Aku Sayang.

1102 Kata
 "Hah?"    "Aku cuman daftar, Ra, nggak niat masuk" jawab Evnand santai.   "Trus ngapain daftar?" Timpal Yurra jengah dengan sikap Evnand yang suka se-enaknya. Begitulah seorang Evnand dibalik sikap cuek dan coolnya.   "Sebenarnya aku dengar obrolan kamu sama Vester waktu itu" pungkas Evnand dibarengi dengan cengiran khas seorang Evnand yang hanya ia pertontonkan pada Yurra.   "Dasar aneh! Kenapa nggak nanya langsung?" Gerutu Yurra.   "Sudah! Kamu yang nggak pernah balas pesanku, atau bahkan kamu nggak baca sama sekali." bela Evnand.   "Ya kamu, pertama kali chat ngapain pake bilang gitu?" Yurra merasa geli mengingat pesan pertama yang Evnand kirim padanya. Salah sendiri, sedari awal saja sudah songong.   "Sebenarnya waktu itu mau ngomong 'aku mau ke kamu', tapi bingung ngomongnya gimana, kamu didekati aja susah." memang begitulah sifat Yurra yang justru semakin menarik perhatiannya.   "Bulan lalu bisa. belajar dari mana?" Walaupun sebenarnya cara yang Evnand pakai adalah cara teraneh yang pernah Yurra lihat.   "Nicho." Jawab Evnand ogah-ogahan karna gengsi   "Kamu nanya?" Tanya Yurra sengaja memancing.   "Liat Nicho pas nembak Sasha" jujur Evnand akhirnya.   "Emang Nicho gimana pas nembak Sasha?" Yurra seperti tertarik mendengar cerita Nicho si cowok super ramah itu saat meminta Sasha yang super anggun menjadi pacarnya.   "Kenapa jadi bahas Nicho sama Sasha sih?" Potong Evnand.   "Kenapa nggak boleh?" Tanya Yurra bingung.   "Bahas kita aja-" "-Ra, kenapa dulu kamu bilang aku tukang tebar pesona?" Sambung Evnand sendu.   "Maaf," ucap Yurra sembari menundukkan kepala. Itu adalah hal konyol pertama yang pernah ia ucapkan pada orang lain.   Yurra bukan tipikal yang mudah terpancing dengan godaan atau apapun. Tapi entah kenapa, dulu ia merasa terganggu dengan tingkah Evnand dan baru kini ia menyadari satu alasan yang sejak dulu ia coba hindari sebisanya.   "Aku nggak marah, Ra, cuman mau dengar alasan kamu" jawab Evnand menenangkan. Entah kenapa ia tidah suka mendengar Yurra mengucapkan kata maaf.   "Aku fikir kamu cuman sok cuek didepan orang biar dibilang kern, tapi di belakang, kamu bersikap manis ke semua cewek. seperti yang kamu lakuin ke aku."   "Hah? Eh, tunggu, kamu bilang apa?" Tanya Evnand ambigu.   "Kamu sok cuek didepan doang." Ulang Yurra malas.   "Bukan itu, kamu bilang aku bersikap manis ke semua cewek kaya ke ka-mu,-jadi kamu sadar dengan sikap manisku? Tapi kenapa pesanku nggak dibalas satu pun?" Tanya Evnand panjang lebar.   "Jawab yang mana dulu?" Goda Yurra.   "Ra," sergah Evnand karna tau kebiasaan sang pacar yang pintar mengalihkan tofik.   "Nggak usah bahas ini, aku malu." Cicit Yurra di akhir kalimatnya.    Yaa, Yurra sadar. Ada satu rasa yang mulai berkembang di hatinya. Rasa yang hanya tumbuh karna seorang Evnand. Tapi Yurra tetaplah seorang Yurra. Yang tak mudah mengekspresikan perasaannya, yang cenderung kaku dan cuek tapi juga terkadang bisa menjadi lebih dari sekedar perhatian (tapi tetap dengan caranya).     ***     Beberapa minggu ini Yurra bersama anggota osis lainnya sibuk dengan persiapan acara pentas seni yang akan diadakan di sekolah mereka. Kegiatan yang diadakan rutin setiap tahun di akhir semester sekaligus sebagai bentuk pelepasan bagi kakak tingkat kelas 12. karna setelah penerimaan amplop kelulusan, para kakak tingkat yang resmi lulus otomatis tidak akan berada disekolah lagi, jadi sebagai toleransinya ya begini, kegiatan pensi ini diadakan sebelum ujian nasional dimulai.    "Nanti ada rapat lagi ?" Tanya Evnand sekembalinya Yurra dari ruang osis.   "Giliran tim pencari sponsor." Jawab Yurra sambil mendudukkan dirinya di kursi yang biasa dihuni oleh sahabat perempuannya karna kursinya diduduki sang pacar.   "Kita makan diluar dulu ya, sebelum pulang." pinta Evnand dengan harap.   "Makan dirumah aja ya," Jawab Yurra tanpa menoleh pada pacarnya. Ia sibuk mengecek buku catatan Dwinda karna saat jam pelajaran tadi, rapat mereke masih berlangsung.   "Aku rindu, Ra," cicit Evnand. Ia yakin Yurra akan mengoloknya karna perkataannya barusan.   Rasanya sudah lama ia dan Yurra nggak bisa ngobrol panjang karna Yurra yang sedang sibuk-sibuknya dengan berbagai persiapan bersama anggota osis lainnya.   Terkadang ia juga menemani Yurra rapat saat pulang sekolah, tapi tidak betah berlama-lama karna emosinya selalu tersulut saat melihat interaksi Yurra dengan anggota osis lainnya terutama anggota lelaki.   Katakanlah ia berlebihan. Tapi memang ia cemburu melihat Yurra lebih leluasa saat ngobrol dengan sesama anggota osis, meski yang mereka bahas sepenuhnya tentang persiapan untuk kegiatan pentas seni yang akan diadakan di sekolah mereka.   Ada satu hal yang selalu membuat Evnand terpana pada pacar mungilnya. Ia yang biasanya kaku, akan menjadi sangat serius dan luwes tanpa sifat cuek (yang terkadang mendominasi) saat menyampaikan aspirasinya didepan perserta rapat lainnya.    "Kita ketemu tiap hari, Nand, berangkat dan pulang sekolah selalu bareng." Jawab Yurra jengah dengan sifat manja Evnand, yang anehnya hanya berlaku padanya.   "Cuma ketemu. Kita juga nggak keluar  beberapa minggu ini."    "Kamu yang latihan tiap hari minggu,"   "Tap-"   "Iya, iya kita makan diluar." Potong Yurra saat ia menoleh dan melihat wajah sendu Evnand.   "Ngggak usah aja, Kalo kamu capek." Jawab Evnand dengan nada merajuk.   "Ngambekan." Olok Yurra.   "Bagian mananya coba yang pantas di sebut cuek dan cool dari seorang Evnand?" Sambung Yurra tambah mengolok sang pacar.   "Ck! Aku selalu lemah kalo berhadapan sama kamu." Aku Evnand mengundang tawa Yurra yang berapa minggu ini jarang ia lihat, dan jujur saja ia merindukan itu.      Evnand juga terkadang bingung saat menyadari betapa aneh dan kekanakan sikapnya saat bersama Yurra. Bisa dikatakan sangat jauh dari sikap aslinya. bahkan saat bersama orang tuanya sekalipun, ia jarang merengek apalagi sampai merajuk.    Entah kenapa Evnand justru merasa tertantang sejak pertama kali ia melihat Yurra. Ini memang terdengar sombong, tapi memang Untuk pertama kalinya ada seorang cewek yang bahkan menganggap ia tak wujud padahal ia terkenal dengan pesona coolnya.    Awalnya ia menganggap perasaannya hanya sebatas penasaran dan ingin membuktikan pada dirinya sendiri bahwa seorang Yurra pun akan mengakui pesonanya. tapi dalam prosesan itu, justru  ialah yang semakin jatuh pada pesona seorang Riyanni Aryoura. Bahkan tanpa ia sadari, kini sosok Yurra sudah menjadi kekuatan bahkan kelemahan terbesarnya.    Satu hal yang membuat Evnand semakin menyayangi gadis mungilnya itu adalah Yurra yang sangat mengerti cara menempatkan dirinya. Ia bisa terlihat sangat dingin dan menjadi seorang leader yang tangguh, tapi saat ia bersama pacarnya ia akan menjadi gadis manis dengan pesona cuek-cuek perhatiannya itu.   Evnand semakin faham dengan sikap dan sifat sang pacar yang tak mudah memperkatakan perhatian atau bahkan rasa sayangnya, karna ia cenderung bertindak dan itu lebih dari yang Evnand harapkan.  Lihatlah sekarang, ia bahkan tak merasa bangga dengan pengakuan sang pacar barusan. Ia bahkan tertawa renyah karna mendengar seorang Evnand mengatakan hal seperti itu, sangat menggelikan baginya.    "Ra," panggil Evnand saat fokus sang pacar kembali pada buku dihadapannya.   "Hmm." Yurra meresponnya hanya dengan deheman.   "Aku sayang." Ucapnya pelan tapi masih bisa didengar jelas oleh Yurra.   "Aku tau." Yurra sengaja memancing kekesalan pacarnya itu, karna Evnand terlihat menggemaskan saat ia mendumel. 'Aku juga sayang.' Monolognya kemudian. Ia percaya Evnand bisa merasakan rasa sayangnya untuk pria yg berstatus pacarnya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN