-happyreading-
"Kenawhy?,"
Aya mengernyitkan dahi heran atas pertanyaan Ririn. Kini mereka berdua sedang berada di OA cafe. Sejak pulang sekolah, Ririn mengajak Aya untuk ketemuan. Merasa bingung memutuskan tempat, jadilah mereka pergi ke OA cafe saja. Sekalian Aya ingin mengontrol keadaan cafe nya, ia sudah lama tidak datang kesana.
"Maksud lo?," tanya Aya heran
"Kenapa tadi lo ga sekolah?," tanya Ririn dengan tatapan mengimtidasi.
Aya memicingkan matanya "Kenapa lo bisa tau kalo gue ga sekolah? Kan kita ga satu sekolah kak," tanya Aya bingung.
Ririn menggeram kesal, bagaimana tidak? Sepupunya ini pikun atau gimana sih? "Dasar CCP!," ucap Ririn kesal.
Aya memiringkan kepalanya "CCP?,"
"Anjing, b**o! Lo t***l apa gimana sih Ya?" ucap Ririn yang sudah kesal karna Aya LoLa a.k.a Loading Lama.
"CANTIK-CANTIK PIKUN!,"
"Kalo lo lupa, gue kan udah pindah ke sekolah lo dan gue hari ini udah resmi jadi murid GALAXY.HIGH.SCHOOL, terus gue tadi nanyain lo sama Aldy, tapi dia sendiri juga ga tau lo dimana," jelasnya panjang lebar hanya dengan satu tarikan nafas.
Ririn memang lebih tua 3 tahun dari Aya, seharusnya ia sudah lulus sekolah. Namun karena Ririn pernah tidak naik kelas sekali, jadilah ia masih berada di kelas 12.
Aya hanya ber-Oh ria saja sebagai respon. Dasar sepupu lacknat, Pikir Ririn.
Tunggu! Tadi Ririn bilang dia bertemu dengan Aldy kan?
"Lo ga ngasih tau gue balapan kan Kak?," tanya Aya was-was.
"Ehmm, kalo itu gue gatau," balas Ririn sedikit gugup.
Aya memicingkan matanya "Lo?,".
"Iya dia udah tau, semalam gue post di snapgram," jawab Ririn menyengir.
"Mampus!,".
>~
Kini Aya, tengah berada di atas panggung. Ia hanya ingin bernyanyi karena merasa gabut. Ririn sediri sudah pergi dari cafe sejak 10 menit yang lalu. Aya mengambil gitar dan langsung duduk di kursi. Ia mulai memetik senar gitarnya dan menyanyikan lagu pelangi-hivi.
Ku ingin cinta hadir untuk selamanya
Bukan hanya lah untuk sementara
Menyapa dan hilang
Terbit tenggelam bagai pelangi
Yang indahnya hanya sesaat
Tuk ku lihat dia mewarnai hari
Tetaplah engkau di sini
Jangan datang lalu kau pergi
Jangan anggap hatiku
Jadi tempat persinggahanmu
Untuk cinta sesaat
Mengapa ku tak bisa jadi
Cinta yang tak akan pernah terganti
Cinta yang tak kan terjadi
Lalu mengapa kau masih di sini
Memperpanjang harapan
Tetaplah engkau di sini
Jangan datang lalu kau pergi
Jangan anggap hatiku
Jadi tempat persinggahanmu
Untuk cinta sesaat
Kau bagai kata yg terus melaju
Diluasnya ombak samudera biru
Namun sayangnya kau tak pilih aku
Jadi pelabuhanmu
Tetaplah engkau di sini
Jangan datang lalu kau pergi
Jangan anggap hatiku
Jadi tempat persinggahanmu
Bila tak ingin di sini
Jangan berlalu lalang lagi
Biarkanlah hatiku
Mencari cinta sejati
Wahai cintaku
Wahai cinta sesaat
>~cafe. Aya tersenyum dan meletakkan kembali gitarnya, lalu turun dari panggung. Aya sesekali tersenyum saat para pengunjung memujinya bahkan ada yang merekam video saat Aya bernyanyi tadi.
