good night

1075 Kata
Drystan diam saja ketika tawaran itu meluncur manis dari bibir Edward. Ia bisa saja langsung mengatakan iya dengan keyakinan seratus persen. Tetapi ketika mengingat latar belakangnya dan latar belakang Edward sendiri, pikiran Drystan kembali mendua. Ada banyak konsekuensi jika terlalu berhubungan dengan pihak yang merupakan anomalinya. “Drystan?” “Huh?” Edward tidak bisa menahan tarikan pada sudut bibirnya. “Kau tidak punya pilihan, Drystan. Berjalan sendirian dengan bayang-bayang bodyguard keluargamu atau kepolisian tampaknya bukan sesuatu yang baik.” Drystan melirik Edward tajam. “Kau mengancamku, huh?” “Tidak kok. Tapi aku yakin kau sadar bahwa apa yang kukatakan memang benar.” Ya. Drystan mengakui kalau apa yang dikatakan Edward memang benar, tapi ia hanya mengakuinya dalam hati. Drystan memejamkan matanya sebentar, sadar bahwa memang tidak banyak pilihan dalam jalan hidupnya. “Oke, aku akan bersamamu.” Edward tersenyum lebar. “Keputusan yang bagus Drystan! Kita akan—“ “Kau harus berjanji melindungiku dari kepolisian mau pun kakakku.” Edward mengangguk. “Aku berjanji, tenang saja.” Drystan tidak tahu apakah keputusannya ini benar, tapi ia tidak memiliki pilihan dalam situasi seperti ini. Tidak ada salahnya mengambil kesempatan yang ada. Ia juga menimbang-nimbang sisi mana yang—setidaknya—bisa meringankan hidupnya. Drystan hanya berharap Edward Hoover benar-benar memegang janjinya. Ѡ Darren mengusap wajahnya kasar, ia baru saja pulang dari beberapa urusan bersama Aaron ketika bawahannya melapor tentang pelarian Drystan. Tiga orang penjaga yang menemani Drystan di taman belakang pada akhirnya mati karena terlalu lama dibiarkan seperti itu. Darren benar-benar tidak menyangka jika adiknya akan melakukan hal sejauh itu hanya untuk keluar dari markas besar. Darren rasanya bisa stress berkepanjangan menghadapi adiknya. “Bagaimana dia bisa keluar dari gerbang yang semuanya kualiri listrik bertegangan tinggi?” “Pintu di taman belakang, sepertinya dia melihatnya.” Darren mengutuk dirinya sendiri yang ceroboh dengan membawa Drystan berkeliling. Diam-diam, ia merutuk pada dirinya sendiri dengan fakta bahwa ia sama saja cerobohnya dengan sang adik. “Drystan pasti bersama detektif itu.” Ujar Aaron. Darren menghela napas. “Aku tahu, lagipula dia tidak mungkin menginjakkan kakinya ke rumah yang kuberikan di Upper East Street.” “Kita jemput?” Darren menggeleng. “Biarkan saja.” “Tapi—“ “Biarkan dia belajar, bahwa tindakannya yang ceroboh itu akan merugikannya. Memang tidak sekarang, tapi biarkan dia menikmati kebebasannya terlebih dahulu. Tidak akan lama sampai Drystan akan mengerti, bahwa berdekatan dengan detektif itu adalah keputusan terburuk.” “Kau yakin membiarkannya begitu saja bersama detektif itu? Bagaimana jika pria bernama Edward Hoover itu mengorek informasi tentang organisasi kita dari Drystan? Bocah itu begitu serampangan sampai gampang sekali bertindak ceroboh.” Darren mengangguk. “Awasi Drystan, tapi jangan lakukan apapun selama tidak ada hal yang bermasalah antara dirinya dan detektif itu.” Aaron mengangguk. Darren mengurut pangkal hidungnya. Ia tidak mengira mengurus satu saudara sedarah akan sebegini merepotkannya. Ia sama sekali tidak akrab dengan Drystan. Bahkan hubungan mereka sama sekali tidak bisa disebut sebagai saudara. Mereka hidup terpisan sejak kecil dan hanya bertemu sesekali, sudah jelas tidak akan ada ikatan batin antar saudara di antara mereka. Darren tidak bisa mengatakan bahwa ia menyayangi Drystan, tapi ia juga tidak membenci adiknya itu. Lagipula, Drystan adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki, atau mungkin mereka berdua hanya saling memiliki satu sama lain. Itu pun jika Drystan masih menganggapnya. “Drystan menginginkan informasi tentang pria yang kita bunuh di Red Hand beberapa waktu lalu. Sepertinya, ia sadar jika pria itu ada hubungannya dengan kasus pembunuhan anak-anak kecil yang belakangan meresahkan warga.” Darren menatap Aaron dengan pandangan bertanya. “Drystan hanya bertindak sebagai eksekutor hari itu, bagaimana mungkin dia tahu?” Aaron mengangkat bahu. “Bisa jadi detektif itu memberinya beberapa informasi tentang kasus yang ada. Dan Drystan sebenarnya tidak sesederhana itu, dia selalu mengamati korban-korbannya meski tugasnya hanya sebagai eksekutor. Pasti, ada sesuatu dari pria itu yang membuat Drystan bisa menarik kesimpulan kaitan seluruh peristiwa ini.” Darren tidak bisa untuk tidak merasa bingung dengan semua ini. “Kenapa detektif itu begitu mudah membagikan informasi tindakan kriminal kepada seorang kriminal?” Aaron menggeleng. “Sepertinya, hubungan Drystan dengan detektif itu jauh lebih dekat daripada yang kita kira.” Ѡ Drystan mendengus menatap tubuh bongsor Edward yang tergeletak begitu saja di sofa ruang tamu. Jas yang selalu ia kenakan tersampir berantakan di meja. Ia tertidur seperti orang mati, dengan lengan kanan menjadi bantalan dan lengan kiri mendarat di perutnya. Usai perjanjian mereka tadi, Edward tidak mengatakan apa-apa lagi dan segera merebahkan diri untuk tidur. Drystan bertanya-tanya mengapa pria itu malah tidur di sofa ruang tamu dan bukannya di kamarnya. Drystan menatap sekeliling. Tidak banyak yang berubah dari terakhir kali ia menginjakkan kaki di rumah minimalis ini. Ia mengernyit begitu melihat kondisi rumah Edward jauh lebih berantakan daripada terakhir kali. Apa pekerjaannya begitu menekan hingga dia sama sekali tidak sempat membersihkan rumah yang lebih pantas disebut seperti tempat sampah? Didukung oleh rasa risih serta sedikit balas budi karena Edward memperbolehkannya tinggal, Drystan memunguti beberapa pakaian yang tercecer dan mengumpulkannya pada keranjang pakaian untuk kemudian ia masukkan ke dalam mesin cuci. Drystan membersihkan dan merapihkan apa yang mampu dan bisa ia lakukan. Hanya kamar Edward saja yang tidak ia jamah karena, meski Drystan itu orangnya serampangan, ia tetap menghargai privasi orang. Hampir dua jam ia berkutat dengan sesi beres-beres rumah orang yang akan ia tinggali. Ia melakukan itu juga untuk dirinya sendiri. Drystan tidak betah dengan tempat yang berantakan apalagi kotor. Jadi untuk ketenangan jiwanya sendiri, sedikit bebersih rasanya tidak akan rugi. Drystan mendaratkan bokongnya pada sofa di seberang Edward. “Masih tidur juga.” Gumamnya pelan. Ia kemudian ikut merebahkan dirinya. Kedua bola matanya memandangi langit-langit rumah yang polos, seolah tengah berpikir apakah keputusannya memang benar? Drystan sadar dirinya sangat impulsif dan gampang terpengaruh oleh kemungkinan baik sesaat. Ketika ia merasa nyaman dengan posisinya, kantuk menyerang dan membuatnya terlelap. Edward terbangun setengah jam kemudian, memandangi kondiri rumahnya yang lebih manusiawi dan seonggok tubuh manusia yang meringkuk di sofa rumahnya. “Benar, aku lupa jika sekarang aku tinggal dengannya, dan dia membersihkan rumahku huh?” tanyanya pada diri sendiri. Didorong oleh rasa kemanusiaan atau lebih tepatnya tidak tega, Edward mengangkat tubuh Drystan—yang anehnya—cukup ringan untuknya. Ia meletakkan pemuda itu pada kamar sebelah yang biasanya digunakan oleh adiknya ketika berkunjung. Edward menyibak rambut Drystan yang menutupi dahi hingga ke matanya. Tarikan napasnya benar-benar normal, dan tampaknya ia sama sekali tidak terganggu ketika dipindahkan. Edward tersenyum tipis. “Good night.” Ѡ
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN