1. Patah Hati Andini

733 Kata
"Andin.. !" Suara cempreng yang memekakkan telinga, baru di pintu suaranya terdengar nyaring sekali. "Ada apa ?" aku mendongak begitu Anisa datang dan duduk disamping aku. Anisa ini adalah teman sekelas ku bisa dibilang kami sangat cukup dekat. Kami bertiga adalah sahabat dekat ada Aruna, Alya juga, tapi sayangnya hari ini dia tidak ke sekolah ada urusan keluarganya. Anisa kembali menatap Andini tanpa bicara "Kenapa sih Cha ?" "Ngomong dong jangan diam kayak patung gitu setelah manggil." "Andini, kamu masih suka sama kak Adit..?" Masih dong sampai napas terakhir ku mungkin dia masih menjadi pemenang dihatiku. "Ah lebay kamu An." "Haha.." aku nyengir "Tapi An, kamu udah berbagai cara lho untuk dapat perhatian kak Adit !." "Cha, kamu tahu nggak sejak pertama kita mulai sekolah di sini, dia itu sudah menarik perhatian aku. Aku suka sama senyumnya, ganteng, tinggi, pokoknya kriteria aku banget. Kak Adit adalah orang yang aku suka, aku nggak peduli apa kata orang lain tapi aku tetap sukanya sama kak Adit. Bucin akut banget aku" "Andini tidak tahu saja yang katanya cinta pertama yang dia banggakan ini akan membuat dia patah hati yang menyakitkan dalam hidupnya." "Auh, susah ngomong sama orang yang sedang jatuh cinta, aku tanya A pasti panjang sekali jawabnya yang diberikan. padahal banyak lho yang suka sama kamu An kenapa harus kak Adit lagi, kak Adit lagi sih An ubah dong arahnya jangan kak Adit mulu?" Hening "Jangan cinta melulu An sama dia ! hidup kita ini isinya bukan cinta-cintaan lho An." "Busyeet tumben banget tiba-tiba bijak." Andini terkekeh dengan ekspresi kesalnya Anisa. "Hm, gimana ya kalau urusan hati susah untuk dijelaskan. Ketika kamu terbangun dan kamu duduk diteras rumah mu sendiri, dan mencium aroma tanah sehabis hujan, kemudian berkata betapa indahnya pagi ini, itu sudah termasuk cinta lho Cha" "Terserahlah aku kehabisan kata ngomong sama kamu An.." "Cha, pokoknya aku hari ini harus ngomong sama kak Adit tentang perasaan ku untuknya." "Kamu gila An.. ?" sambil menatap ke wajah ku dengan sorotan mata yang tajam yang bisa-bisa keluar tuh bola mata Anisa melotot ke arah ku. "Tepatnya tergila-gila sama kak Adit" Aku tersenyum ke arah Anisa. "Astaga Min aku benar-benar speechless" "Do'ain aja semoga aku berhasil, aku agak- agak nekat sih aku pengen ungkapin yang udah lama terpendam didalam sini." Mina menunjukkan dadanya. "Udah numpuk semoga semesta berpihak kepada ku" "Selama ini aku cuma Cari perhatian level dewa, mengaguminya dari jauh, aku pengen ngebuktiin aja, apa ini benar-benar cinta atau obsesi saja aku sama Kak Adit !" "Kamu tahukan An resiko itu semua, kita bayangin aja resiko terburuknya kamu pasti akan patah hati dan pasti malu juga karena ditolak nantinya !." "Iya Cha aku paham kegundahan mu, kamu dan Aruna saksi perjalanan cinta aku untuk kak Adit." "Pokoknya aku do'ain dirimu mudah-mudahan kali ini kamu berhasil An. .... "Apa yang kamu bilang barusan cinta sama aku ?" "Bullshit.. Bersihin dulu ileran kamu sana. Aku muak tahu sama kamu bikin aku pusing setiap hari." "Sekali lagi aku bilangin : JANGAN GANGGU AKU LAGI ! Ucapan Aditya terdengar sungguh kejam dan dia hendak melangkah meninggalkan Mina di dekat pohon samping lapangan basket. Aku suka dan jatuh cinta sama kakak." Adit tidak peduli dengan pernyataan cinta monyet mu itu. "Oh ya satu lagi." Tiba-tiba Adit berhenti dan menoleh ke belakang lagi. "Aku ingatkan jangan sok-sokan manja dengan suara mu memangil ku. "Satu lagi aku bukan kakak kamu." Aditya mulai melangkah kembali meninggalkan Andini dalam kebekuan. "Kak Adit...! aku memanggilnya sekali lagi. suara Andini bergetar menahan tangisannya. Aditya berhenti dan menoleh kembali kebelakang. "Kamu sadar nggak yang kamu omongin itu An, "Hm, sepertinya kamu harus berhenti mulai dari sekarang sudah cukup ya sok perhatian kamu ke aku terus-menerus, aku nggak butuh perhatian dari Kamu setiap hari membuat aku muak dan jangan harap aku jatuh cinta sama kamu. Udah sana pulang jangan jadi cewek murahan." "Salah aku apa sih kak.?" "Stop, aku nggak suka sama kamu, aku nggak tertarik sama kamu." "Kak, kakak belum kenal aku lebih jauh lagi kak, please jangan pergi." Kak Adit langsung pergi begitu saja meninggalkan Andini dalam kebekuan setelah omongan pedesnya tersebut, sungguh katanya benar-benar menghujani hati ku dan seketika air mata ku mulai jatuh. Siang ini adalah saksi betapa hancur hatinya Andini. Dia benar-benar nggak tahu lagi harus bagaimana ternyata patah hati ini sangat menyiksanya, belum melangkah lebih jauh, di awal aja udah dipatahkan semangatnya. Tuhan apakah aku benar-benar tidak di izinkan untuk memilikinya...? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN