2. Masih Berharap

1071 Kata
Aku masih menggeleng tidak percaya ini terjadi kepadaku, aku kehabisan energi dan tiba-tiba lemes baru kali ini aku di tolak mentah-mentah. Aku Yang selama ini menolak cowok - cowok yang inginkan aku menjadi kekasihnya. Tapi tidak juga harus sesadis perkataan ku kepada mereka aku bisa menolak secara baik-baik tanpa harus meninggikan suaraku walaupun aku tidak suka sama mereka. Apa benar jatuh cinta membuat orang bisa sebodoh ini ! Sudah pukul dua siang aku baru nyampe dirumah. Aku menghela napas kembali entah berapa kali aku melakukannya hari ini terasa nyesek di hatiku ini. "Baru pulang Mina.?" Tanya Mama citra dengan lembut yang sedang nonton TV menoleh ke arahku yang baru masuk ke rumah. "Iya Ma, ada kegiatan tambahan di sekolah tadi, jadi telat nyampe rumahnya aku masuk kamar dulu ya Ma capek." "Ya udah jangan lupa habis sholat habis turun untuk makan ya Mina" Jujur saja aku belum terlalu dekat dengan Mama aku tetap masih sopan sama Mama. Mama Citra adalah ibu tiri ku, eh maksudnya aku yang belum mau dekat dengannya biarlah seperti ini masih ada jarak di antara kami berdua pokoknya aku belum bisa walaupun sudah bertahun-tahun ia menjadi istri Papa ku. "An kok malah melamun di tangga?" Aku menoleh ke arah mama lagi. "Aku sudah makan siang sama teman-teman aku tadi Maa." Aku menjawab bohong dan berlalu masuk kamar tanpa mendengar tanggapan mama lagi. Aku mandi dan kemudian shalat. Setelah itu aku menghempaskan badanku di atas kasur, kenapa capek sekali rasanya hari ini padahal aku tidak melakukan kegiatan yang berat, apakah patah hati ini membuat tubuh jadi ikut lelah juga ?. Aku menatap layar ponsel ku mungkin saja kak Adit minta maaf atas perkataannya kepada ku tadi siang disekolah. Ternyata tidak ada notifikasi sama sekali dari ponsel ku ini. Membuat aku kesel sendiri. 'Aaarggh..' Apa aku yang harus minta maaf tapi kan dia yang harusnya minta maaf kepada ku dia aja omongannya pedes menusuk ke relung hatiku. Aku jadi ngomel dan kesal sendiri dari tadi ini semua gara-gara kak Adit. Aku kembali meraih ponsel ku kemudian aku buka lagi galeri di hape yang sengaja aku simpan di folder khusus untuk foto kak Adit aku candid secara sembunyi-sembunyi aku tersenyum sendiri melihatnya. Ini caranya aku mengobati rinduku sama kak Adit dengan menatap foto yang aku simpan di galeri ponselku ini. Sungguh ngenes banget nasib ku, mencintai seseorang tapi tidak dicintai balik. Setelah pulang dari sekolah tadi aku mengurung diri dikamar. Aku menguap berkali-kali lelah sekali hari ini aku memutuskan rebahan setelah melaksanakan kewajiban ku. Tiba-tiba ada ketukan pintu di luar kamar ku. "Mbak Andin di suruh turun sama Papa untuk makan malam cepetan ya mbak, Jangan dikamar terus." "Iya bentar." Kalau udah perintah papa aku tidak bisa menolak walaupun tadi rasanya sangat lapar sekali tapi sekarang rasa lapar ku tiba-tiba entah hilang kemana yang ada aku jadi malas untuk ngapa-ngapain. Ternyata perubahan mood ku hari ini ternyata terdeteksi oleh papa. Aku benar tak banyak bicara cuma mengangguk kemudian tersenyum saat diajak bicara. Aku lebih fokus sama makanan didepan ku yang aku aduk-aduk. Makanan yang sudah aku suap pun sulit untuk aku telan. Semeyedih itukan perasaan patah hati. "Kok makannya sedikit sayang ? jangan coba-coba lho untuk diet papa tidak suka." Papa menatap ke arah ku. "Hah, nggak kok Pa ini udah makan banyak nggak ada di dalam kamusku acara diet Pa." Aku nyengir ke arah Papa. "Emang lagi kenyang aja Pa tadi makan sama temen-temen di sekolah." Aku kembali berbohong lagi sama papa benar kata orang kalau kita berbohong sekali akan jadi keterusan, ini tidak untuk dicontoh. "Mbak An udah oke kok, malah cantik sama body seperti ini." Alesya menjawab. "Ah masa iya, malah cantik kan Alesya dari pada mbaknya. Dia adalah Alesya adek aku yang masih berusia 11 tahun ini aku tersenyum kearahnya. Disaat Alesya mau menjawab lagi di potong oleh mama Citra "Aak.." "Udah-udah kedua anak mama cantik semua, ayo lanjutin lagi makan nya." Kami berdua saling menoleh dan sama-sama tersenyum. "Hari Senin ini tanggal merahkan ? kita pergi jalan-jalan ya hari Sabtu sorenya kita on the way." Tiba-tiba papa mendadak memberikan ide. "Wah keren, Horee.. ! Jalan-jalan kemana kita Pa..?" Alesya dengan gembira menyuarakan hatinya. "Kali ini yang dekat dulu ya kita jalan-jalan ke Bandung." Aku menautkan alis ku menatap ke arah Papa, tumben arah Ke Bandung apa Papa ngizinin aku kuliah di Bandung atau sekalian mau survey. aku bermonolog sendiri. "Mbak, malah melamun mbak ikutkan ke Bandung nggak nih ? kalau nggak ada mbak, aku juga nggak mau ikut Pa. Aku nggak mau jadi obat nyamuk Papa sama Mama sedang pacaran." "Eeh siapa yang ngajarin ngomong seperti itu." Mama Citra menjawab ucapan Alesya. Papa yang melihat reaksi Alesya hanya tersenyum dan mengacak rambut Alesya lalu mencubit hidungnya. Aku ikut tersenyum melihat bercengkerama mereka. Sudahlah inilah takdir hidupku yang harus aku jalani, aku hanya perlu mengikuti jalur yang sudah di tentukan Tuhan sisanya biar berjalan apa adanya. "Mbak An kok malah Melamun ?" sambil mengipas tangannya ke muka ku "Gimana mbak, jadikan kita pergi ?" "Hm, oke, mari kita jalan-jalan" "Horee.. horee.. jalan-jalan kita" Setelah bercengkrama dengan orang tua dan adikku, aku memutuskan untuk kembali ke kamar aku menuju ke arah meja belajar ku kemudian aku raih ponsel ku yang tergeletak di meja belajar tersebut. Huh.. Aku menghembuskan napas lagi, ternyata tidak ada notifikasi apapun dari kak Adit. Yang ada malah pesan wa dari yang lain, orang yang tidak aku harapkan sama sekali. .... "Mas, kok aku lihat dari tadi siang Andini pulang sekolah dia terlihat murung, seperti nggak semangat gitu tiba-tiba Andini langsung masuk kamar kemudian nggak keluar lagi, Alesya juga mencoba memanggil mau ngajak main nggak di tanggapi kirain Mbaknya capek dan tidur Alesya cuma nonton sendiri dibawah tadi." "Aku takut untuk bertanya Mas, sepertinya ada yang Andini sembunyikan. Apa ada yang jahatin dia di sekolah Mas? Mama Citra menjeda ucapannya "Aku mohon coba ditanyain ya Mas ?" "Aku khawatir sama Andin, dia nggak biasa bersikap seperti ini !" "Hm, Mas juga lihat tadi perubahan di saat di meja makan, makanya Mas mengajak kalian buat jalan-jalan untuk melihat reaksi Andini tadi, sepertinya ada yang menggangu pikirannya." "Pokoknya Mas coba tanyakan ya Mas, aku juga cari momen yang pas buat ngobrol sama Andin." "Iya." "Sayang aku pengen jatah ku sampai pagi lagi ya." "Iish Mas tengah malam tadi kan sudah dikasih jatahnya malah sampai pagi juga." "Mau lagi sayang" "Tapi kali ini nggak sampai pagi Mas" "Lihat nanti" Papa Nanda tersenyum kearah mama Citra ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN