian atau keinginan. aku hidup begini saja, aku sudah nyaman dengan ini. terimakasih sudah perduli"
"sebenarnya, aku hanya iseng bertanya. aku berusaha keras untuk melepas rokok ku. tapi aku tak punya alasan untuk melepas nya. keinginan tanpa alasan itu rasa nya tidak masuk akal. seperti yang kamu bilang, merokok itu bunuh diri. aku sadari itu sejak lama. tapi, seperti nya aku masih berusaha bunuh diri sekarang."
"maksud nya ?"
"begini, kita rubah saja kesepakatan tadi menjadi permohonan ku "
"aku tidak mengerti."
"aku mohon bantu lah aku untuk melupakan rokok ku, dan hanya fokus pada mu "
"maksudnya."
"emmmh...."
"cukup graha, hidup mu yah pilihan mu. aku tidak berhak ikut campur. begitupun kamu ke aku. saling mendukung lebih baik, dari pada turut campur yang bukan urusan kita."
"jadi kamu mendukung ku bunuh diri ?" tanya graha sedikit terkejut.
"bukan begitu,..."
"kenapa harus serumit itu, cukup bilang saja berhenti dan buang saja rokok mu. aku hanya ingin dengar kalimat seperti itu."
"berhenti dan buang saja rokok mu" ucap Nayla menirukan ucapan nya. Graha membulatkan mata seakan tidak percaya, dia menatap Nayla meminta pembenaran dari apa yang dia dengarkan melalui sorot mata. Nayla mengangguk, dan merebut batang rokok yang terselip di sela jari nya lalu membuang nya. kemudian berjalan dengan santai kembali kemobil.
***
flashback
Walau sedikit terkejut, Nayla tetap bersikap profesional. dia menerima uluran tangan David dan bergantian menyalami Davin persis seperti Nugraha lakukan sebelumnya.
"silahkan duduk Pak ?" kata Nugraha ramah kepada kedua klien nya, dan kedua nya pun duduk.
"jadi, mau pesan apa pak ?" tanya Nugraha.
"maaf sebelumnya pak, tapi kita akan membuat kesepakatan penting. saya hanya perlu berbicara berdua dengan bapak " jelas David dengan wajah datar. Mendengar itu, Nayla sedikit khawatir...
"tapi pak ?... '" sanggah Nayla
"gak apa-apa nay, kamu bisa pindah sebentar. ini tidak akan lama" bisik graha.
Davin tersenyum kearah Nayla seakan mengajak nya pergi. dia tidak ada pilihan lain . kedua nya pun memilih pindah ke meja lain yang sedikit jauh, memberikan kedua bos itu privasi untuk membahas pekerjaan mereka .
"aku gak tahu kalo kamu bekerja di perusahaan milik keluarga zeean." tanya Davin santai.
"aku juga gak tau kalau kamu sudah pulang dari luar negeri"
"yah, kita tidak saling tahu. seperti orang yang tidak saling kenal "
Nayla tidak fokus pada Davin,
"Apa kamu menghawatirkan bos mu tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan kakak ku ?" tanya Davin lagi
"aku hanya tidak habis fikir, bagaimana dia bisa sukses mengelolah perusahaan besar dengan system' yang rumit tapi gagal dengan rumah tangga yang sederhana itu."
"bukan nya kamu tahu bahwa menikah bukan lah prioritas dalam hidup nya."
"apa kamu juga akan menyalahkan ku ?"
"seandainya waktu bisa diputar kembali, aku tidak akan berangkat keluar negeri waktu itu. kamu harus tahu, bahwa kamu tidak kesakitan sendirian."
"tapi sepertinya sekarang kamu sudah pulih dengan baik."
"aku harus terlihat pulih, agar tidak dibuang lagi keluar negeri."
"iyah, tetap lah jadi pengecut dan penjilat. karakter mu cocok dengan peran seperti itu "
"jadi kamu tahu bahwa selama ini aku juga memainkan drama seperti mu ?"
"iyah. tapi beda nya, kamu jelas terlihat sangat menikmati nya. dalam hal ini kita berbeda "
"aku harus bertahan demi diri mu, impian ku mengembalikan nama baik mu dalam keluarga."
"fikirkan saja nama baik mu, aku bahkan sudah tidak memiliki keluarga sekarang. Talian darah memang tidak bisa putus, tapi jika kamu tidak membocorkan apapun kepada siapapun. maka aku akan baik-baik saja didunia luar."
Davin terdiam dan berusaha mencerna omongan nayla, wanita anggun itu selalu saja membuat nya tak mempu berkata apa-apa setiap adu argumen. kekaguman nya kain bertambah, sayang sekali kecerdasan wanita yang sangat dia kagumi itu harus dinikmati oleh keluarga orang lain karena kebodohan kakak nya. dia pun sadar, seharusnya tidak menyalahkan siapa-siapa. semua sudah berlalu dan sekarang waktu nya untuk menjadi lebih baik.
***