Kini, Ziona memandang ragu pada pintu kokoh di hadapannya. Pintu ruang kerja Noah. Ziona tidak melihat keberadaan Mark, entah dimana asisten pribadi bossnya itu. Padahal biasanya Mark selalu siaga di meja kerjanya! Setia menunggu perintah dari Noah!
Ziona berdeham, memantapkan hati. Tidak ingin mundur lagi. Ziona sadar kalau sikapnya kurang baik tadi pagi, jadi lebih baik meminta maaf daripada didera rasa bersalah terus menerus kan? Ziona sadar tidak seharusnya bersikap ketus pada pria yang sudah mengkhawatirkannya. Apalagi Noah juga yang membawa Ziona ke rumah sakit dan menemaninya semalaman!
Jika tidak meminta maaf, bukankah Ziona seperti orang yang tidak tau terima kasih?
Dengan pemikiran itu, Ziona mengetuk pintu ruang kerja Noah.
“Masuk!”
Suara Noah yang tegas membuat hati Ziona kian berdebar. Noah mengangkat alis saat melihat Ziona berdiri dengan canggung di hadapannya, bahkan gadis itu terlihat meremas kedua tangannya, tanda kalau rasa gugup sedang melanda hatinya.
“Ada apa?”
“Hmm… saya ingin minta maaf atas sikap saya tadi pagi. Tidak seharusnya saya bersikap seperti itu. Saya sadar kalau anda hanya khawatir, jadi…”
“Tidak perlu minta maaf. Aku memang bukan siapa-siapa bagimu, jadi wajar kamu merasa tidak nyaman jika aku bersikap seperti tadi,” sela Noah tajam.
“Bukan begitu, Noah, aku…”
“Noah?” ulang Noah, cukup heran karena biasanya Ziona selalu bersikap formal padanya di kantor, kecuali saat berdebat tadi pagi, tapi kenapa kali ini malah memanggil namanya dengan akrab?
Ziona menggigit bibir, sadar sudah salah bicara. Noah bangkit dari kursinya dan mendekati gadis itu. Tindakan yang salah karena membuat Ziona kian gugup!
“Maaf, Mr. Linford, saya…”
Ziona tidak sempat menyelesaikan ucapannya saat tiba-tiba saja Noah meraih pinggangnya dan menariknya dengan satu sentakan kuat, membuat tubuh mereka menempel erat. Rapat. Hingga tidak ada jarak yang tersisa. Bahkan saking rapatnya tubuh mereka, Noah bisa merasakan debaran jantung Ziona!
“Mr. Linford, saya…”
“Kenapa kamu kembali memanggilku Mr. Linford? Bukankah kamu sudah mengubah cara panggilanmu padaku? Dan aku lebih suka kamu memanggilku Noah. Itu membuatku teringat pada masa lalu. Masa dimana kamu dan aku memiliki hubungan yang jauh lebih dekat, bukan hanya sekedar boss dan sekretaris!” sela Noah, menatap Ziona dengan pandangan penuh arti.
Ucapan Noah membuat Ziona mendongak. Saat menatap mata Noah, dirinya hanya bisa tertegun, sadar kalau pria itu menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Pria itu tidak lagi terlihat kesal, tapi Ziona malah melihat gairah terpancar dari mata Noah! Astaga!
Ziona berusaha melepaskan diri, tapi sulit. Noah memeluk pinggangnya dengan erat membuat Ziona tidak bisa bergerak, apalagi melarikan diri! Mustahil!
“Tolong lepas. Aku tidak ingin orang lain salah sangka. Aku…”
Noah memegang dagu Ziona, membuat gadis itu berhenti berkata-kata.
“Lepas? Tidak, aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi!”
Itulah kalimat terakhir yang Noah ucapkan sebelum pria itu melumat bibir Ziona dengan penuh kerinduan dan yang pasti dengan penuh gairah! Selama ini Noah selalu menahan diri jika berdekatan dengan Ziona, tapi kini Noah tidak ingin menahannya lagi.
Rasa rindunya sudah memuncak, menuntut untuk dilampiaskan secepat mungkin. Dan sekarang adalah saat yang tepat!
Ziona terdiam kaget. Ciuman Noah terasa begitu menuntut. Ini adalah kedua kalinya Noah menciumnya seperti ini. Ziona berusaha menghindar, tidak ingin tergoda, tapi percuma karena Noah sama sekali tidak melepasnya! Bahkan ciuman Noah terasa semakin intens membuat Ziona terbuai dan lupa kalau tidak seharusnya mereka melakukan hal itu!
