3. Tidak Sesuai Harapanku

1004 Kata
Hari ini Andini berangkat sekolah pagi-pagi dengan motor maticnya dia tidak mau terlambat dan kena macet dijalan. Rutinitas setiap berangkat kesekolahan selalu dilakukan dengan pamitan sama Papa dan Mama Citra seperti biasa salaman dan kecupan selalu ada setiap kita mau berpergian. "Hati-hati ya sayang jangan ngebut-ngebut." "Ok Paa." Andini pergi sekolah dengan perasaan tidak menentu dia berharap apa yang terjadi kemarin merupakan suatu kesalahan dan kak Adit minta maaf sama Anin. Itu doa yang Anin Panjatkan sejak semalaman Sejak dari rumah tadi Anin merapatkan doa agar kak Adit tidak seperti yang dia bayangkan dipikirannya. Semoga kak Adit tidak menjauhi dan tidak cuekin aku. Amiin.. Setelah perjalanan dari Kebayoran menuju SMA nya Anindia akhirnya sampai diparkiran, dia melangkah menuju ke kelasnya. Terlihat kak Adit juga berjalan kearah kelasnya dan Andin tidak dilirik sama sekali oleh kak Adit di saat berpapasan di parkiran tadi seolah aku tidak ada di sana. "Astaga An kamu benar-benar ditolak sama kak Adit wah speechless gue Spek Bidadari seperti Lo ini di tolak Wah matanya rabun kali dia, sok ganteng banget tuh Do'i nggak tahu apa Andin ini banyak yang ngantri yang mau pacaran sama dia." Aruna berkomentar setelah aku cerita sama mereka berdua ada Anisa juga. Tentunya aku tidak sembarang menceritakan semua omongan aku sama kak Adit kemarin aku menyaring kata-kata yang mana yang harus aku ceritakan sama mereka yang pasti tidak aku ceritakan soal sadisnya mulut kak Adit mencaci-maki aku kemarin cukup aku simpan aja sendiri ini sudah nasib aku. Aruna kembali menghela napasnya "An sebaiknya Lo stop deh seperti ini gue kasihan lho sama Lo An, kita Udah sering liat pemandangan mengenaskan seperti ini bukan cuma sekali bahkan berkali-kali An." "Coba Lo flashback kembali, perhatian Lo untuknya nggak pernah tuh di tanggapi, bahkan pemberian hadiah dari Lo pun berakhir di tong sampah sama Kak Adit." "Dan gue tidak suka teman-temannya kak Adit berkomentar lucu-lucuan untuk menghina Lo An. Please ya, udahan mengemis cinta sama dia banyak kok yang suka sama Lo, jangan kak Adit terus coba deh lirik kiri -kanan dan buka hati Lo untuk yang lain." "Maaf aku Nggak bisa kayaknya, aku masih suka sama kak Adit, aku masih punya tenaga untuk merebut hati selalu, mungkin cara aku kemarin salah terlalu menggebu-gebu membuatnya ilfil. "Ampun An Auh aku benar tidak bisa berkata-kata lagi deh..! ". Ucap Aruna dengan kesal dan kasian bersamaan kepada ku. "Haha.. " Aku ketawa melihat kekhawatiran teman-teman ku kepada ku. "Kalian tenang aja, kalau kak Adit belum punya pacar aku akan gaskan mengejar dia terus kalau dia udah ada gandengan sepertinya harus dipikirkan untuk mundur semoga aku bisa ya." "Terserah deh An gue kehabisan kata bicara sama Lo An." Aku tersenyum ke arah Anisa dan Aruna yang tiba-tiba cemberut. .... Terdengar bel tanda pergantian jam pun berbunyi dan pergantian jam IPA lagi bersama ibuk Maya. Hari ini buk Maya mengajak kami belajar di taman sekolah mengamati pergerakan pada tumbuhan. "Kenapa kamu tiba-tiba jadi semangat belajar di luar An ?" komentar Anisa sambil berjalan menuju taman sekolah