Jika Drystan berusaha mengidentifikasi bagaimana dirinya, maka ia akan dengan senang hati mengakui bahwa ia ceroboh dan mudah tergoda. Katakan saja, ia berkali-kali merepotkan organisasi kakaknya dengan berbagai kelakuannya yang berdasarkan impusif belaka dan tidak banyak pikir panjang. Drystan melakukan itu secara reflek, dan meyakini bahwa Darren tidak akan membiarkannya begitu saja. Yang paling ketara adalah bahwa dirinya bergaul dengan seorang detektif, yang mana orang itu harusnya menjadi anomali kehidupannya, menjadi sosok yang harus dihindari sebisa mungkin. Namun, lagi-lagi Drystan tetap pada kebiasaannya, begitu mudahnya ia tergoda dengan tawaran pria detektif tampan itu. Drystan bahkan tidak tahu apa yang bisa pria itu lakukan kedepannya. Seharusnya Drystan sadar diri, tetapi sepertinya ia terlalu malas melakukannya.
Drystan selalu melakukan sesuatu sebelum berpikir, dan sadar setelah beberapa menit. Kali ini, ia juga baru sadar jika dirinya sempat tergoda dengan kalimat manis si detektif. Pria itu berjanji melindunginya dan Drystan jujur saja merasa terlena.
“Drystan? Kau okay?” Edward menggerakkan telapak tangannya di hadapan wajah Drystan.
“Ah? Oh, yeah.” Drystan mengerjap, segera menemukan kembali kesadarannya.
Edward terkekeh. “Puas memandangi wajahku? Kau tahu, aku jadi berpikir kalau kau tertarik kepada pria-pria tampan…. Sepertiku contohnya.”
Drystan tidak bisa untuk tidak berjengit mendengar hal itu. Sebentar, ia memang tidak pernah mengidentifikasi mengenai ketertarikan seksualnya selama ini. Di saat pemuda-pemuda seusianya sudah berpengalaman dengan s*x dan semacamnya, Drystan masih perjaka dan bahkan tidak pernah berpikir mengenai hal itu. Ya, lagipula dia memang bukan pemuda pada umumnya. Untuk setiap pekerjaannya, dia bisa menggoda siapa saja; pria dan wanita. Terimakasih kepada wajah tampan campuran manisnya, ia bisa dengan mudah menarik atensi orang-orang di sekitarnya.
“Kau tahu, aku sempat berpikir bahwa sikap kalemmu itu menarik. Tapi, sepertinya kenarsisanmu menjadi poin negatif.” Sindir Drystan.
“Jadi sebelumnya kau berpikir kalau aku menarik? Woah, apakah karena itu kau terus-terusan kembali ke bar kecil itu meski kakakmu melarangnya? Mencoba peruntungan barangkali aku juga datang ke sana?”
Astaga, Drystan ingin sekali melempar tumpukan map di hadapannya kepada pria itu. “Berhenti membicarakan sesuatu yang tidak penting dan kembali ke masalah utama.”
Edward tidak bisa untuk tidak terbahak kencang. “Okay, okay. Reaksimu benar-benar menghibur, membuatku kelepasan menggodamu.”
Dan Drystan segera meraih salah satu bendelan dokumen di meja untuk memukul kepala Edward.
Setelah beberapa keributan itu, Drystan segera membereskan dokumen-dokumen yang bercecer karena ia gunakan untuk menghantam kepala Edward sementara pria yang ia hantam malah asyik terbahak sembari memegangi perutnya.
“Edward! Seriuslah!” seru Drystan kesal.
Edward berusaha keras meredam tawanya. “Iya iya, ahahaha…. Maafkan aku. Okay jadi kembali ke topik serius kita. Aku ingin mencoba metode baru dan kurasa ini akan ditentang oleh kepolisian, jadi aku akan merahasiakannya hanya untuk kita berdua sampai metode ini terbukti memberikan hasil untuk kulaporkan ke kepolisian.”
“Apa itu?”
Edward menarik seringai tipis. “Kau harus membantuku, Drystan. Dari semua catatan pembunuhan yang sudah dikumpulkan pihak kepolisian, ada satu pola yang membuatku memikirkan beberapa kemungkinan, tentang waktu di mana pembunuh itu akan melancarkan aksinya.”
“Pola? Aneh sekali. Jika mereka sampai meninggalkan pola seperti itu, mereka bukan kriminal yang perlu ditakuti.”
Edward mengangguk setuju. “Atau mereka memang sengaja meninggalkan pola itu untuk mengelabui pihak berwajib?”
“Huh?” Drystan melebarkan kelopak matanya. “Me-Mereka sengaja meninggalkan pola itu, karena itulah kau dan timmu sama sekali tidak mendapatkan apa-apa dari penyelidikan selama ini?”
“Bisa jadi. Maksudku, bukan berarti aku sombong, namun ini pertama kalinya aku begitu kesusahan mengungkap kejahatan yang jelas-jelas hanya di wilayah kecil. Aku sendiri masih tidak mengerti mengapa mereka memilih area ini dan hanya di area ini. Aku sudah menghubungi rekan-rekanku di seluruh Amerika dan sama sekali tidak ada kasus serupa. Mengapa? Mengapa mereka hanya menyerang satu wilayah kecil dan di wilayah orang-orang kaya yang jelas memiliki kemampuan untuk menyewa banyak detektif dengan reputasi cemerlang? Aneh bukan jika tujuan mereka hanya sekadar membunuh dan tidak ada tujuan lain di baliknya.”
Penjelasan itu cukup panjang, dan Drystan selama ini tidak begitu memikirkannya. Memang aneh mendapati pembunuhan dengan korban serupa hingga berkali-kali di area yang sama. Dari seluruh korban, seluruhnya memiliki kriteria yang sama.
“A-Aku sungguh tidak berpikir sejauh itu. Aku….”
“Kau pasti juga penasaran, karena itulah aku berniat menyelesaikan semua ini, hanya denganmu.”
“Kau yakin? sekali saja rekan-rekanmu tahu, tidak hanya aku yang akan repot, kau juga akan kehilangan nama baikmu.”
Edward terbahak, mengacak helai-helai pirang di kepala Drystan dengan gemas. “Tenang saja. Tidak akan ada yag kerepotan di antara kita. Aku sudah berjanji padamu, lagipula.”
Drystan hanya mengangguk dalam diam.
Ѡ
Di malam berikutnya ketika Edward dan Drystan telah selesai merancang seluruh taktik yang akan mereka coba, keduanya sudah berada pada salah satu rumah—yang kemungkinan akan dimasuki oleh salah satu pembunuh yang sedang dicari oleh kepolisian. Seperti yang diduga Edward, keputusannya untuk merahasiakan metode ini dan mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa ia masih mencari informasi lebih lanjut membuatnya semakin diragukan. Para orang tua yang memiliki anak-anak seumuran dengan para korban terus melayangkan protes kepada pihak kepolisan karena keresahan mereka, dan Edward semakin terpojok dan direndahkan bahkan oleh beberapa rekan kerjanya sendiri.
“Kau tahu, aku mulai berpikir kalau kau cukup gila.” Bisik Drystan. Keduanya berdiri di balik pohon besar dengan sudut yang tidak mendapatkan penerangan cukup.
Edward hanya tersenyum. Pria itu sudah menceritakan segala respon yang ia dapatkan dari kantornya, dan Drystan malah lebih khawatir daripada dirinya sendiri.
“Presentase keberhasilan cara ini, sembilan puluh lima persen. Ada lima persen kemungkinan kegagalan, tapi kurasa tidak akan berpengaruh jika bersamamu. Kau harus berusaha Drystan.”
Drystan mengangguk mantap. Segera Edward pergi ke titik yang sudah mereka rencanakan. Drystan menyelinap pada salah satu rumah, dengan banyak pengalamannya selama ini, menyelinap ke rumah salah satu orang biasa bukanlah perkara sulit. Edward sudah memperhitungkan segalanya, rumah itu adalah salah satu rumah seorang pasangan suami-istri dengan dua anak. Anak pertamanya telah berumur enam belas tahun dan dari informasi yang telah Edward dapatkan—dari menyadap tentu saja, anak itu akan keluar diam-diam malam ini meninggalkan adik laki-lakinya yang masih berumur enam tahun. Kedua orang tua mereka adalah pekerja kantoran dengan level menengah ke atas dan memiliki jadwal padat hingga tidak bisa pulang dan menugaskan anak pertamanya untuk menjaga sang adik.
Ketika Drystan berhasil masuk, bocah enam tahun itu tengah tertidur. Drystan bertugas mengawasinya, dan menjebak siapa pun orang asing yang masuk. Rencana berikutnya belum dipikirkan, yang jelas mereka berdua harus membawa salah satu antek-antek pembunuh yang ikut dalam kejahatan ini, maka dengan begitu mereka akan mendapatkan lebih banyak informasi dan rencana mereka akan berkembang sesuai situasi.
Segera Drystan mengirimkan pesan kepada Edward dan memastikan bahwa ia dan Edward telah berada pada posisi yang sudah mereka rencanakan. Jika mengikuti perhitungan pola yang dilakukan Edward, seharusnya hanya beberapa menit lagi seseorang akan datang.
Drystan merapat pada dinding di belakang lemari, menghitung dalam hati sembari kedua matanya awas memindai siapa saja yang kemungkinan akan masuk ke kamar anak itu. Drystan tidak boleh salah menyergap karena bisa saja yang datang adalah kakak dari anak kecil itu. Barangkali ia menyesal telah meninggalkan adiknya. Hal itu bisa jadi kemungkinan tak terduga dan patut untuk dipikirkan.
Satu… dua… tiga…
Suara derit pintu pelan terdengar, Drystan sudah dalam posisi waspada ketika kedua bola matanya menangkap siluet kaki seorang laki-laki. Drystan yakin jika itu bukan kakak dari bocah ini karena ciri-cirinya berbeda. Kamar anak itu temaram, hanya ada penerangan dari lampu tidur yang tak seberapa terang.
“Itu dia. Kali ini harus berhasil.” Bisiknya pada dirinya sendiri.
Ѡ