Bab 22. Tawar Menawar Perasaan

1038 Kata

biasa saja, mengabaikan tentang jatah mantan, hanya karena tidak melibatkan perasaan. Konyol, semua ini sungguh konyol. "Aku tungguin di luar, ya?" Pak Aksara berlalu dari hadapanku. Meninggalkan aku di kamar sendirian. Aku tahu, itu dilakukan karena aku masih tidak nyaman dengan keberadaannya, selain karena sudah mengetahui alasannya menikahiku. Baiklah, saatnya untuk menata ulang hidupku lagi, meskipun tidak akan sama seperti dulu. Setelah selesai ganti pakaian yang kemarin aku kenakan saat datang ke sini, aku menyusul pak Aksara di ruangan tamu. Ternyata selain kakek nenek pak Aksara, di sana ada pak Ambara juga. Cukup pagi sebenarnya bagiku, tapi ternyata orang kaya bahkan lebih disiplin soal waktu itu terbukti benar. Orang-orang ini sudah siap dengan segala aktivitasnya. "Kal

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN