Setelah dengan berat hati karna sang pacar membagi waktunya dengan berbagai persiapan yang semakin banyak untuk acara pentas seni yang 3 hari lagi akan berlangsung, hari ini, Evnand menemani Yurra di sekolah hingga sore hari.
Ia bahkan sempat protes, seandainya mereka sudah jadian saat Yurra memutuskan bergabung dengan Organisasi Sekolah, ia adalah orang pertama yang akan menentang. Bukannya ia tak mendukung proses pengembangan diri sang pacar, hanya saja ia sudah bisa menebak sesibuk apa sang pacar saat menjadi anggota Osis.
Dengan sensinya ia protes pada sang pacar dengan kalimat 'Padahal ia dang anggota Band nya turut tampil dalam acara tersebut, tapi ia tak sesibuk Yurra.' Hal yang belakangan ini membuat Yurra sering mengatainya kekanakan. Ya jelas ia tak sesibuk Yurra, ia hanya pengisi acara yang hanya hadir dan tampil, kemudian selesai. Berbeda dengan sang pacar yang menjadi bagian dari anggota panitia penyelenggara acara.
Yurra sempat jengah dengan omelan sang pacar, ia bahkan sudah mengusulkan untuk berangkat dan pulang sekolah dengan motornya sendiri. Tapi hal itu justru membuat sang pacar semakin berang. alhasil Evnand memilih menyibukkan anggota band nya karna setiap pulang sekolah, sembari menunggu Yurra, mereka akan latihan diruang seni. Alffi bahkan sudah putus asa menasehati sahabat tengiknya itu. Hanya Nicho yang sedikit mengerti dengan tingkah Evnand. Ia maklum karna ini untuk pertama kalinya bagi seorang Evnand memiliki pacar, Nicho bisa pastikan bahwa Evnand benar-benar mencintai Yurra, bukan sekedar perasaan 'cinta monyet' yang biasa orang sematkan bagi pasangan ABG seperti mereka.
Ia bahkan bisa mengerti kata 'cinta pertama' hanya dengan melihat cara Evnand memperlakukan Yurra. meski belum sepenuhnya bisa dikatakan sempurna, karna bagaimanapun mereka adalah jiwa muda dengan sikap ego yang masih susah untuk ditolerir.
Ia sendiri tak se protect itu pada Sasha yang bahkan sudah lebih lama ia pacari. Dan baginya itu hal yang wajar. Karna setiap lelaki pasti punya cara tersendiri untuk mempertahankan hubungannya.
Hingga tiba dihari besar perayaan pentas seni di sekolah mereka, Evnand terlihat semakin protect pada sang pacar karna Bima si kakak kelas yang ternyata juga anggota Osis itu, satu kelompok dengan sang pacar. Entah kenapa ia merasa Bima bisa menjadi ancaman baginya meski lelaki itu tak menunjukkan gelagat ingin mendekati sang pacar. Karna bagi Evnand, siapapun lelaki yang menyukai Cherry-nya adalah ancaman.
"Ra, jangan jauh-jauh, sebentar lagi kami tampil." Pinta Evnand. Padahal sedari tadi ia sudah mendoktrin Yurra dengan berbagai peringatan, jangan sampai ia tak melihat wajah sang pacar setelah ia naik panggung.
Kemarin sore, seletah kegiatan Gladi Resik, Nicho sempat ngobrol dengan Yurra. Ia menjelaskan alasan sikap siaga Evnand yang mungkin terkesan berlebihan.
Tapi penjelasan Nicho cukup membuat Yurra mengerti dan memilih untuk sedikit menurut dengan segala doktrin sang pacar.
"Aku memilihmu, Nand. Tolong jangan takuti apapun yang ada dipikiranmu."
"Maaf. Aku tau sikapku berlebihan. Aku cuman nggak mau kamu mandang lelaki lain selain aku, setelah ayah, -dan Richard."
Yurra terkekeh pelan mendengar dua kata terakhir sang pacar. Ia bahkan masih merasa Richard rivalnya karna seorang Richard mampu menjadi laki-laki pertama yang masuk dalam hidup Yurra.
"Hahhh.. Semakin lama, aku semakin tak melihat Evnand si cuek dan cool. Aku merasa kehilangan sekarang." Goda Yurra karna sungguh ia benar-benar tak menyangka sesosok Evnand menjelma menjadi si Tukang Protect.
"Kau sudah berani menggodaku, sayang ?" Ucap Evnand dengan sedikit menggertakkan giginya berniat untuk menakuti sang pacar yang justru berakhir dengan suara tawa ringan Yurra yang sudah menjadi candunya itu. Pemandangan terindah dari wanita terindah dalam hidupnya setelah wajah mamanya dan adik kecilnya.
***
Evnand selalu merasa ia sangat beruntung karna sikap tolerir Yurra yang begitu tinggi untuknya.
Setelah segala kesibukan dari kegiatan sekolah mereka, hingga sekarang mereka bisa menikmati sedikit liburan di akhir smester sebelum memasuki smester baru dan pastinya kelas baru karna memang mereka sudah naik kelas. Yurra tak pernah membesarkan masalah sikap kekanakannya.
Mereka justru bisa menikmati malam acara kenaikan kelas bersama kedua keluarga mereka. Entah sejak kapan kedua orang tua mereka mejalin komunikasi hingga saat ini terlihat begitu akrab dan bagi Evnand itu adalah hadiah terindah di tahun ini.
"Nand, makasih." Ucap Yurra terdengar begitu tulus. Ia merasa memiliki keluarga baru setelah kedua orang tua Richard karna memang ayahnya adalah anak tunggal dari kakek neneknya yang sudah lama berpulang. Sedang ibunya memang seorang yatim piatu yang membesar di panti asuhan kemudian takdir mempertemukan ibunya dengan kakek neneknya yang akhirnya menikahkan sang ayah dengan ibunya yang cantik itu.
"Kapan kau akan memanggilku dengan panggilan yang sedikit manis, sayang?" Evand bukan ingin merusak suasana, entah kenapa ia tak terlalu suka setiap kali Yurra mengucapkan kata maaf dan terima kasih. Kata itu seolah terdengar seperti kata perpisahan di telinganya. Dan ia pastikan itu tak akan terjadi.
"Selamat naik kelas, pacar." Ucap Yurra malu-malu.
"Selamat naik kelas, pacar cantik-ku. Kamu adalah salah satu mimpiku yang terewujud tahun ini dan akan terus begitu sampai aku nggak bisa ngerayain tahun baru lagi."
"Evnand, aku nggak suka kamu ngomong itu."
"Aku serius, Ra. Jadi jangan berani-berani buat ninggalin aku, bahkan untuk sekedar mikirin hal itupun aku nggak akan izinin kamu."
"Pemaksa sekali! Sejak kapan kau ku izinkan menjadi pengatur fikiranku, hah, Evnand Ananda Septama?"
"Sejak seorang Riyyani Aryoura menerimaku mejadi pacarnya."
"Ya ya ya.. setelah dipaksa menerima, sekarang aku dipaksa untuk nggak ninggalin kamu. Lalu kamu?"
"Aku apa, Ra ?"
"Boleh ninggalin aku sesukamu, begitu?"
"Hey, siapa yang bolehin kamu mikir kaya gitu?"
"Nand, umur kita bahkan belum genap 17 tahun, masih sangat jauh dan masih sangat besar kemungkinan kita untuk pii-"
"Stop! Aku bahkan udah peringatin kamu tadi, kenapa masih berani mikirin hal aneh begitu? Kamu nggak yakin sama aku ? Dan yaa, jangan lupa sebentar lagi umurku 17 tahun."
"Kita hanya masih terlalu muda, Nand,"
"Kamu mau aku ngomong ke papa mama dan ayah ibu untuk membuat acara pertunangan kita secepatnya?"
"Evnand, please, jangan konyol!"
"Aku bahkan sanggup ngeyakinin Ayah untuk menyetujui usulanku, Ra, jadi kumohon jangan pernah membuat kemungkinan untuk adanya perpisahan diantara kita, kalau kamu belum siap tunangan bahkan nikah sama aku."
"Haissh.. okeey Evnand Ananda Septama!"
"Aku suka setiap kali kamu sebut nama lengkap ku."
"Ra, please, percaya! Aku nggak pernah seserius ini. Apapun yang terjadi kedepannya, semarah dan sekecewa apapun kamu, kumohon untuk nggak minta pisah sama aku." Sambung Evnand dengan nada yang terdengar sedikit putus asa. Ia tau tidak mudah untuk meyakini Yurra akan hubungan mereka karna memang usia mereka yang masih terbilang sangat muda. Ia hanya ingin Yurra mendukungnya, memercayainya, dan yakin bahwa hubungan mereka pasti berhasil.
Ia tau banyak hal akan terjadi, yang saat ini tidak bisa ia terka, tapi ia meyakini hatinya bahwa Yurra harus dan akan menjadi wanita pertama dan terakhirnya. Ia tak ingin yang lain. Seorang Riyyani Aaryoura sudah cukup baginya.
Ia juga sebenarnya bertanya, apa sebenarnya yang Yurra lakukan sampai ia seyakin ini untuk menjadikan Yurra satu-satunya gadis yang akan mengisi hatinya?
"Nand, kalaupun sesuaatu yang sangat kita hindari itu terjadi nantinya, tolong tetap hidup dengan baik, dan tolong jangan membenci apapun karna sesuatu yang kau tanam terlalu dalam itu menjadi gagal."
"Ra, kalaupun aku harus melepasmu karna sesuatu yang tidak bisa aku hindari, percayalah aku akan menemukanmu dan membawamu kembali padaku, ingat hal itu baik-baik."
"Tap-" belum sempat Yurra melanjutkan kalimatnya, sudah terpotong denga tuturan tegas sang pacar.
"Stop! Tidak ada bantahan. Dan jangan salahkan sikapku. Kau yang membuatku begini."
"Stop! Stop, Riyyani Aryoura! Jangan mendebatku! Ayok gabung sama yang lain, sebentar lagi Richard dan keluarganya juga datang."
Evnand menggandeng tangan Yurra yang terasa begitu pas di genggamannya. Ia tersenyum begitu manis sambil menuntun langkah mereka menuju meja panjang yang dipersiapkan ayah Yurra khusus untuk mereka makan bersama. di taman kecil di pekarangan belakang rumah milik pak Adittama yang dulu ia bangun untuk tempat bermain putri kecilnya yang kini sudah menjelma menjadi gadis jelita persis seperti ibunya dimasa muda.
Evnand melepas genggamannya karna sang mama menyita perhatian pacar mungilnya itu, kemudian ia bergabung bersama Ayah dan papanya yang asik dengan pertandingan catur mereka. Entah kenapa ia merasa seperti sudah menjadi hukumnya, setiap ada kumpul keluarga, para bapak pasti akan bermain catur.
Evnand melirik pada adik lelaki satu-satunya itu. Evnand tau, Vian sedang resah karna pacarnya daftar di sekolah swasta diluar kota. Yaa, berbeda dengan nya, Vian memang sudah beberapa kali pacaran. Ia tak pernah melarang, ia hanya sesekali menasehati adiknya itu agar jangan sampai menyakiti hati perempuan karna ia tak ingin hal itu di alami Dellisha kelak.
Evnand kemudian ikut termenung. Pikirannya tiba-tiba menerawang, bagaimana nantinya saat mereka masuk sekolah dan ia tak lagi bisa menngawasi pacar mungilnya itu sepanjang jam sekolah. Karna dari pengumuman sebelum libur kemarin, ia diperhadapkan dengan pembagian kelas yang membuatnya terpisah dari gadis mungilnya. Mereka memang masih satu jurusan, tapi kelas mereka terpisah, hanya akan bertemu saat jam praktek dan jam olahraga.
Haah, ia menghela napasnya. Ia ingin sekali pidah kelas dan duduk bersma sang pacar, tapi itu tak mungkin, kemarin ia sudah mencoba dan mendapat penolakan mutlak dari wali kelas nya di smester baru kelak.
Evnand merasa, perjuangannya akan dimulai lagi dengan adanya pembagian kelas begini. Ia sudah bicara dengan Yurra, tapi tanggapan gadisnya itu justru membuatnya semakin kurang percaya diri.
Karna bagi Evnand, siapapun yang melihat Yurra, ada kemungkinan untuk lelaki itu menyukai Cherry-nya.