Belum sempat ia berjalan ke mejanya, Aya di kejutkan dengan seseorang yang mengelus puncak kepalanya dari belakang. Ia menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang berani berlaku seperti itu. Saat hendak membuka suara, Aya sedikit terkejut saat yang di lihatnya adalah Stephanie dan Reky, serta 2 orang yang tidak asing baginya. Lantas ia tersenyum dan langsung memeluk mamahnya.
"Wah, suara kamu bagus banget," ucap seorang wanita paruh baya sambil mengelus rambut Aya.
Aya tersenyum hangat "Makasih Tante," ucap Aya lembut
"Oh iya, kenalin ini sahabat Papah. Namanya Om Daffa dan Tante Dita," ucap Reky memperkenalkan 2 orang yang tidak asing bagi Aya.
Aya sedikit terhenyak saat Reky berbicara dengannya. Namun, ia harus tetap terlihat tenang karena sedang ada sahabat Papahnya di sini.
Aya membelalakan matanya tak percaya "Ma-maksud Papah, Pak Daffa Pratama? Pemilik sekolah?," tanya Aya kaget yang hanya di angguki oleh Mereka ber-empat.
"Berarti, Om eh Pak eh Om Papahnya Ara?," tanya Aya grogi, bukan grogi karena berbicara dengan pemilik sekolah, melainkan karena pesona Daffa yang tidak bisa di tolak.
Mereka semua terkekeh mendengar ucapan Aya "Iya, saya Ayahnya Ara. Kamu kenal Ara dan kenapa kamu tidak sekolah?," tanya Daffa dengan nada yang dingin, mampu membuat nyali Aya kicep.
Aya hanya nyegir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal " A-anu Om tadi pagi saya gaenak badan," ucap Aya jujur.
"Kamu sakit dek?," tanya Stephanie seraya memegang dahi Aya.
"Ya Allah dek! Kamu demam?," tanya Stephanie saat merasakan suhu tubuh Aya.
Aya hanya mengangguk pasrah, ia tidak bisa berbohong "Iya Mah," ucap Aya.
"Kalo kamu sakit, kamu pulang ke rumah, istirahat!," ucap Dita yang juga merasakan suhu tubuh Aya.
Aya hanya mengangguk "Yaudah, Aya pulang dulu ya Om, Tante, Mah, Pah" pamit Aya seraya mencium tangan mereka ber-empat, sesekali Aya melirik Reky yang hanya tersenyum tipis.
Daffa tersenyum tipis saat Aya mencium punggung tangannya "Kamu baik dan sopan, cocok sama anak saya," ucapnya yang diangguki oleh Dita.
Mendengar ucapan Daffa, Aya hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Setelah berpamitan, Aya langsung keluar dari cafe dan berjalan menuju ke parkiran untuk mengambil motornya. Sesampainya diparkiran, ia memakai helm dan menaiki motor maticnya. Ia segera menghidupkan motor itu lalu, mengendarainya untuk pulang ke rumah.
>~~handphone nya pun sudah low.
"Bang masih lama kaga?," tanya Aya sambil berjalan mendekati Bang Sapri yang sedang mengeluarkan sisi ban luar dengan serius.
"Mungkin setegah jam lagi selesai neng," jawab Bang Sapri sambil menyeka keringat yang menetes di pelipisnya.
"Yaudah deh Bang, Aya pulang aja. Nanti Bang Sapri anterin kerumah ya, btw berapa Bang?," tanya Aya sambil mengeluarkan 2 lembar uang merah.
"150 rebu neng,"
"Nih Bang, kembaliannya ambil aja buat ongkos ngantar nanti!," ucap Aya seraya menyodorkan 2 lembar uang merah kepada Bang Sapri.
"Wahhh, si eneng baik banget, makasih ya neng," ucap Bang Sapri yang menerima uang dari Aya.
Aya hanya mengangguk, tanpa menunggu lama, ia segera berjalan keluar dari bengkel menuju ke rumahnya.
Gadis itu berjalan menyusuri trotoar komplek perumahan menuju ke rumahnya. Sesekali ia meminum minumannya ketika rasa haus menghampiri. Kakinya berjalan menyusuri setapak demi setapak yang berwarna abu terang. Pandangannya kosong mengingat kejadian memalukan kemaren.
"Cowok itu, Kenapa gue ngerasa aneh kalo lagi natap matanya?,"
Sejenak wajah cowok itu terlintas di otak Aya. Ia berhenti menggelengkan kepalanya untuk menepis pemikiran yang menurutnya sangat tidak penting.
"Ngapain gue mikirin cowok datar kek dia? Gak penting banget," ucap Aya sambil melempar botol minumannya ke sembarang arah dan melanjutkan langkahnya yang terhenti tadi.
Namun, langkah Aya kembali terhenti saat mendengar suara anjing dari belakang. Dengan sedikit keberanian yang di milikinya, ia berbalik ke belakang.
"Mati gue!," batin Aya saat melihat seekor anjing berjalan mendekatinya.
Aya memundurkan langkahnya. Dengan tekad yang bulat, ia menyiapkan netra kakinya hendak lari. Ia membalikan badannya.
1...2...3...
"LARIIII!,"
Aya berlari sangat kencang menuju ke rumahnya. Beruntung jarak rumahnya hanya tinggal 2 rumah lagi. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk melihat anjing itu.
Guk...guk...guk
Mata Aya terbelalak saat melihat anjing itu semakin dekat. Ia menarik nafas panjang dan mulai menambahkan kecepatan larinya. Tinggal 1 rumah lagi ia bisa sampai ke rumahnya.
"MANG UJANG BUKA PAGARNYA!" teriak Aya dari jauh saat melihat supirnya ingin menutup pagar.
Dengan sigap Mang Ujang membuka pagar untuk anak majikannya yang sedang berlari. Ia terkekeh saat melihat seekor anjing yang juga berlari di belakangnya.
Guk...guk...guk...
"DASAR ANJING s****n LO!," teriak Aya yang sudah berhasil memasuki perkarangan rumah.
Aya pun berterima kasih pada Mang Ujang dengan nafas ngos-ngosan, ia berjalan menuju ke dalam rumah yang ternyata ada sahabat abangnya dan juga ketiga sahabatnya.
Mang ujang terkekeh "Dasar neng Aya mah, cantik-cantik otaknya sengklek," gumam Mang ujang saat melihat Aya memaki Anjing tadi.
"MANG UJANG AYA DENGER!," teriak Aya dari dalam rumah.
Aya berjalan menuju ke dapur untuk mengambil minum. Langkahnya terhenti saat mendengar suara yang tak asing di telinganya. Gadis itu berjalan ke sumber suara yang ternyata berada di ruang tengah dan betapa terkejutnya dia mendapati ketiga sahabatnya.
Aya berjalan menuju mereka dan langsung mengambil minuman yang ada di meja tamu, ia pun langsung meminumnya hingga habis tanpa memikirkan si pemilik minuman itu.
"AYAAAAA!," pekik Dilta
Aya mengangkat salah satu alisnya seolah sedang berkata 'apa?'.
"LO MINUM MINUMANNYA KAK ANGGA!,"
"Terus?"
"Berarti secara gak langsung, lo ciuman sama kak Angga lewat perantara sedotan itu!," sahut Valerie santai.
"Emang udah," jawab Aya santai berhasil membuat semua orang yang berada di ruangan itu membelalakan mata mereka kaget kecuali Angga.
"HAH?!," pekik mereka bersamaan.