Malaikat Penolong

907 Kata
Ziona tersentak kaget saat pria yang tidak dikenalnya langsung menghajar pria mabuk tadi, setelah tidak ada perlawanan, pria itu langsung menghubungi kantor polisi yang memang berada tidak jauh dari lokasi kejadian. Kejadian itu berlangsung sangat cepat di depan mata Ziona, membuat gadis itu takjub karena pria penolong tadi sama sekali tidak terlihat kesulitan untuk melumpuhkan pria mabuk itu. Apakah karena yang dihadapinya adalah pria mabuk? Atau karena pria itu jago berkelahi? Entahlah! Ziona tidak tau, dan tidak mau cari tau juga, takut dikira kepo! “Hei, kamu nggak apa kan?” tanya pria itu, yang dijawab oleh gelengan Ziona. “Nggak apa kok. Thanks udah nolongin saya,” ucap Ziona sambil meringis kecil, merasa nyeri akibat tamparan pria mabuk tadi. Tamparan yang membuatnya shock seketika. Serius, baru kali ini Ziona ditampar, tidak heran kalau dirinya sempat terdiam shock! “Dia sempat berbuat kasar sama kamu?” “Well, untungnya hanya satu kali tamparan. Tidak lebih dari itu,” balas Ziona, mencoba bersikap santai. Tapi jujur, Ziona sangat bersyukur karena pemabuk tadi tidak sempat melakukan hal yang lebih mengerikan! Andai penolongnya tidak segera muncul, Ziona yakin kalau dirinya sedang menangis meraung-raung sekarang! Pria tadi baru ingin merespon saat terdengar suara tegas di belakangnya. “Selamat malam, kami mendapat laporan tentang tindak kekerasan.” “Iya betul, saya yang melaporkan hal itu. Ada pria mabuk yang mencoba melukai gadis ini. Kebetulan saya baru pulang kerja dan mendengar teriakan gadis ini,” lapor pria tersebut dengan nada tegas membuat setitik rasa kagum muncul di hati Ziona. Kagum karena bukan hanya tampan, tapi pria itu juga bersikap bagaikan seorang pria sejati! Bagaimanapun juga pria itu sudah menjadi pahlawan alias malaikat penolong baginya malam ini, tidak heran kalau Ziona merasa kagum kan? Jika pria ini tidak muncul, Ziona tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi padanya! Memikirkannya saja sudah membuat Ziona bergidik ngeri! Setelah selesai memberi kesaksian, kedua polisi itu membawa pria mabuk yang sedang tidak sadarkan diri akibat pukulan dan juga alkohol yang dikonsumsinya. “Terima kasih. Jika kami memerlukan kesaksian lebih lanjut, tim kami akan menghubungi anda,” ucap sang polisi dan pamit sambil menyeret pria mabuk tadi. Ziona mendesah lega karena penolongnya mengambil alih tugasnya untuk memberi penjelasan pada polisi karena jantung Ziona masih berdebar takut! Noah Linford, pria yang menolong Ziona menatap gadis itu dengan kening berkerut. “Well, sepertinya kita harus segera obati lukamu. Jika tidak, pipi kamu bisa bengkak,” ucap Noah yang melihat pipi kiri Ziona yang memerah cukup jelas meski malam telah larut. Ziona menyentuh pipi kirinya dan meringis pelan, membenarkan dalam hati. Ziona bahkan cukup yakin kalau pipinya sudah mulai membengkak meski belum parah. “Hmm, kamu benar. Saya akan mampir ke apotek setelah ini. Sekali lagi terima kasih karena sudah menolong saya,” ucap Ziona, masih tampak sungkan. Noah mengibaskan tangannya dengan santai. “Tidak perlu bicara seformal itu padaku. Santai saja, lagipula sepertinya usia kita tidak beda jauh,” ucap Noah. Ziona berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk, menyetujui. Tidak ada salahnya menambah teman kan? Apalagi Ziona yakin kalau pria di hadapannya ini adalah pria baik. “Oke. By the way, boleh aku tau nama kamu? Setidaknya aku harus tau nama pria yang sudah menolongku malam ini kan?” tanya Ziona, sedikit ragu. Namun keraguannya memudar saat pria itu mengangguk, bahkan menyunggingkan senyum bersahabat. “Sure! Aku Noah Linford. Panggil saja Noah. Dan apa aku juga boleh tau nama kamu?” Ziona tersenyum sambil mengulurkan tangan. “Aku Ziona Lavanya. Panggil saja Ziona atau Zizi.” “Nice name.” “Thanks, kalau begitu aku pulang dulu. Bye!” ucap Ziona sambil melambaikan tangan, namun Ziona baru saja melangkah saat Noah kembali bersuara. “Aku akan menemanimu ke apotek,” putus Noah membuat Ziona berbalik kaget hingga tidak sanggup merespon, mengira telinganya salah dengar. Bukannya apa, pria itu berkenan menolongnya saja Ziona sudah merasa bersyukur, sekarang malah menawarkan diri untuk menemaninya ke apotek? Tidak salah? Bagaimana mungkin di zaman sekarang masih ada pria sebaik ini? Mungkinkah malam ini adalah malam keberuntungan Ziona karena bisa bertemu dengan Noah? “Apa kamu keberatan?” tanya Noah saat tidak mendengar persetujuan dari Ziona, apalagi gadis itu hanya menatapnya tanpa berkata apapun! “Tidak bukan begitu, hanya saja ini sudah malam. Aku tidak ingin merepotkanmu lagi,” jelas Ziona, tidak ingin Noah salah paham pada keterdiamannya. “Justru karena sudah malam makanya aku khawatir dan menawarkan diri untuk menemanimu. Seorang gadis tidak boleh berkeliaran sendiri tanpa penjagaan apalagi di tempat sesepi ini. Bagi pria mungkin tidak masalah, tapi bagi wanita, bisa jadi masalah besar. Aku tidak ingin kamu mengalami hal seperti barusan, okay?” Penjelasan panjang lebar Noah membuat hati Ziona berdesir. Jujur saja alasan yang dilontarkan Noah memang masuk akal. Malam sudah cukup larut, ditambah lagi jalanan yang mereka lewati terlihat sepi, maka pelan tapi pasti, gadis itu mengangguk, menyetujui tawaran Noah yang ingin menemaninya. Meski karena hal itu juga Ziona harus berusaha keras untuk menekan rasa gugupnya. Entah kenapa alasan Noah terdengar begitu gentle di telinganya membuat Ziona tersipu malu tanpa sebab, bagaikan seorang remaja yang sedang bersama dengan gebetannya. Astaga! Bagaimana mungkin pikiran Ziona bisa melantur seperti ini?! Padahal mereka baru pertama kali bertemu! Bahkan belum sampai 30 menit! “Baiklah, kalau begitu terima kasih karena sudah bersedia menemaniku,” balas Ziona sambil tersenyum manis, membuat Noah terdiam sesaat, baru menyadari kalau gadis di hadapannya memiliki daya tarik yang membuatnya betah berlama-lama menatapnya. Dan sejak malam itu, tanpa sadar hubungan mereka pun dimulai…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN