Bab 3
Panti asuhan adalah salah satu tempat yang baik untuk membuat rasa syukur kita kian bertambah . melihat anak-anak kurang beruntung yang bahkan tidak diinginkan oleh orang tuanya sendiri. Dengan semua kesakitan itu, mereka masih bisa tertawa seakan apa yang mereka alami tidak ada apa-apanya. Mereka justru lebih kuat dari anak yang memiliki keluarga utuh . masih tetap bersyukur dengan takdir yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Melihat mereka tetap tertawa lepas tanpa beban membuat sean merasa tertampar, disaat dirinya masih memiliki kedua orang tua walaupun tanpa kasih sayang yang selalu sean harapkan , tapi sean masih punya kesempatan untuk melihat mereka, masih punya kesempatan berbakti dan membahagiakan orang tuanya walau orang tuanya tidak menginginkannya. Sean juga hidup dengan kekayaan. Dia juga masih memiliki bibi yang memberinya kasih sayang tanpa batas. Dibanding dengan nasib anak di panti dia jelas jauh lebih beruntung, lalu pantaskah sean mengeluh pada Tuhan untuk satu derita tapi punya banyak hal yang harus disyukuri.
Sean duduk termenung sambil memandang anak-anak panti yang tengah bermain , tanpa disadari seseorang menghampirinya .
“pak sean” sapa wanita paruh baya selaku ibu panti
“oh…iya bu”
“terima kasih pak untuk semua yang telah bapak lakukan untuk kami, saya tidak tau bagaimana panti ini bisa bertahan tanpa bantuan pak sean dan pak arya”
“panggil sean saja bu, saya disini justru sangat senang memberikan sedikit bantuan untuk anak-anak”
“semoga Allah membalas kebaikan nak sean, kami hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan nak sean sekeluarga”
Sean mengangguk dan mengamini doa bu ramlah dalam hati , lalu mengalirlah obrolan ringan seputar panti . setelah acara selesai para donator dan tamu yang diundang telah pulang setelah mencicipi hidangan . hanya sean yang memang tinggal untuk melihat keadaan panti yang memang tidak pernah ia kunjungi . namun tanpa sengaja pandangannya berhenti pada wanita yang duduk bersila di atas rumput dengan seorang anak kecil di pangkuannya .
Dari pengamatannya wanita itu menceritakan sesuatu ke anak-anak yang mengelilinginya. Melihat senyum wanita itu entah mengapa membuatnya enggan untuk berpaling . tanpa sean sadari dirinya telah memandang wanita itu cukup lama , hingga melupakan orang disampingnya yang juga sedari tadi mengamati gerak geriknya.
“dia khanza…Khanza az Zahra” ujar bu ramlah yang juga ikut memandang khanza
“astgfirullah… maaf bu saya jadi…ehm saya tidak bermaksud kurang ajar, maaf bu” sean begitu malu karna tertangkap basah memandang anak gadis orang.
Bu ramlah justru tertawa melihat sean yang gelagapan”tidak papa nak sean. Ibu sudah sering menghadapi situasi seperti ini. Bukan hanya nak sean , para donator dan juga anak muda yang sering datang memberi bantuan juga kadang salah focus” gurau bu ramlah mencoba mencairkan suasana
“apa dia juga relawan, atau tamu undangan , atau dia pengurus panti ?”
Sean mencecar bu ramlah dengan pertanyaan hingga membuat bu ramlah terkekeh , barulah sean menyadari jika dia sudah terlalu kepo dengan urusan orang lain.
“eh…maaf bu, saya hanya penasaran karna sejak acara dimulai saya tidak pernah melihatnya” kilahnya kikuk
bu ramlah mengangguk mengerti “dia juga anak panti disini nak, bantu ibu mengurus anak-anak yang lain” bu ramlah kembali memandang khanza, namun rautnya telah berubah sendu. Sean pun memilih diam karna tau bu ramlah masih ingin melanjutkan .
“khanza itu cantik baik rupa dan hatinya, itulah mengapa banyak donator muda mengajak khanza merajut kasih, bahkan ada beberapa yang melamar dan tidak peduli dengan latar belakang khanza. Tapi khanza selalu saja menolak dengan alasan dia belum ingin meninggalkan ibu, dan adik-adiknya masih membutuhkan-nya. Padahal ibu justru sangat ingin melihat khanza menikah punya kehidupan sendiri dan Bahagia”
Sean terlihat khusyuk mendengar cerita bu ramlah, sama sekali tidak berniat untuk menyela. Melihat wajah bu ramlah yang begitu sendu memandang sosok khanza yang saat ini tengah tertawa lepas Bersama anak-anak di dekatnya, membuat sean menyimpulkan kalau kehidupan wanita cantik itu juga tidak baik-baik saja.
“khanza sejak kapan tinggal di panti bu”
Bu ramlah menoleh ke sean “saya menemukan khanza saat usia-nya 7 tahun di taman kota. Tepatnya di bawah pohon anak itu duduk meringkuk sambil menangis ketakutan . tanpa berpikir dua kali ibu menghampirinya dan memeriksa keadaan-nya . tapi belum sempat saya menanyakan sesuatu padanya , anak malang itu sudah tidak sadarkan diri. Khanza hanya sempat berucap tolong ke ibu”
Sean menyodorkan sapu tangan-nya ke bu ramlah saat melihat bu ramlah tengah menangis, wanita paruh baya itu pun menerima dengan senang hati setelah berucap terima kasih . bu ramlah pun kembali melanjutkan kisah khanza setelah merasa lebih baik
“kata dokter dia tipes, mungkin dua hari belum makan, ditambah banyak luka belum mengering di tubuhnya yang sedikit infeksi. Ibu memang sempat melihat luka di tubuh khanza yang ternyata luka cambuk”
Kini bu ramlah sudah tidak mampu menahan isakannya di hadapan sean, sean yang melihatnya pun merasa bersalah dan tidak tau harus melakukan apa.
“bu maafkan saya, saya tidak bermaksud membuat ibu membuka luka lama yang mungkin berusaha ibu lupakan” ujar sean bersalah sembari mengusap bahu bu ramlah
Bu ramlah menggeleng “tidak papa nak, itu keinginan ibu sendiri. Ibu tidak tau kenapa merasa, menceritakan masa lalu khanza ke nak sean adalah sebuah keharusan”
Sean bergeming tidak tau ingin mengatakan apa, tapi hatinya merasa tersanjung mungkin.!? Disaat dirinya masih sibuk dengan perdebatan dalam dirinya, sean dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba memberi salam dan menghampirinya lebih tepatnya bu ramlah
“waalaikum salam nak, apa semuanya sudah beres”
Bu ramlah berhasil menyadarkan sean dari keterpanaannya, dan segera membalas salam khanza dengan lirih. Dalam hati tak hentinya beristigfar karna sudah seperti remaja tanggung yang kesem sem melihat wanita cantik. Bagaimana tidak gagal focus, kalau saat melihat khanza dari jauh saja sean sudah kehilangan orientasi hidup, apalagi secara dekat auto say god bey kewarasan !?.
“alhamdulillah bu, semuanya sudah selesai . adik-adik juga ikut membantu jadi cepat beres”
“syukurlah nak, kalau begitu kamu duduk dulu ibu mau kenalin kamu dengan anak pak arya. Beliau berhalangan hadir makanya digantikan oleh nak sean” terang bu ramlah
Sean berusaha keras terlihat santai saat menyadari khanza sudah ada dihadapannya, dan hanya di batasi dengan 1 meja bundar. karna terlalu sibuk menenangkan hatinya, dia tidak menyadari terlalu cepat menyodorkan tangannya bermaksud ingin berkenalan. Spontan khanza mengatupkan ke dua tangan-nya sebagai ganti jabat tangan membuat sean makin mati gaya dan salah tingkah.
Namun semua rasa malunya lebur hanya karna sebuah tawa lirih khanza, apalagi mendengar suara khanza mengenalkan dirinya. Duh adem hati abang !?
“cantik” tanpa sadar sean melontarkan isi hatinya, walaupun lirih jelas khanza bisa mendengarnya terbukti dengan semburat merah di kedua pipi-nya. Beda dengan bu ramlah yang tertawa geli melihat pasangan muda itu . sean pun menyadari kebodohan-nya dan merutuki dirinya yang los control .
“eh maksud saya , saya sean . Muhammad seana aryamadi”
Mereka duduk kikuk, sedangkan bu ramlah hanya geleng geleng. Semua anak panti tau jika bu ramlah adalah ibu yang pengertian, terbukti dengan ia yang langsung berdiri membuat sean dan khanza kompak memandangnya dengan raut yang sama. Takut ditinggal berdua
“zaa kamu temenin nak sean sebentar yaa… ibu mau nyiapin adik-adik kamu untuk salat ashar”
Khanza yang tau jika ucapan bu ramlah adalah mutlak adanya, mau tidak mau dia mengangguk mengiyakan . khanza pun yakin jika itu hanya alasan saja, lagian ini bukan yang pertama kali, jadi khanza sudah bisa menebak niat terselubung dari sang bunda.
Sean yang sudah mulai jengah karna keheningan diantara mereka, memberanikan diri membuka percakapan . kenapa disaat begini istilah ladies first tidak berlaku , gerutu sean dalam hati.
“ehem…maaf tadi saya tidak melihatmu waktu acara, saya kira kamu tamu yang terlambat hehe”
Khanza tertawa pelan bukan karna gurauan sean , tapi karna usaha sean yang ingin mencairkan suasana.
“tadi ada anak yang sakit, gak mau ditinggal jadi saya menungguinya sampai tidur”
Sean pun terlihat terkejut “terus sekarang bagaimana , apa perlu ke rumah sakit ?”
“tidak perlu pak, demamnya dari kemarin . alhamdulillah sudah turun, tadinya memang agak rewel tapi sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik bahkan sudah bisa keluar kamar ya walau masih lemas sih”
Sean pun dapat bernafas lega, dia benar khawatir tanpa dibuat-buat, mendengar orang sakit dia memang begitu sensitive. Tidak ingin orang mengalami hal seperti dirinya yang dulu, saat sakit tidak ada yang peduli.
“oh iya…jangan panggil pak dong, sean saja . saya kedengaran-nya tua banget”
Khanza menggeleng kikuk “maaf… gak sopan kalau Cuma panggil nama pak , eh.!? maksud saya ehm…” khanza bingung memanggil sean, karna panggilannya takut membuat sean tersinggung, akhirnya dia memilih menunduk malu.
“mas, panggil aku mas sean, dan kita gak usah terlalu formal” modusnya yang lancar jaya
Rasa-rasanya melihat wajah malu-malu khanza membuat sean ingin khilaf . eh !? maksudnya meng- khitbah. Duh gini nih kalau urusan-nya soal khanza suka belibet deh ngomongnya .
“baik mas sean” cicit khanza mengundang senyum puas sean
Obrolan mereka terhenti karna kedatangan bocah yang menangis kejer menghampiri khanza yang sudah terlihat panik ,
“mama…huwaa…hiks hiks”
Sean yang mendengarnya pun melotot tak percaya, jika anak-anak lain memanggil khanza dengan sebutan kaka. Kenapa hanya bocah ini yang memanggilnya mama. Apakah ada yang terlewatkan dari cerita bu ramlah tadi. Sean sibuk bermonolog dalam hatinya sembari memperhatikan interaksi ke duanya.
“mama hiks… ka nisa tidak mau beliin fatur es krim huwaa… !?” adunya
Dengan segera khanza mengangkat fatur ke pangkuannya“sayang…hey lihat mama nak”
Fatur pun mendongak dengan wajah sembabnya yang demi Allah begitu menggemaskan, alih-alih khawatir khanza justru tertawa dan menghadiahi fatur kecupan di seluruh wajahnya.
”fatur kan lagi sakit nak… makanya kaka nisa gak beli es krim, emangnya fatur mau kayak semalam susah nafas-nya, trus suaranya kayak kodok . ntr diketawaain kaka nisa loh”
Melihat bagaimana khanza menyayangi anaknya membuat sean tersentuh, entah mengapa hatinya bergetar namun bukan getaran grogi seperti saat pertama melihat khanza, tapi getaran yang membuatnya tidak peduli dengan bagaimana latar belakang khanza, asal usulnya. Bahkan tentang anak yang sedang dalam pangkuannya itu. Yang hatinya mau hanya satu , yaitu Menikah .
“oh Allah dia kah jawaban dari doa ku , dengan melihatnya seakan surga sejengkal dihadapanku”
Sean masih memandang ibu dan anak itu tanpa berkedip , hanya senyum-nya yang makin lama makin merekah. Wajahnya pun berseri-seri , seakan beban hidupnya selama ini terangkat . kegelisahannya pun lenyap tak bersisa. Hanya dengan memandang wanita ini. Dialah khanza az-zahra.
“gak mau mama..” jawabnya lirih setelah diam meresapi ucapan sang mama
“nah gitu dong… sekarang cukup makan biscuit ya , insyaAllah kalau anak mama sudah sehat mama beliin es criem kesukaannya fatur” bujuk khanza
Fathur mengangguk semangat “makasih maa, fathur sayang mama” mata sayu fatur berbinar mendengar janji khanza , tanpa khanza duga fathur menangkup wajahnya dengan tangan mungilnya untuk menghadiahi khanza kecupan di kedua pipi-nya . sean dan khanza pun tertawa, membuat fathur baru menyadari kehadiran sean.
“dia siapa maa” bisiknya pada khanza namun masih bisa di dengar oleh sean
Khanza terkekeh sembari melepaskan belitan lengan fathur di lehernya”makanya fathur kenalan yah . ini om sean , yuk salim dulu” khanza membalikkan tubuh gempal fathur agar bisa berhadapan langsung dengan sean.
“halo jagoan, bagaimana keadaannya masih ada yang sakit gak ?”
Fathur hanya menggelengkan kepala-nya lalu kembali berbalik kehadapan khanza memeluknya erat. Sean pun mengerti jika fathur mungkin masih takut dengan orang baru.
“kalau ada apa-apa jangan sungkan mengabariku, karna aku benar-benar senang kalau bisa membantu.” Pinta sean sungguh-sungguh
“terima kasih mas tawaran-nya , jika kami perlu pasti kami kabari.”
Tidak terasa waktu salat ashar sudah tiba membuat bu ramlah kembali menghampiri sean dan khanza .
“zaa kamu siapin fatur gih , adik-adik sudah siap tinggal nunggu kamu”
Khanza pun mengangguk dan segera menuju kamar setelah berpamitan pada sean. Bu ramlah kini beralih ke sean “mari nak sean kita salat berjamaah” ajak bu ramlah ramah
“baik bu”
Karna sean yang lebih tua dari anak-anak , maka dia pun yang dipersilahkan menjadi imam. Dengan senang hati sean maju ke depan. Sedangkan di saf perempuan , khanza yang melihat sean yang menjadi imam membuat hatinya menghangat . namun setelah tersadar sedang memandang pria yang bukan mahramnya, khanza segera mengusap dadanya seraya beristigfar dan berbisik dalam hati “ya Allah lindungilah hatiku”