Di kantor! Di ruangan Noah pula!
Pelan tapi pasti Ziona membalas ciuman Noah. Pria itu tersenyum tipis saat Ziona membalas ciumannya. Dengan ganas Noah memojokkan Ziona ke tembok, tidak ingin wanita itu mendadak berubah pikiran dan lari menjauh!
Ciuman mereka semakin memanas di setiap detiknya, seolah sedang menyalurkan kerinduan yang selama bertahun-tahun ini terpendam tanpa kata!
Namun ciuman mereka harus terhenti saat seseorang menerobos masuk. Mark.
“Boss, saya sudah…”
Kaget, Ziona bergegas mendorong Noah. Tangannya dengan cepat merapikan kemeja kerjanya yang sedikit berantakan karena sejak tadi bukan hanya bibir Noah yang menjelajah, tapi tangannya juga! Damn! Ziona tidak menyangka kalau Mark akan menemukannya dalam kondisi memalukan seperti ini. Dan semua ini terjadi karena Noah!
Sedangkan Noah hanya bisa mendengus frustasi, kesal karena Mark datang di saat yang tidak tepat! Mengganggu kesenangannya saja! Padahal Noah sedang menumpahkan kerinduan pada Ziona! Tidak heran kalau Noah langsung memandang asisten pribadinya itu dengan tatapan setajam laser yang bisa melibas habis siapapun!
“Sorry, Boss, saya tidak tau kalau anda sedang sibuk dengan nona Ziona,” ucap Mark, merasa bersalah sekaligus girang. Senang ternyata tebakannya memang akurat!
Bossnya yang sedingin es di kutub utara itu akhirnya mulai mencair! Siapa yang menyangka kalau boss yang selama ini selalu bekerja seperti mesin yang terlihat tidak berminat pada wanita manapun kini justru terlihat ganas saat mencium Ziona?
“Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?” tanya Noah gusar.
“Saya sudah mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban dan karena anda bilang perlu dokumen ini secepatnya jadi saya langsung masuk,” elak Mark, mengungkap kebenaran. Tidak ingin disalahkan.
Jawaban Mark membuat Ziona semakin malu, ternyata mereka terlalu terbuai hingga ketukan pintu Mark pun tidak terdengar! Astaga!
“Lebih baik saya kembali ke ruang kerja saya, lagipula saya sudah menyampaikan apa yang ingin saya katakan. Permisi,” sela Ziona dan langsung melesat keluar ruangan, tidak memiliki muka untuk menghadapi Mark. Ziona malu!
Ya Tuhan, apa yang harus dilakukannya setelah ini jika bertemu dengan Mark?! Pria itu pasti akan menggodanya habis-habisan! Atau yang lebih parah, Mark mungkin akan menganggap Ziona sengaja menggoda Noah. Bisa saja kan? Ya Tuhan, memikirkannya saja sudah membuat Ziona langsung pusing!
Noah menyugar rambutnya dengan frustasi. Kesal karena kegiatannya barusan tidak bisa diselesaikan dan malah terganggu di tengah jalan!
“Maafkan saya, Boss,” ucap Mark sebelum kena omelan lebih lanjut.
Trauma. Sudah sejak pagi Mark kena omel, jadi sekarang lebih baik minta maaf duluan!
“Sudahlah, letakkan saja dokumennya di atas meja. Dan ingat, apapun yang kamu lihat barusan, jangan pernah berani mengatakannya pada siapapun! Jika tidak, aku pasti akan membuat perhitungan denganmu!” ancam Noah yang dijawab anggukan tegas Mark.
Pria itu mengatupkan bibirnya rapat-rapat, tanda kalau rahasia Noah terjamin aman!
“Kamu pulanglah, tidak ada lagi yang bisa kamu kerjakan.”
“Apakah anda ingin melanjutkan kegiatan tadi dengan nona Ziona, Boss?” tanya Mark usil sambil mengedip genit, sengaja menggoda bossnya, membuat Noah mengerjap heran. Bagaimana mungkin asistennya menanyakan hal seperti itu padanya?
Noah ingin melanjutkannya atau tidak, Mark tidak perlu tau kan?
“Jangan banyak tanya atau ucapkan selamat tinggal pada gajimu bulan ini!” ancam Noah membuat Mark langsung bungkam dan meminta maaf sepenuh hati.
“Maaf, Boss! Saya janji tidak akan bertanya macam-macam atau mengganggu kegiatan anda lagi. Selamat bersenang-senang!” pamit Mark dan langsung ngacir secepat kilat!
Noah menggeleng pelan. Kelakuan Mark memang terkadang menyebalkan, tapi pria itu bisa diandalkan, tidak heran kalau Noah enggan mencari pengganti!
Noah mengambil jas dan ponselnya, kakinya melangkah tegas menuju basement, hendak mengambil mobil membuat Gerald, supir yang setia menunggunya sejak tadi hanya bisa mengernyit heran saat Noah meminta kunci mobil dan menyuruhnya pulang!
“Pulanglah, aku yang akan menyetir malam ini,” beritahu Noah saat kunci mobil sudah berada di tangannya.
“Tapi, Tuan…”
Gerald tidak sempat menyelesaikan ucapannya saat Noah sudah masuk ke dalam mobil dan melesat pergi membuat supirnya bingung! Bukannya apa, biasanya bossnya itu enggan berjibaku dengan kemacetan jalan raya, baik di Jakarta maupun Bali, tapi kenapa kali ini malah ingin menyetir sendiri? Aneh!
‘Sudahlah tidak perlu dipikirkan! Sekarang lebih baik pulang!’ batin Gerald.
Sedangkan Noah setia menunggu di depan lobby. Tidak lama kemudian Ziona muncul dengan wajah lelah. Pria itu bergegas turun dari mobil dan menghampiri gadis itu.
“Aku akan mengantarmu pulang.”
“Ahh, tidak perlu, saya bisa pulang sendiri.”
“Aku tidak menerima penolakan!” balas Noah sambil menggandeng tangan Ziona dan menarik gadis itu dengan lembut, memintanya masuk ke dalam mobil.
Meski canggung, tapi Ziona tidak membantah. Lebih tepatnya Ziona tidak ingin membuat keributan. Ziona sadar kalau Noah tidak bisa dibantah.
“Kita akan mampir makan malam dulu.”
“Tidak perlu, saya bisa makan di rumah.”
“Di rumah? Apa kamu sempat memasak?”
“Hanya masakan sederhana harusnya sempat.”
“Kamu pasti lelah setelah bekerja seharian, lebih baik makan diluar agar setibanya di rumah bisa langsung istirahat!”
“Tidak perlu, saya…”
“Ziona, kita sudah berada di luar kantor, tolong jangan bersikap seformal itu padaku!” sela Noah sedikit kesal. Bukannya apa, dengan Ziona bersikap formal, itu membuat Noah merasa jarak di antara mereka kembali menjauh! Noah tidak suka!
Lagipula bukankah mereka sudah memangkas jarak itu? Ciuman tadi membuktikan kalau Ziona juga masih memiliki perasaan padanya kan? Bisa dibilang mereka berdua masih memiliki perasaan yang sama! Jika tidak, Ziona tidak mungkin merespon ciumannya kan?
Ziona mengerang dalam hati. Tidak taukah Noah kalau Ziona justru sengaja bersikap formal untuk mengingatkan dirinya sendiri kalau status mereka berbeda jauh? Setidaknya dengan begitu membuat Ziona sadar dan tidak berharap akan hal yang tidak mungkin terjadi! Hah, tentu saja Noah tidak tau! Noah tidak akan pernah tau bagaimana dilema rakyat jelata sepertinya!
“Maaf, tapi aku tidak ingin makan diluar,” tolak Ziona, tidak ingin berduaan terlalu lama dengan Noah, takut kembali tergoda!
Noah mendesah. Tidak lagi memaksa.
“Baiklah, aku akan mengantarmu pulang.”
“Thanks!”
Noah paham kalau Ziona mungkin masih merasa canggung setelah ciuman tadi, jadi Noah tidak ingin terlalu mendesaknya, lagipula masih ada hari esok!
Namun betapa kesalnya Noah saat tiba di depan rumah Ziona dan melihat David berada di sana. Menunggu kepulangan Ziona dengan senyum lebar yang membuat Noah muak! Saat itu juga Noah sadar kalau dirinya memiliki saingan. Noah harus bergerak cepat atau David akan kembali merebut Ziona dari sisinya. Seperti dulu! Damn!