Bab 1 CEO Casanova

1451 Kata
Pesta sedang berlangsung. Ini adalah pesta khusus untuk para pengusaha sukses, diselenggarakan oleh seorang CEO perusahaan besar dari Singapura, dengan maksud membuka relasi dengan para pebisnis. Diberi tema malam keakraban, suasana pesta terasa hangat dan penuh semangat. Pesta itu diselenggarakan di Cafe Tarsius, yang terletak di puncak sebuah hotel bintang lima. Cahaya lampu hias yang lembut menciptakan atmosfer yang hangat dan mengundang. Dari jendela-jendela besar, tamu-tamu dapat menikmati pemandangan indah kota yang terang benderang di malam hari. Di ruang cafe yang luas, meja-meja bundar yang dihiasi dengan indah diatur rapi, menciptakan ruang yang nyaman untuk berbincang-bincang dan bersosialisasi. Musik yang lembut mengalun di latar belakang, menciptakan suasana santai namun meriah. Di sebuah meja di pojok ruangan, lima orang pria dengan penampilan eksklusif duduk bersama. Mereka adalah para CEO muda penerus perusahaan lima keluarga kuat dan kaya raya di kota itu. Terlihat dari senyuman mereka yang lebar dan obrolan ceria, mereka benar-benar menikmati pesta malam itu. "Ini adalah tempat yang sempurna untuk merayakan kesuksesan dan menjalin hubungan bisnis baru." Ujar salah satu dari mereka. "Saya tidak sabar untuk melihat apa yang malam ini akan bawa bagi kita semua. Tuan pesta pasti punya sesuatu yang istimewa untuk para tamunya." Balas temannya. Dibalas oleh salah satu rekannya dengan antusias, "Betul sekali. Pesta ini memberi kesempatan untuk bertukar pikiran dan pengalaman dengan para pemimpin bisnis lainnya." "Ayo kita nikmati malam ini dengan sebaik-baiknya! Siapa tahu diakhir pesta nanti kita mendapatkan klien baru atau malah tawaran kerja sama." Pungkas seorang pria yang terlihat paling muda dari mereka semua. Mereka lalu mengangkat gelas mereka, mengumbar senyum cerah, siap untuk menikmati malam yang penuh kesenangan dan harapan akan keberhasilan. "Apakah kamu berencana menggaet salah satu wanita paling menarik malam ini?" Seorang pria bertanya pada rekannya yang sejak tadi hanya diam sambil memutar-mutar gelas anggurnya dengan ekspresi bosan. Pria yang ditanya terkekeh. Saat itu matanya sedang tertuju pada seorang wanita yang tampil mencolok dengan dress merah maroon. Sejak datang ke pesta, mata wanita itu terus mencuri-curi pandang padanya. Rowan mengetahui siapa wanita itu. Seorang pendatang baru di dunia bisnis. Baru pulang dari luar negeri dan menggantikan ayahnya yang baru saja meninggal. Wanita itu kini memimpin perusahaan dan mulai menjejakkan kakinya dalam arena bisnis konstruksi yang didominasi oleh kaum pria. Gelagatnya membuat sang pria dengan mudah mengidentifikasi calon mangsa potensial. Pria itu tersenyum licik, mengetahui bahwa dia bisa menggunakan situasi ini untuk keuntungannya. Dengan gerakan yang santai, dia memutuskan untuk memancing temannya untuk bertaruh, yakin bahwa dia memiliki keunggulan dalam permainan ini. " Aku yakin aku bisa mendekati wanita itu dalam waktu kurang dari setengah jam. Bagaimana kalau kita membuat taruhan, Bro? " Tanyanya sambil tersenyum misterius. Temannya menanggapi, "Serius? Kamu sangat percaya diri, ya?" Pria tersenyum. "Tentu saja. Apakah kamu berani bertaruh?" Temannya mengerutkan dahi sebentar sebelum menjawab. "Hmm, melihat kamu begitu yakin, sebenarnya aku agak tidak yakin. Tapi aku tertarik untuk melihat apakah kamu bisa membuktikan ucapanmu atau tidak. Jadi aku terima tantanganmu!" Pria itu tertawa senang. "Baiklah, mari kita buat taruhannya. Apa yang kamu tawarkan?" "Bagaimana kalau mobilmu jika kamu kalah?" "Deal! Tapi jika aku menang, aku akan mengambil kursi eksekutifmu di konferensi bisnis minggu depan." "Diterima. Ayo, lihat apa yang bisa kamu lakukan." Ujar rekan si pria, menjadi lebih bersemangat. Rekan-rekan mereka yang mengelilingi meja itu mendukung taruhan mereka dengan antusias, menambahkan semangat dalam suasana. Salah satu dari mereka dengan bersemangat mengajak bersulang, menandai dimulainya pertaruhan yang akan menjadi sorotan malam itu. "Ayo, kita sambut taruhan mereka! Ini akan menjadi malam yang menarik!" Teman yang bersemangat mengangguk, "Saya setuju! Untuk kesuksesan taruhan kalian!" Percakapan itu diikuti oleh tepukan tangan dan gelas yang bersentuhan, menandakan dimulainya pertarungan antara kedua pria itu. Pria itu tertawa dalam hati, menyadari bahwa dia memiliki keunggulan tanpa harus berusaha terlalu keras. Sementara teman-temannya masih sibuk membicarakan taruhan, dia sudah merasa yakin akan keberhasilannya. Wanita yang menjadi targetnya telah diam-diam memperhatikan dirinya sejak awal kedatangannya, memberinya kepercayaan diri yang lebih besar. Pria itu menunjukkan rasa puas dan percaya diri atas situasi yang dia alami. “Kalian lihat saja, bagaimana kemampuanku yang semakin berkembang ini,” Ujar si pria sambil dengan percaya diri yang memancar. Pria itu bangkit dari tempat duduknya dan melangkah ke arah meja wanita yang bergaun merah maroon. Dalam waktu singkat, dia terlibat dalam percakapan yang semakin menarik dengan wanita tersebut. Tak sampai sepuluh menit berlalu, pria itu kembali ke tempat teman-temannya, diiringi oleh wanita yang menggandeng lengannya dengan erat. Rekan-rekannya terpana, terutama temannya yang menjadi lawan taruhannya. Pria itu berkata sambil tersenyum cerah, "Maaf, kami pulang lebih dulu." Ucapan itu disertai dengan senyuman penuh kemenangan. Teman-temannya memandang dengan takjub dan kagum, melihat keberhasilan teman mereka dalam memikat wanita yang ditargetkan. Sementara teman yang menjadi lawan taruhan, dia terdiam sejenak, mencerna kekalahan yang baru saja dia alami. "Wow, dia benar-benar hebat!" "Gila, aku tidak menyangka dia bisa begitu cepat memikatnya." "Haha, kau kalah taruhan, ya? Tidak apa-apa, dia memang punya kemampuan yang luar biasa dalam hal itu." Teman yang menjadi lawan taruhan tetap diam, dengan ekspresi campuran antara kekaguman dan kekecewaan. Pria yang sedang berjalan keluar bersama wanita dengan dandanan mencolok itu masih sempat mendengar komentar teman-temannya. Senyum bangganya semakin lebar. Sungguh dia merasa puas akan dirinya sendiri. Pria itu adalah Rowan Marthin, CEO muda berusia awal tiga puluhan dari Faster Corporation, memancarkan aura kekuasaan dan ketampanan yang luar biasa. Dikenal dengan julukan CEO Casanova, dia memiliki reputasi sebagai sosok yang dingin dan berkuasa, tetapi tak terelakkan daya tariknya terhadap wanita. Postur tubuhnya yang tinggi dan gagah, ditambah dengan senyuman samar yang kadang muncul di bibirnya, membuatnya sulit diabaikan di antara kerumunan. Mata hitamnya yang setajam mata elang seringkali memancarkan aura dingin dan berkuasa, menambah sentuhan misteri pada penampilan Rowan Marthin. Hal itu membuatnya terlihat semakin menarik di mata banyak wanita. Sementara sifatnya yang tenang dan berwibawa membuatnya terlihat sebagai sosok yang sulit didekati, juga menambah daya tariknya. Wanita memang umumnya gampang tertarik pada sosok yang sulit dipahami dan sulit ditaklukkan seperti dirinya. Walaupun dijuluki CEO Casanova, kecakapan dan kesuksesannya dalam dunia bisnis tidak pernah terlupakan, membuatnya menjadi salah satu tokoh paling dihormati dalam lingkup bisnis kota tersebut. Salah satu yang selalu diingat orang adalah pencapaiannya yang luar biasa, yang dicapai hanya dalam waktu tiga tahun kepemimpinannya di Faster Corporation, perusahaan milik keluarganya. Tidak bisa dipungkiri, Rowan Marthin memang adalah sosok yang memikat, dan Monica Liuw, CEO Delta Contractors, tidak terkecuali. Sejak menangkap kehadiran Rowan Martihin, dia sudah sangat terpikat padanya. dan begitu masuk di dalam lift, Monica menempelkan tubuhnya seperti perangko pada Rowan Marthin, tanpa ragu menunjukkan ketertarikannya. "Ayo kita ke kamarku." Bisik Monica dengan nada menggoda. Monica sangat bersemangat. Begitu mereka masuk ke dalam kamar, tangannya dengan cepat mulai merayapi Rowan, menunjukkan betapa agresifnya hasratnya. Rowan hanya berdiri tegak, menunggu apa yang akan dilakukan oleh wanita yang terlihat sangat bernafsu ini. “Aku akan tunjukkan kalau aku bisa membuka baju kita berdua dengan cepat.” Bisik Monica dengan gaya sensual. Dia adalah wanita dewasa berusia menjelang tiga puluh tahun dan sangat berpengalaman dalam mengejar apa yang dia inginkan. Rowan mengeraskan rahang melihat wanita itu menurunkan tali kecil gaunnya dari kedua lengannya dan perlahan gaun merah maroon itu meluncur turun, melewati pinggulnya. Monica tersenyum, memperlihatkan aset tubuhnya yang membuat setiap lelaki yang melihatnya tidak akan bisa menahan diri. Sementara Rowan tidak bicara dan tidak juga bergerak. Dia hanya berdiri di tempatnya, mulai merasakan lecutan gair4h. Melihat cara Rowan menatapnya, wanita itu tersenyum senang. Hatinya melambung melihat pria yang digilai banyak wanita itu menatap tubuhnya seperti itu. Dia pun melepas semua kain yang menutupi area-area spesialnya. Rowan menatapnya dengan tatapan menilai. Dia menemukan bahwa wanita ini sudah terbiasa menyenangkan para pria. Tentu saja, dia adalah wanita dewasa, bukan gadis muda yang belum memiliki banyak pengalaman. Seketika perasaan Rowan menjadi hambar. Dia lebih tertarik pada wanita yang masih memiliki sisa kepolosan dalam dirinya. Namun Rowan ingin menikmati kemenangannya kali ini. Jadi dia membiarkan saja ketika wanita itu mulai menanggalkan satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya. Awalnya gerakannya perlahan-lahan, namun kemudian menjadi tidak sabar dan menarik pakaiannya dengan sedikit kasar. Wajah wanita itu memerah karena gair4h. “Biarkan aku merasakan dirimu. Please, Rowan..” Kata Monica dengan napas terengah, tangannya terus berkutat dengan pakaian Rowan. Sedikit frustrasi. Rowan tersenyum samar. Keahliannya menyiksa wanita pasangan mainnya seperti ini. Dia sangat menikmati, melihat gair4h memenuhi mata mereka dan menjadi gila karena mendambakan tubuhnya. Rowan belum melakukan gerakan apapun, hingga upaya Monica akhirnya hanya menyisakan kain pelindung terakhir di tubuhnya. Rowan menahan tangan wanita itu sambil memandang sepanjang tubuhnya, berpindah ke wajahnya yang mabuk gair4h, matanya yang nanar setengah terpejam. Senyum samar Rowan semakin jelas. Ini adalah bukti dirinya tidak asal saja dijuluki CEO Casanova di luar sana. “Rowan, please, jangan siksa aku lebih lama lagi. Aku menginginkanmu.” Bisik wanita itu dengan suara bergetar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN