Tetet terdiam ketika disodorkan bolpoin untuk menandatangani dokumen pernikahan yang disiapkan bagi mereka. Dia merasa tak layak melakukannya. Melihatnya Elly semakin kecewa. “Mengapa, Tet? Kamu tetap tak mau menikahi gue? Sebegitu bencinya lo sama gue? Apa salah gue?” tanya Elly dengan airmata merebak di pelupuk matanya. Tetet menggeleng frustasi. “Bukan begitu. Hanya saja ... aku tak mau menghancurkan kehidupanmu dengan melakukan ini, Elly.” Akhirnya Tetet mulai terbuka. Airmata Elly membuatnya tak tahan, dia harus menjelaskan alasannya menolak wanitanya. “Justru sikap keras kepala lo yang menyakitkan gue, Tet!” Tetet menghela napas panjang, dia menyadari hal itu. Tapi ..., “Lebih baik kamu terluka s