yang akan melewati lapangan bola Basket nanti. "Lumayan bisa cuci mata lihat kak Adit pas pelajaran Olahraga nanti." "Astaga Anin, bucin akut ditambah overdosis banget !." Aruna tepuk jidat, dia kehabisan kata hanya itu yang bisa dia ucapkan. "An..!" tiba-tiba ada yang memanggil ku seseorang lelaki satu kelas dengan ku membuat langkah ku terhenti. Ah dia lagi. "Iya Frans, Ada apa ? " Aku tentunya tidak suka aku takut Kak Adit melihatnya dia bakalan tambah kesel nanti rencana aku bisa gagal tapi Papa tidak pernah mengajarkan kami untuk bersikap tidak sopan sama orang lain, ini Frans kok tiba-tiba nyamperin aku sih. Huh, aku kembali gerutu di dalam hati ku. "Lo kelompok sama siapa nanti pas observasi ?" Caper banget nggak sih, jelas-jelas ibuk Maya udah sebutin nama-nama kelompok masing-masing tadi, tapi masih aja nanya. Ucapan itu cuma tertahan di tenggorokan ku. "Oh, aku sekelompok sama Dwina, Dodi, dan Aruna." "Ya udah kita kesana yuk..! semua udah ada di sana." Aku cepat-cepat menyudahi percakapan ini, takut kak Adit akan melihat aku ngobrol dengan Frans. Aku berjalan sambil melirik ke arah lapangan basket teman-teman ku Udah jalan duluan tadi begitu juga Frans aku tadi pura-pura mengikat tali sepatu ku agar Frans tidak berjalan beriringan dengan ku. Please An kali ini kamu harus mendengar ucapan Aruna jangan mempermalukan dirimu sendiri di tempat orang ramai lagi. Aku berbicara sama diri ku sendiri dengan pelan, Aku berjalan lagi sendiri duh kok jadi grogi sih nyaliku tiba-tiba menciut begitu saja lewat di depan Cogan yang lagi berkumpul. "Eeh ada Andini, mau kemana ?" temannya kak Adit menyapa ku dia adalah Kak Rangga dia sahabat dekat kak Adit yang paling sopan dan baik. Langkah ku terhenti, dan tersenyum ke arah kak Rangga "Ada kelas observasi di taman kak." Jawab ku. Tumben An nggak mampir di kelas hari ini ? teman kak Adit yang satunya lagi mulai menyerang ku berbagai pertanyaan dia lontarkan kepada ku, si mulut ember yang mulai bereaksi. "Hehe nggak dulu hari ini kak." aku menjawab sopan. "Masih kecil aja udah ganjen banget, malah ngobrol lagi disini sama cowok caper banget sih !" terdengar suara cewek, aku nggak tahu namanya siapa dia udah pasti sekelas sama Kak Adit. Aku menguatkan diri sendiri jangan ditanggapi An anggap aja angin lalu. "Duluan kak.." aku tetap tampilkan senyum manis ku sama temen kak Adit tersebut. "Iya An.." "Eh, hati-hati di jalannya ya An awas kesandung kerikil tajam di jalan. Haha.." Ucap teman Kak Adit lagi disana. Aku cuma tersenyum dan mulai melangkah. Aku melirik lagi ke arah kak Adit, Terlihat kak Adit ngobrol sama teman-temannya tentu saja mengudang tawa mungkin teman-temannya membicarakan aku lagi. Terlihat kak Adit tidak beraksi sama sekali bahkan melirik kearah ku pun tidak ada. Huuh Papa, sakit banget hatiku dicuekin lagi. Aku membatin lagi dan terus melangkah menuju ke tempat observasi dengan perasaan kacau. Malam tadi aja aku masih menangis diam-diam, apakah aku masih kuat atau sudah waktunya untuk menyerah ? Namun hati kecil ini berbisik lagi bahwa aku mampu melewatinya dan berharap ada kabar baik menungguku di ujung sana. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN